Dari Can’t Menjadi Can

Animasi sangat pendek ini dibuat oleh Yosepta. Saat ini Yosepta sedang mengikuti kegiatan magang atau PKL di Pickolab studio. Meskipun keberadaannya tidak ada di  sekolah, tidak membuat kami memiliki jarak, karena komunikasi tetap saya jalin. Meskipun sekarang saya tidak mengajar kelas XI, namun saya masih memberikan respon-respon dari karya yang dibuat oleh murid-murid kelas XI.  Bagi murid, membuat karya sudah menjadi kebutuhan, apalagi di tempat magang sudah menjadi tugas harian untuk membuat karya atau menyelesaikan tugas yang diberikan oleh pihak studio.

Yosepta, ketika proses magang di Pickolab, banyak sekali tugas yang diberikan oleh studio dan semuanya harus memenuhi standar yang diberikan dan harus memenuhi target deadline yang sudah diberikan. Di tempat magang, Yosepta merasa nyaman dengan pekerjaan-pekerjaan yang diberikan dan lingkungan yang dianggap sangat kondusif. Bahkan ketika saya melakukan monitoring, Yosepta menyampaikan bahwa dirinya sangat senang ketika waktu magangnya diperpanjang. Ini menunjukkan bahwa studio atau industri sudah menjadi bagian rumahnya. Rumah yang membentuk kompetensi, yang mengenalkan budaya industri, yang mengenalkan dan melatih keberanian dalam berkomunikasi dan segudang kemampuan-kemampuan soft skill lainnya.  Di sela-sela kegiatan magang, Yosepta masih sempat menerima tantangan yang diberikan dari saya. Mendekati bulan Desember, umat Kristiani akan merayakan hari raya natal. Yosepta menerima tawaran untuk membuat konten animasi ataupun gif yang masih dengan tema Kristiani. “Boleh Pak, karya animasi yang baru saja saya buat  untuk dijadikan karya bebas Pak?”, tanya Yosepta. Membuat karya bebas sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan Yosepta sejak kelas X. Dalam budaya yang saya bentuk di kelas, nilai dalam bentuk angka, bukan menjadi prioritas utama, yang terpenting adalah berkarya. Penilaian dari masyarakatlah yang lebih valid terhadap apa karya yang sudah dibuatnya. Sampai saat ini, karya Yosepta ini sudah ada 7,4 K viewer dan ada 104 yang like.

Sederhana yang kami lakukan, yakni memberikan tantangan yang bermakna bagi murid. Di samping meningkatkan kemampuan murid, tantangan yang diberikan memiliki makna yang mendalam. Saya menyutnya Dari Can’t menjadi Can. Dari sesuatu yang tidak bisa menjadi bisa. Menurut Bu Netti, guru Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti SMK N 11 Semarang menyatakan bahwa animasi tersebut memberikan pesan bahwa “Manusia tidak dapat menyelamatkan diri sendiri (CAN”T ). Ketika Tuhan Yesus memikul salib (membawa salib) menuju bukit Golgota, menderita sampai mati di atas kayu salib untuk dapat (CAN) menebus dosa manusia. Tiga hari kemudian Tuhan Yesus bangkit (kebangkitannya membuat hidup kita menjadi berarti), Tuhan Yesus naik ke sorga untuk menyediakan tempat buat umatNya dan mencurahkan Roh Kudus (dalam wujud burung merpati,  seperti di video), untuk menyertai kita semua”, ungkap Bu Neti.

“Manusia butuh pertolongan Tuhan agar dosa lenyap, Tuhan Yesus rela berkorban mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia, dan bagiku Yesus adalah raja dan pemimpin yang setia pada kita semua, yang seharusnya kita yang diberi hukuman mati tetapi karena begitu besar kasih Tuhan pada kita, kita telah bebas dan selamat dari dosa”, ungkap Yosepta usai membuat animasi di atas. “Nilai pengorbanan demi sesama, nilai keikhlasan dalam kehidupan, dan nilai kasih sayang”, ungkap Mas Pandu seorang guru di SMK N 2 Wonosobo. 

Dari animasi tersebut, Bu Neti berpesan untuk muda-mudi Kristen SMKN 11, agar menghargai pengorbanan Tuhan Yesus yang telah mati diatas kayu salib, dengan melakukan kebenaran melalui tutur kata, sikap hati dan tindakan, dalam kehidupan sehari- hari.

Semoga tantangan yang diberikan kepada Yosepta untuk membuat gerakan animasi berdampak pada peningkatan kompetensinya.

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *