Menjadi Lead Animator: Tingkatkan Kepemimpinan

Setiap Murid Bertanggungjawab terhadap Tugas yang Diberikan

Hari ini, Selasa, 26 Maret 2024 saya masuk di kelas X Animasi 2 di ruang manual. Agenda hari ini adalah meneruskan project pembuatan film animasi dengan judul “Angeli menjadi Dirigent” dan “Angeli belajar Bilangan Bulat”. Hari ini saya menemukan banyak murid yang datang terlambat, dan banyak faktor yang mempengaruhinya. Sengaja saya tanya apa yang membuat mereka terlambat masuk.  Dari proses inilah saya mencoba untuk tidak marah, namun saya justru memberikan pertanyaan tentang apa yang dirasakan ketika terlambat masuk kelas. Saya juga menanyakan tentang apa yang dirasakan ketika teman-teman yang sedang mendapatkan penjelasan, tiba-tiba ada murid yang datang karena terlambat. Dari proses dialog tersebut akhirnya menemukan satu titik temu tentang perasaan dari kejadian tersebut yaitu tidak enak untuk semuanya. Dari dialog tersebut akhirnya ada sebuah kesadaran bahwa pada pertemuan berikutnya akan meminimalisasi terlambat datang.

Usai berdiri tegak untuk mendengarkan lagu Indonesia Raya dan dilanjutkan dengan berdoa, saya meminta anggota kelompok untuk berkumpul sesuai kelompoknya. Saya juga menanyakan siapa yang menjadi lead animatornya. Setelah selesai berkumpul, saya justru memanggil lead animator dan saya minta untuk melaporkan perkembangan progres pembuatan film di masing-masing kelompok. Kedua lead animotor tersebut masih belum bisa melaporkan hasilnya. Akhirnya saya beri waktu untuk mengecek satu demi satu pekerjaan anggota kelompoknya. Dari hasil pengecekan ternyata masing-masing kelompok  memberikan laporan bahwa untuk kelompok 1, masih ada 5 murid yang belum menyelesaikan cut yang sudah menjadi tanggungjawabnya, demikian juga dengan kelompok 2 juga masih ada 5 murid yang belum selesai.

Saya minta murid-murid dari masing-masing kelompok yang belum menyelesaikan pembuatan gerakan dari cut yang menjadi jatahnya untuk berkumpul tersendiri. Lagi-lagi saya ajak untuk berdialog, apa yang menjadi penyebab sampai hari ini belum selesai gambar animasinya. Dari 10 murid tersebut, sebanyak 9 murid merasa karena teknis pembuatan gerak animasinya yang dipandang sulit, sedangkan 1 murid menyampaikan tidak punya waktu. Proses dialog terus saya lakukan. “Bagaimana perasaannya ketika apa yang menjadi tanggungjawabnya belum diselesaikan?”. Mayoritas murid menyampaikan merasa tidak enak dengan kelompoknya. Pertanyaan saya lanjutkan, “Apa yang akan dilakukan selanjutnya”. Dari pertanyaan ini seluruh murid yang belum menyelesaikan tersebut menyampaikan bahwa sampai pukul 11.00 WIB akan menyelesaikannya.

Setelah saya yakin bahwa mereka memiliki kesadaran diri dalam membuat gerak animasi ini, kelas akhirnya saya berikan kepada dua murid yang menjadi lead animator ini untuk mengelolanya. Dari proses dialog tersebut, Gwen dan Nayla yang menjadi lead animator merasa siap untuk mengatur jalannya produksi animasi. Mereka juga berkomitmen untuk mengatur ritme kerja di kelompoknya dan mereka yakin bahwa pukul 11.00 WIB, sudah akan masuk pada bagian compositing. Sambil menunggu teman-temannya yang belum selesai, mereka berdua akan melakukan pengecekan terhadap cut-cut yang sudah selesai sehingga diharapkan akan ada kesesuaian antar cut sebelum digabungkan.

Prakarsa murid perlu diberikan wadah agar kepemimpinan murid dapat berkembang. Penyerahan tanggungjawab kelas terutama dalam pengelolaan kelompok kerja pembuatan film animasi terhadap Gwen dan Nayla sebagai lead animator merupakan salah satu cara agar kedua murid mampu memimpin kelompok. Demikian juga dengan anggota kelompoknya dilatih agar mampu menjadi orang yang taat terhadap aturan di kelompok. Mereka harus belajar untuk memimpin dan untuk dipimpin.

Saya merasa bahagia, dengan berjalannya waktu sampai pukul 12.00, masing-masing kelompok mengirim karya-karya dari setiap cut sebelum digabungkan. Mereka mengirim ke group whatsapp tersebut karena sudah mendapatkan persetujuan dari lead animator di masing-masing kelompoknya. Saya dalam pembelajaran ini sebagai supervisor yang berperan memberikan keputusan perlu tidaknya revisi dari setiap cut yang dikirim. Melalui pemberian kewenangan kepada kedua lead animator berpengaruh terhadap efektivitas kerja. Hal ini terlihat dari gerakan animasi dari masing-masing cut yang sudah sesuai dengan storyboardnya sehingga tidak banyak yang direvisi.

Kegiatan pembelajaran dengan melibatkan kerjasama dalam satu kelompok ini memang terasa sulit di awal. Ada kemungkinan murid-murid belum terbiasa bekerja secara kelompok. Hal ini dirasakan oleh Gwen selaku lead animator yang merasakan cukup susah menjalankannya, namun ia sadar bahwa kegiatan ini penting. “Menurut saya sendiri Pak, cukup susah karena beberapa anggota mengerjakan cut animasi terlalu lama. Tetapi pembelajaran seperti ini juga melatih kerja sama dan komunikasi anggota kelompok”, ungkap Gwen. Berbeda dengan Nayla, pembelajaran ini ternyata dipandang sangat bagus, karena benar-benar terasa riil seperti di industri animasi. “Menurut saya sangat bagus Pak. Karena melatih rasa tanggung jawab dan tenggang rasa antar kawan. Selain itu juga kekompakan amat dibutuhkan dalam kegiatan kali ini, yang mana tentunya akan sangat berguna di masa magang nanti. Selain itu kegiatan ini terasa seperti simulasi pembuatan animasi yang selama ini saya lihat di internet. Membuat saya merasa bersemangat untuk mengerjakannya”, ungkap Nayla yang mendapatkan kesempatan menjadi lead animator.

Pembelajaran ini benar-benar melatih murid untuk menjadi pemimpin dan ini dirasakan oleh Gwen bahwa memimpin menjadi tantangan terberatnya.  “Tantangan saya sebagai Lead Animator adalah memimpin seluruh anggota kelompok, menurut saya ini cukup sulit karena saya belum pernah memimpin kelompok sebelumnya. Kemudian berkomunikasi, saya agak takut berkomunikasi dengan anggota kelompok karena saya tidak terbiasa berbicara dengan teman-teman yang tidak begitu dekat dengan saya”, ungkap Gwen. “Bagi saya tantangan terberat adalah mengkoordinasi rekan-rekan saya agar dapat membuatnya dengan baik dan tepat waktu. Karena banyaknya anggota tim yang saya pimpin, saya juga sedikit kesulitan perihal komunikasi. Namun Alhamdulilah semua berjalan dengan baik dan rekan-rekan saya sudah mengirim pekerjaan mereka hari ini sesuai tenggat yang diberikan. Saya cukup senang dengan hal itu”, ungkap Nayla. Segera saya mengapresiasi kerja keranya sebagai lead animator.

Proses pembelajaran ini sengaja saya adobsi dari pola dan prosedur yang ada di industri animasi, dengan harapan mereka menjadi lebih terbiasa sehingga tidak terkejut ketika mereka terjun di dunia usaha dan industri animasi. Mereka juga sedang dilatih untuk bekerjasama dan berkolaborasi, karena sejak dulu, gotong royong merupakan DNA orang-orang nusantara yang harus dilestarikan. Bersyukur hasil karya animasi sesuai dengan waktu yang sudah direncanakan.

Karya Kelompok 1 Kelas X Animasi 2 SMK N 11 Semarang

Karya Kelompok 2 Kelas X Animasi 2 SMK N 11 Semarang

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *