Kita Memiliki DNA Seni Budaya

“DNA bangsa Indonesia adalah kebudayaan,” sebuah pernyataan yang berulang kali diucapkan oleh Presiden Joko Widodo sebagai penegasan bahwa Indonesia adalah negara yang berbudaya. Semangat itu nyata adanya. Sebagai negara yang terdiri dari ribuan pulau dengan ratusan bahasa dan suku di dalamnya, wajar saja Indonesia menjadi negara dengan kearifan budaya yang kuat. Harapan yang kuat yang ditujukan kepada penerus bangsa agar memiliki kebanggaan terhadap budaya sendiri, terus mewarisinya sebagai sebuah nilai-nilai luhur yang diyakini dan direalisasikan sebagai perilaku yang berbudaya.

Kekayaan seni dan budaya bangsa yang sangat luar biasa tersebut, merupakan bahan baku dan sumber inspirasi dari proses industri kreatif yang melahirkan karya-karya yang bernilai tinggi. Penumbuhan kecintaan pada kesenian tradisional Indonesia dan dukungan terhadap ekspresi seni siswa agar sejalan dengan penguatan pendidikan karakter menjadi program pemerintah melalui kementrian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi yang tertuang dalam Kurikulum Merdeka. Penumbuhan karakter penerus bangsa tertuang dari Profil Pelajar Pancasila yang sebagai harapan dari output pelaksanaan kurikulum merdeka. Pelajar Pancasila penting untuk bisa mempertahankan identitas, budaya luhur, lokalitas yang juga bisa harus tetap terbuka dengan budaya lain untuk budaya baru yang bersifat positif. Salah satu dimensi dari profil pelajar Pancasila adalah Berkebinekaan Global memiliki elemen kunci yakni mengenal dan menghargai budaya, mampu komunikasi interkultural dalam berinteraksi antar sesama, refleksi dan tanggung jawab terhadap pengamalan kebhinekaan dan berkeadilan sosial.

Kita patut berbangga pada budaya leluhur bangsa. Jika kita tengok sejarah masa lalu, terlihat pada relief Candi Borobudur terdapat sebuah gambaran tentang orkestra musik yang mengiringi tarian untuk memberikan penghormatan kepada tamu kerajaan. Data ini menggambarkan bahwa DNA kita memang seni budaya.

Orkestra Musik Mengiringi Tarian SUmber: Anandajoti, 2019: 36

Menurut Anandajoti (2019) relief tersebut menceritakan seorang Raja yang menyerahkan Manohara kepad Sudhana beserta rombongannya dan mereka beristirahat di istana Kinnara dengan iringan musik di mana mereka dapat menikmati segala kesenangan. Pasangan Sudhana dan Manohara tampak duduk di anjungan di dalam istana sedang menikmati orkestra bermain musik mengiringi seorang gadis yang menari. Pemain musik tersebut  memainkan orkestranya dengan alat musik berupa kendang, seruling dan simbal.

Dari ilustrasi di pahatan relief tersebut memperlihatkan bagaimana seniman ukiran batu tersebut secara detail memperlihatkan sebuah cerita dalam panel-panel. Setiap lempengan batu dipasangkan dengan lempengan batu lainnya tanpa perekat. Dengan teknik saling mengunci, membuat lempengan batu tersusun secara rapi. Ukiran yang dipahatkan pada batu dengan detail dan halus menggambarkan bahwa para seniman di masa itu sangat mengagungkan profesionalismenya. Saya yakin bahwa dalam suasana yang bahagia dan masyarakatnya damai, para seniman tersebut menunjukkan karya-karyanya. Dari ilustrasi ini dapat menjadi inspirasi bagi kita, bahwa profesionalisme adalah nomor satu. Apapun pekerjaan kita, profesionalisme adalah yang utama.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *