Tantangan untuk Murid Inklusi

Beberapa hari yang lalu, saya bertemu dengan salah satu calon murid SMK N 11 Semarang bernama Abel. Ditemani ibunya, bermaksud mendaftarkan diri di SMK N 11 Semarang melalui jalur inklusi. Nampak dari wajahnya yang ganteng, tinggi dengan sorot mata yang tajam.  Dari cerita ibunya bahwa Abel dari lahir mengalami tuli dan akhirnya dengan operasi yang memakan biaya mahal dapat  mendengar meskipun harus dengan bantuan alat bantu pendengaran yang juga mahal.  Ketika saya bertanya kepada Abel, nampak ia mampu mendengar apa yang saya tanyakan, namun ketika berbicara saya belum begitu paham dengan apa yang dikatakan, karena suara yang dihasilkan agak sengau. Tidak apa, itulah kondisi seseorang yang sejak bayi dalam kondisi tuli. Kita sebagai orang yang lebih dewasa harus mampu memahami itu semua.

Ibunya yang sangat sabar bercerita banyak, bahwa Abel yang mengikuti sekolah di Home Scholing memiliki keinginan kuat untuk melanjutkan ke SMK. Ia sudah diajak ke beberapa SMK Negeri yang ada di Kota Semarang ini, namun dari raut mukanya belum menampakkan ada rasa suka dengan sekolah tersebut. Ketika masuk ke SMK Negeri 11 Semarang, raut mukanya nampak berseri-seri. Ini menunjukkan bahwa ada vibrasi positif yang ia terima ketika memasuki sekolah ini. Dari kondisi inilah, saya merasa terpantik untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk Abel dan calon murid lainnya yang akan masuk melalui jalur inklusi.

Dalam perbincangan tersebut, tidak terasa lama padahal secara riil memakan waktu sekitar 1 jam. Saat saya tanya tentang kesukaannya dalam bidang pekerjaan, ia menyampaikan bahwa dirinya lebih menyukai bidang arsitektur. Namun di sekolah ini tidak ada jurusan tersebut, yang lebih dekat adalah jurusan Animasi, karena di jurusan tersebut dapat belajar lebih banyak tentang desain interior dengan cara belajar modeling 3D. Jiwa coaching saya semakin bergejolak, akhirnya  dari perbincangan yang aktif tersebut ditemukanlah solusinya. Saya memberikan tawaran kepada Abel untuk belajar modeling 3D terlebih dahulu selama menunggu masuk ke SMK N 11 Semarang. Tawaran tersebut ternyata disetujui oleh Abel dan ibunya. Saya berikan sebuah nomor WA Reynaldi yang diterima di ISI Yogyakarta Jurusan Desain Interior. Sambil menunggu masa kuliah agar bisa memberikan mentor kepada Abel untuk persiapan masuk sekolah.

Bersyukur hari ini, Minggu, 9 Juni 2024, saya mendapatkan kabar baik dari Reynaldi. “Assalamualaikum Pak, minggu ini saya ingin mengirimkan hasil diklat 3D bersama adik Abel”, ungkap Reynaldi melalui whatsapp sambil mengirimkan dua karya Abel.

Karya Abel terbaru
Karya Abel Minggu Lalu

Nampak dari kedua karya tersebut ada perubahan yang sangat signifikan dari proses belajar Abel bersama Reynaldi. “Minggu pertama pengenalan software blender terlebih dahulu Pak, dibarengin sama pembuatan meja dan kursi. Untuk minggu ini pengenalan texture dan lighting, serta membuat alat makan sendok, garpu, gelas, dan piring”, ungkap Reynaldi memberikan penjelasan lebih lanjut. “Cepet belajarnya ya mas, Semoga berkah ilmumu mas”, jawab saya kepada Reynaldi. Sebagai bentuk apresiasi terhadap karya Abel ini, maka karya tersebut saya jadikan status story Whatsapp.

“Karya Abel, calon murid SMK N 11 jalur inklusi. Tidak ada murid yang kurang, karena setiap murid memiliki kelebihannya masing-masing”, tulis saya di status whatsaap. Tidak berselang lama, sudah banyak yang memberikan komentar.

“Masya Allah tabarakallah. Matursuwun pak”, ungkap Bu Ririn, orang tua Abel setelah melihat status whatsapp saya. “Sudah menjadi tugas guru itu yakni Educare, mengeluarkan potensi yang ada. Saya hanya memantik dan memberi tantangan to? Nanti jika sudah semakin baik, rencananya saya ikutkan project di studio kami”, jawab saya. “Aamiin. Alhamdulillah matursuwun atas atensinya . Manut sama yang lebih berpengalaman mawon”, jawab orang tua Abel.

“Semangat berkarya dengan pelayan inklusif berdampak deferensiasi untuk interaksi sosial yang humanis. Pak Diyarko GSM josss”, ungkap Bu Mia, kepala SLB swasta di daerah Surakarta. “Terima kasih Bu. Beberapa hari baru ketemu pas mau daftar, terus saya beri challenge untuk latihan buat modeling 3D. Saya beri nomor siswa kelas XII yang bisa mentori. Alhamdulilah perkembangannya luar biasa”, jawab saya. “Luar biasa Pak pembelajaran yang kondusif selaras dengang jiwa mereka tuli akan berdampak pada signifikansi berikutya, nyaman dan  enjoy secara kondusi, lanjutkan”, ungkap bu Mia yang sedang menempuh kuliah S3 di UNS.

Sederhana apa yang dapat dilakukan kepada murid inklusi. Meskipun sederhana, ketika memberikan tantangan tersebut dilakukan dengan hati, saya berkeyakinan bahwa dampaknya akan luar biasa. Sudahkah kita memberikan tantangan yang tepat untuk murid-murid inklusi? Tantangan hendaknya diberikan sesuai dengan karakteristik inklusinya.

1 thought on “Tantangan untuk Murid Inklusi”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *