Quality Time Bersama Mama

Dear: Mama,

Terimakasih mama untuk segala sayang dan suportmu untukku. Engkau bagaikan kakak perempuanku yang selalu siap untuk mendengar cerita dan curhatanku dan memberi nasehat yang terbaik untukku. Engkau menghargai dan memberiku support dalam setiap langkah yang aku jalani, dan menginginkanku untuk yang terbaik dengan terus mendorongku menjadi lebih baik.

Setelah melalui banyak hari bahagia dan hari yang sulit, saya masih bisa mengandalkanmu untuk selalu mendukung dan menemani saya. Aku selalu berterima kasih atas dukungan dan support yang kamu berikan untukku dalam setiap keputusan yang aku ambil dan saya berterima kasih untuk semua itu. Sebenarnya, aku merasa isin menulis ini karena love languageku bukanlah ‘words of affirmation’ tetapi mohon terimalah surat ini dengan senang hati dari anak keduamu ini. Anak keduamu, Iola

Sebuah tulisan dari Callista untuk mamanya mendekati hari Ibu yang disampaikan ke saya melalui whatsapp. Tulisan tersebut merupakan bagian dari tantangan softskill yang saya berikan kepada siswa kelas X Animasi di semester genap ini.  Dari tulisan tersebut saya tertarik dengan ungkapan yang disampaikan Callista bahwa dirinya merasa malu untuk menuliskan sebuah surat ini, karena bahasa cintanya Callsita bukan word of affirmation. Keppo saya semakin tinggi, akhirnya saya balas dengan pertanyaan.

“Kalau bukan word of affirmation, terus apa nok?”, tanya saya lebih akrab dengan memanggil Nok. Nok merupakan panggilan saya kepada murid perempuan yang saya pandang sudah akrab.  “Saya lebih ke ‘quality time’ pak”, jawab Callista. “Mantap. persembahan apa yang sering kamu lakukan sebagai bentuk cinta kamu kepada mamamu dalam bentuk quality time?”, tanya saya lebih mendalam. “Persembahan yang sering saya lakukan sebagai bentuk cinta saya kepada mama saya dalam bentuk ‘quality time’ dan ‘act of service’ adalah membantu mama masak bersama-sama, berlibur bersama-sama dan melakukan kegiatan bersama-sama”, penjelasan Callista. “Mantap. sepertinya lebih bermakna ya”, ungkap saya. Dalam bahasa Coacing saya sedang mengkonfirmasi atas jawaban Callista. “Hal baik apa yang kamu rasakan dan kamu peroleh ketika bisa membantu masak dan melakukan kegiatan bersama-sama?”, tanya saya lagi untuk mengetahui apa yang dirasakan dari kegiatan tersebut.

“Hal baik yang saya rasakan dan saya peroleh ketika bisa membantu masak dan melakukan kegiatan bersama-sama adalah saya merasa bahagia bisa melakukan kegiatan bersama-sama dengan mama saya karena kegiatan bersama-sama dapat mempererat ikatan dan persepsi baik satu sama lain.  Dari tugas ini saya juga memperoleh hal baik adalah saya bisa merasa lebih dihargai karena kontribusi yang diberikan bagi keluarga, lebih mengetahui caranya memasak dan mandiri karena ketika saya membantu mama saya memasak, saya dapat mengetahui hal hal yang harus dilakukan saat memasak dan untuk dapat hidup mandiri seperti masak sendiri saat mama saya tidak ada di sekitar saya”, penjelasan Callista yang cukup panjang menggambarkan bahwa dirinya bahagia dengan quality time yang dijalin bersama mamanya.

Ilustrasi Karya Callista

“Mudita Citta mbak. Ikut bahagia dengan kondisi ini, karena di luaran sana atau teman teman mbak callista belum tentu merasakan hal seperti itu. Karena kondisi latar belakang keluarga yang membuat keadaan tidak bisa dekat dengan ibunya”, respon saya kepada Callista sebagai bentuk penghargaan dan membangun empati karena kondisi ini belum tentu didapat atau dirasakan oleh teman-temannya. Dari ungkapan ini saya berharap akan menumbuhkan kesadaran diri dari Callista untuk terus mempertahankan quality time ini.
“Kualitas apa yang ingin ditingkatkan dari mbak Callista terkait hubungan dengan mamamu?”, tanya saya ke Callista. “Iya pak, puji Tuhan. Kualitas yang ingin saya tingkatkan dari saya terkait dengan mama saya adalah: 1) menjadi pendengar yang lebih baik dan berakhlak. 2) Terbuka untuk belajar dari berkembang secara bertahap dari prespektif mama. 3) memperoleh lebih banyak wawasan kehidupan yang saya petik dari beliau”, jawab Callista yang menunjukkan jawaban siswa yang memiliki pemikiran dewasa. “Mantap. Semakin dewasa dalam berpikir”, puji saya. “Iya pak, berpikir secara dewasa itu memang saya harus tingkatkan lagi”, ungkap Callista.

Quality time antara anak dengan ibu perlu terus dipupuk. Ini bukan hanya peran orang tua untuk menyuburkan hubungan antara anak dan ibu, karena belum tentu situasi itu terjadi karena kesibukan orang tua, kondisi perekonomian orang tua sehingga untuk komunikasi saja sulit, bahkan perkembangan teknologi informasi yang berkembang membuat quality time antara anak dan orang tua semakin menurun. Orang tua dan anak ketika di rumah disibukkan dengan gadgetnya masing-masing, bagaimana mereka akan berkomunikasi dengan baik. Saatnya sekolah ikut ambil bagian untuk mempererat hubungan antara anak dan orang tuanya. Salah satu cara sederhana yang saya lakukan adalah memberikan tantangan kepada murid dalam bentuk tantangan softskill untuk membuat surat cinta kepada ibunya di saat menjelang hari Ibu dan diberikan pada saat hari Ibu tanggal 22 Desember 2023. Cara sederhana ini tidak ada di kurikulum, namun saya yakin akan berpengaruh terhadap kedekatan antara anak dan ibunya.

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *