“Siapakah Aku”: Survei Mengenali Diri Sendiri

“Jangan menuntut apa dari anakmu, mintalah anakmu mengenal dirinya sendiri agar mampu menggenggam dunia”, ungkap Muhammad Nur Rizal, Founder Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) dalam webinar penguatan sekolah masa depan pada tanggal 29 Maret 2022 yang lalu.  Persoalan manusia di abad 21 lebih dominan pada persoalan psikologis dibandingkan ekonomi maupun teknologi dan persoalan lainnya.  Rasa stress akan banyak dialami oleh manusia akibat perubahan yang bergitu cepat dan tidak pasti, hilangnya pekerjaan-pekerjaan yang bersifat rutin karena tergantikan oleh robot sehingga menimbulkan pengangguran  serta banjirnya informasi menimbulkan kebingungan dan kecemasan. Oleh karena itu dibutuhkan manusia yang tahan banting dan mudah beradaptasi terhadap perubahan. Solusi utamanya adalah manusia harus mampu menemukan kembali tentang dirinya, mampu mengenali dirinya sehingga selalu ingin belajar dan menemukan kebermaknaan hidupnya.

Sekolah masa depan adalah sekolah yang mampu menciptakan ekosistem menyenangkan sehingga selalu menuntun kodrat peserta didik sehingga tumbuh rasa ingin tahu, memiliki kekuatan imajinasi dan menghargai perbedaan karena sejatinya manusia itu unik dan beragam. Prinsip pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah menuntun segala kekuatan kodrat pada anak agar selamat, bahagia dan bermanfaat bagi orang lain. Pendidikan ibarat bertani, yaitu menyemai benih-benih talenta dan kebudayaan melalui penciptaan ekosistem yang menyenangkan, aman dan kondusif.  Anak pada dasarnya menyukai permainan, maka pendidikan harus menyenangkan sehingga mampu abstract thinking, problem solving dengan strategi active learning dan berhamba pada anak. Untuk penciptaan lingkungan ekosistem yang menyenangkan tersebut maka perlu dikembangkan empat area di antaranya lingkungan belajar positif, keterhubungan sekolah, pengembangan personal dan interpersonal serta pembelajaran penalaran dan kesadaran diri.

Pengembangan personal dan interpersonal di sekolah masa depan dapat dilihat dari kegiatan sekolah yang berusaha membantu anak untuk mengenali sendiri yaitu emosi, sosial, potensi, passion dan lainnya,  menciptakan suasana  kelas atau sekolah yang membuat siswa berani bertanya, menumbuhkan daya juang tinggi,  serta pengembangan growth mindset.  Beberapa contoh praktik dalam pengembangan personal dan interpersonal seperti melakukan kegiatan morning sharing untuk melatih kepercayaan diri dan komunikasi, melakukan refleksi, buddy program, pemberian bintang kebaikan.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membantu anak didik mengenali dirinya sendiri adalah melakukan survei tentang “siapakah aku”. Survei ini dilakukan pada saat awal siswa masuk sekolah. Survei ini perlu dilakukan agar siswa mengenali dirinya sendiri dan sebagai bahan referensi bagi guru untuk mengenali anak didiknya. Survei dilakukan secara daring menggunakan google form, sehingga siswa mudah menjawabnya. Beberapa pertanyaan diberikan siapakah aku? Ada banyak option yang bisa dipilih lebih dari satu jawaban yang menggambarkan tentang siswa, dilanjut dengan pertanyaan tentang kelebihan, kekurangan dan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki dirinya sendiri.  Dari survei tersebut, siswa belajar mengenali dirinya sendiri tentang sifat-sifat apa yang dimiliki, tentang kelebihan dan kelemahannya.

Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki sifat penyanyang, mudah memaafkan orang lain, penyabar, akrab dengan orang tuanya, sabar mendengarkan orang lain, merasa bahagia ketika orang lain bahagia, mudah meminta maaf. Dari survei juga diperoleh gambaran tentang sifat-sifat yang masih perlu diperbaiki antara lain kurang percaya diri dan kurang berani bicara. Dari survei inilah sebagai pertimbangan bagi guru untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan sifat-sifat yang masih perlu ditingkatkan yaitu kepercayaan diri. Untuk meningkatkan kemampuan berbicara, maka dilakukan kegiatan seperti morning sharring dan diusahakan dalam setiap pembelajaran lebih memprioritaskan bagaimana siswa berpendapat, berdiskusi dan sharring.

Salah satu pendapat Puput terkait dengan rencana apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki dirinya sendiri antara lain ia akan lebih mencintai diri sendiri, selalu bertindak positif, menjadi pribadi yang lebih pemaaf, membiasakan diri untuk disiplin dan menghargai waktu  dan berani mengambil keputusan.  Salah satu ungkapan siswa yang sengaja tidak saya sebutkan namanya menyatakan bahwa dirinya akan berusaha untuk percaya pada diri saya sendiri bahwa semua itu baik,  mendekatkan dengan orang tua atau Tuhan. Ia bercerita bahwa kedua orang tuanya jarang mendengarkan curhatannya. Jika ia curhat ke ibunya, pasti ibunya akan membanding bandingkan dengan kakaknya. Jika ia curhat ke ayahnya, kemungkinan ia akan disalahkan. “Jika mendekatkan diri dengan Tuhan, saya sering bingung dan beranggapan bahwa Tuhan tidak ada. Saya hampir tidak pernah diajarkan tentang agama di rumah karena dulu keluarga saya penuh pertengkaran dan sekarang, tapi saya selalu sendiri”.

Dari survei inilah, seorang guru menjadi lebih tahu tentang anak didiknya. Tentu diperlukan komunikasi secara personal, bukan hanya secara klasikal, mengingat bahwa setiap anak didik adalah unik dan berbeda satu sama lainnya.  Butuh waktu untuk mengenali anak didik kita, namun itulah yang menjadi tanggungjawab kita sebagai guru, apalagi kita sudah menerima gaji dan tunjangan dari pekerjaan yang sudah menjadi pilihan kita. Semoga menginspirasi.

 

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *