Sentuhan Rasa dari Seni Kolase

Membuat kolase merupakan salah satu challenge wajib yang diberikan kepada anak didik kelas X animasi SMK N 11 Semarang. Karya kolase di atas merupakan hasil karya Maesta yang membuat kolase dari foto ayahnya ketika masih muda. Kolase ini dibuat di atas triplek dengan bahan dari sampah kertas koran dan majalah yang tidak terpakai lagi. Awalnya di atas triplek tersebut dibuat sketsa awal, dibuat bidang-bidang mana yang perlu agak gelap dan terang. Tiba saatnya menyusun kolase, Maesta mulai mengguntingi kertas koran dan majalah yang agak terang dan gelap dan ditempelkan di atas triplek. Membutuhkan kesabaran dalam pembuatan karya ini, di samping ia harus mampu memilih dan menyusun kertas yang sesuai.

Di balik itu semua ada sebuah misi dari tantangan pembuatan seni kolase ini yakni agar siswa mampu mengolah rasa terhadap orang yang paling menginspirasi di keluarganya. Kepekaan rasa dibutuhkan pantikan-pantikan yang terus menerus. Kepekaan rasa tidak bisa secara instan. Kepekaan rasa hanya bisa dilatih terus menerus dengan berbagai cara dan berbagai media maupun kegiatan. Ini bagian tugas guru untuk mendekatkan rasa antara anak dengan orang tuanya atau keluarganya dengan tantangan yang mengarah pada keterhubungan anak dengan keluarga. Kegiatan ini tidak akan terjadi ketika pembelajaran masih berorientasi pada ketuntasan materi dan ketercapaian kompetensi secara kaku atau tekstual. Diperlukan kegiatan yang fleksibel seperti sebuah tenda yang mudah dipindah ketika terjadi gempa dan bencana ketimbang gedung yang megah.

Maesta ketika membuat kolase dari tokoh keluarga yang mengispirasi ini pasti akan menbuat sebaik mungkin, karena itu adalah tokoh yang bisa menjadi panutan. Coba pembaca perhatikan tulisan atau ungkapan Maesa terkait dengan tokoh keluarga yang mengispirasi.

“Alasan saya memilih ayah saya sebab beliau selalu memberikan banyak pelajaran, nasehat, dan wejangan, entah tentang bagaimana caranya harus berbijak dalam memilih dan bertindak atau tentang hal-hal berbau seni semenjak saya fokus menjalani studi di jurusan animasi sekarang. Salah satu contoh mengapa ayah saya menginspirasi saya adalah ketika beliau menggambar zentangle dan doodle untuk memberikan saya contoh mudah dari dua gaya seni tersebut. Sebenarnya masih ada banyak tapi mungkin saya sedikit sulit untuk menyebutkannya. Oh iya, alasan saya juga mulai tertarik dengan hal seni karena ayah saya juga. Dia yang mengajari, membantu, memberikan barang-barang yang berhubungan dengan seni. Walau ibu saya juga sama banyaknya memberikan saya pelajaran tentang banyak hal. Tetapi saya memilih untuk menjadikan ayah saya sebagai orang yang menginspirasi saya”, ungkap Maesa dalam media sosialnya.

Ketika karya Maesa ini saya jadikan status di whatsApp, rupa-rupaya orang tuanya juga melihat dan ikut memposting di status whatsApp. Ia merasa haru dengan tulisan yang diungkapkan putrinya, ternyata hoby menggambarnya juga menginspirasi putrinya. Ia merasa bangga ketika putrinya mampu mengerjakan tantangan dengan tepat waktu.

 

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *