Sudahkah Menjadi Guru yang Menghidupkan Pengetahuan?

“Tugas guru bukan menjejalkan pelajaran; Guru harus menghidupkan pengetahuan; Kebenaran guru bukan hal yang absolut. Karena murid bukan kerbau yang harus serba nurut. Kelas bukan untuk menyucikan diktat penuh angka. Pengetahuan bukan ayat-ayat penuh dogma.  Ilmu jangan hanya objek hafalan. Ilmu untuk memahami dan menuntaskan persoalan.  Sekolah perlu terus membuka diri pada perubahan. Guru jangan segan beradaptasi dengan kebaruan. Agar belajar menjadi proses yang menyenangkan. Agar kreativitas terus ditumbuh kembangkan.  Siswa niscaya akan haus pengetahuan. Ijasah takkan mengakhiri proses pembelajaran. Itulah pengajaran yang memanusiakan manusia. Bukan pendidikan yang mengerdilkan siswa. Tinggal tunggu waktu lahirnya generasi pencipta. Mereka yang akan harumkan Indonesia dengan karya. Tanpa pendidikan Indonesia tak mungkin bertahan”, sebuah ungkapan yang penuh makna dari Najwa Sihab.

Setiap kali membaca kalimat demi kalimat. Terasa sesak di dada. Ada penyesalan diri, ada kekecewaan dan endingnya ada harapan yang besar terjadi perubahan  mindsheet guru-guru di Indonesia. Saat ini pola yang dilakukan guru mayoritas masih berkutat dengan mengisi materi pelajaran. Murid seperti gelas kosong yang terus dijejali dengan segudang materi pelajaran yang endingnya dilakukan evaluasi dengan proses hafalan. Di satu sisi, para murid sudah berada di jamannya Artificial Intelegency (AI), sekali klik chat gpt, jawaban dari soal-soal itu langsung muncul dengan susunan kata yang menarik. Ketika soal-soal itu dari pelajaran matematika, dari mesin AI, akan langsung terjawab hasil beserta prosesnya. Lalu soal-soal yang diberikan guru itu untuk apa? Apakah memberikan materi hanya agar muridnya bisa mengerjakan saat tes, toh jawabanya dapat dibantu dengan mesin AI.  Ketika ilmu yang diberikan guru hanya sebatas hafalan, tanpa adanya tantangan untuk dibuktikan, maka ilmu tersebut hanya berhenti sebagai dogma-dogma dan endingnya berhenti pada evaluasi yang ujung-ujungnya berupa nilai-nilai angka tanpa makna.

Untuk itu dibutuhkan guru-guru yang mampu menghidupkan pengetahuan. Seorang murid bukanlah kertas kosong, mereka memiliki tulisan-tulisannya sendiri dengan ilmu pengetahuannya. Peran kita sebagai guru adalah menghidupkannya, bukan malah mengerdilkan atau mematikan murid. Seperti pada ilustrasi hasil animasi karya Yosepta, murid jurusan animasi SMK Negeri 11 Semarang berikut ini.

Ketika guru belum memiliki mindsheet yang berhamba pada murid, maka ia tidak mungkin akan menunduk kepada muridnya. Ia akan tetap  berdiri dengan angkuhnya, sebaliknya ketika paradigma berpikirnya berubah yang berorientasi pada murid, dengan tulus dan bahagianya akan menundukkan kepalanya, jika perlu akan jongkok agar dirinya menjadi setara dengan murid, semata-mata akan memberikan api pengetahuannya dan semangatnya kepada murid-murid yang dicintainya. Dibutuhkan ketulusan jiwa dalam membimbing dan menuntun kodrat para murid-muridnya, mengembangkan potensi murid-muridnya untuk mencapai versi terbaiknya, menuntun dan membimbing agar murid-muridnya semakin kreatif dan terus haus dengan pengetahuan. Orientasi belajar murid bukan lagi mengejar nilai dan memperoleh ijasah, namun lebih jauh dari itu semata-mata bahwa pengetahuan dan keterampilan disertai dengan attitude yang unggul menjadi kebutuhannya. Di situlah dibutuhkan guru-guru yang mampu membawa suasana kelas yang menyenangkan, memahami belajar dengan penuh makna, sehingga pengajarannya adalah memanusiakan manusia, bukan mengerdilkan murid.  Sekolah dan guru harus mau membuka diri, dan terus beradaptasi dengan pembaruan.

Patut untuk ditanyakan pada diri sendiri. Sudahkah diri kita hadir seutuhnya untuk murid-murid? Sudahkah diri kita hadir untuk berhamba pada murid? Sudahkah diri kita menghidupi dengan nyala api welas asih untuk murid-murid? Dan segudang pertanyaan sebagai refleksi untuk perubahan diri  sebagai guru yang memiliki perannya sebagai penerang kegelapan.

 

 

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *