Puisi Bersambung Bukti Vibrasi yang Sama

Indahnya mentari pagi di sebuah rumah desa
Ibarat kereta tak bermasinis
Guru yang telah memberikan ilmu
kami ucapkan terimakasih padamu
Iin Novika Sari senyummu menarik hati
Intan permata bertabur indahnya
Ingatanku berlari ribuan kilometer ke Benua Biru
Ingin sekali ku menyapamu
Ingin kugapai cita-citaku setinggi langit biru
Ibu Iin yang cantik selalu kunanti kedatangannmu
Ingin kugenggam dalam tanganku
Puisi dibuat oleh 10 calon guru penggerak angkatan 9 pada ruang kolaborasi yang diprakarsai oleh Bu Ragil sebagai fasilitator ketika memimpin proses belajar tentang coaching. Puisi ini ditulis dari hasil kegiatan ice breaking. Dalam kegiatan ice breking tersebut, Bu Ragil meminta ke kami untuk menuliskan satu kalimat untuk membentuk puisi. Satu demi satu kami menuangkan kalimat yang diungkapkan secara lisan dan ditulis pula di kolom chart. Ada klu yang harus dipedomani oleh kami, karena Bu Ragil memberikan perintah untuk membuat satu kalimat puisi dengan diawali huruf I.
Hasil puisi tersebut awalnya nampak tidak ada keharmonisannya, karena kami memiliki pikiran masing-masing dengan gaya bahasanya masing-masing. Namun setelah dibaca secara berulang-ulang puisi tersebut memiliki keterkaitan yang erat antara barisnya dan setelah direnungkan kembali memiliki makna yang mendalam.
Puisi tersebut menggambarkan waktu di pagi hari di desa yang sunyi dan munculah mentari. Mentari dalam bahasa sankskerta adalah Bhanu atau Surya sebagai simbol pengetahuan yang luas. Pengetahuan yang dilambangkan sebagai sang surya memiliki manfaat yang luar biasa bagi mahkluk apapun yang mampu memanfaatkan sinar tersebut. Pergerakan sang surya ibarat kereta tak bermasinis, terus melaju yang berada di rel. Demikian juga pergerakan tata surya akan terus melaju sebelum adanya kehancuran alam semesta ini. Ilmu pengetahuan tersebut tidak lepas dari peran seorang guru yang telah memberikan ilmu tersebut kepada anak-anak didiknya. Iin Novika adalah sebagai salah satu simbol seorang guru yang memiliki senyummu menarik hati, sebagai simbol seorang guru yang berhamba pada sang murid dengan ketulusannya. Seorang guru yang mampu berhamba pada murid, maka dialah yang memiliki nilai. Dalam bahasa Jawa nilai tersebut sering dinamakan aji. Ada istilah ajining diri saka lati, artinya nilai seseorang terlihat dari lisan yang dikeluarkan dari lidah. Seseorang guru yang memiliki aji (nilai) yang luhur manakala mampu menjadi guru yang berhamba pada murid.  Dalam puisi tersebut ajining guru diibaratkan bertaburan intan permata yang menampakan keindahannya. Kalimat “Ingatanku berlari ribuan kilometer ke Benua Biru, Ingin sekali ku menyapamu”, sebuah ungkapan tentang harapan dari seorang guru yang nampaknya mayoritas belum sampai pada tataran berhamba pada murid. Wajar ketika Mas Menteri membuat sebuah program guru penggerak dengan harapan angan-angan guru yang memiliki paradigma berhamba pada murid akan segera terwujud baik dari aspek kualitas maupun kuantitasnya.  Indonesia menanti guru-guru tersebut agar cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa akan terwujud. Sesosok guru seperti Ibu Iin yang cantik (inner beauty) selalu dinanti oleh murid-muridnya. “Ingin ku genggam dalam tanganku”, sebuah ungkapan dari seorang murid yang rindu akan kehadiran guru tersebut di kelas yang sampai kapanpun tidak tergantikan oleh apapun. Selamat hari guru. Semoga harapan dan cita-cita bangsa terwujud. Di tangan-tangan para guru yang berhamba pada muridlah, cita-cita tersebut akan terwujud.
Saya tertarik dengan puisi tersebut. Setelah direnungkan ternyata memiliki makna yang mendalam. Puisi tersebut terbentuk dari untaian kalimat dari 10 calon guru penggerak yang memiliki vibrasi yang sama. Ketika memiliki vibrasi positif yang sama, maka akan melahirkan produk-produk dan karya-karya yang bermanfaat.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *