Renungan Guru di Hari Nyepi

Baru saja teman-teman kita umat Hindu memperingati hari raya Nyepi yang diawali dengan ibadah Catur Brata Penyepian.  Saat tahun baru tersebut, umat Hindu melakukan introspeksi diri dengan cara menyepi selama 24 jam.  Ada  larangan saat Nyepi, yaitu amati geni (tidak menyalakan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak melakukan kegiatan hiburan). Kegiatan catur brata tersebut memiliki makna saatnya kita untuk mencari diri ke dalam, tidak keluar, dan mengendalikan api-api yang ada dalam diri, seperti api kemarahan, api dengki, dan sebagainya. Tahun baru caka 1944 dirayakan dengan melakukan introspeksi diri, sehingga kita melaksanakan dengan cara yang sepi atau menyepi yang merupakan cara terbaik untuk introspeksi diri, jadi orang introspeksi diri akan lebih bagus jika dalam sepi, tidak dalam ramai-ramai.  Selamat hari Raya Nyepi teman-temanku umat Hindu, semoga semua mahkluk hidup berbahagia.

Di hari Raya Nyepi ini kita sebagai guru pun tidak salahnya ikut berinteropeksi diri dalam kesunyian ini.  Salah satu yang menarik untuk kita renungkan yaitu amati geni yakni tidak menyalakan api, yang memiliki makna untuk mengendalikan api-api yang ada dalam diri kita, seperti api kemarahan, api dengki dan api-api lainnya yang kualitas hidup kita semakin rendah. Ketika menghadapi  permasalahan anak didik kita, seringkali kita terbawa dengan permasalahan itu dan terbakar sehingga meluapkan kekesalan itu dengan kemarahan. Apakah dengan marah, anak didik kita menjadi jera untuk tidak melakukan kesalahan? Apakah dengan marah, anak didik kita akan berperilaku menjadi lebih baik?  Patut kita renungkan kembali apakah cara-cara kita dalam mendidik ini sudah mengantarkan anak didik kita menemukan jalannya untuk kembali ke arah yang benar. Sepatutnya kita renungkan kembali, bahwa kita sebagai guru dalam memberikan tangan-tangan kita sebagai anak tangga yang dapat menjadi pijakan bagi anak didik kita untuk menuju impiannya.

Dalam suasana amati geni ini, marilah kita renungkan kembali bahwa anak-anak didik  membutuhkan guru yang mendidik dengan hati. Sosok guru yang mampu menyejukkan, yang mampu mengayomi dan menjadi teladan bagi mereka. Selamat hari Nyepi, semoga kita sebagai guru mampu mematikan api-api kemarahan dalam diri sehingga menjadi sosok guru yang mampu mengulurkan tangannya untuk menuntut anak didik kita menuju mimpi-mimpi besar mereka.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *