Power Question melalui WhatsApp.

Karya Andyanti

Gambar di atas merupakan hasil pantikan dari proses diskusi menggunakan power question. Mengapa power question yang menjadi kunci utama dari pantikan tersebut? Kita lihat kembali makna mendidik menurut Ki Hajar Dewantara. Mendidik itu menuntun segala kodrat yang dimiliki anak didik sehingga potensi yang dimiliki dapat berkembang dan mencapai versi terbaiknya. Kata kuncinya adalah menuntun bukan menuntut seperti keinginan guru. Ada empat hal yang perlu dihindari guru agar anak didiknya melakukan aktivitas belajar dengan penuh kesadaran diri, yaitu hindari 4M yaitu menasehati, menyuruh, melarang dan memarahi. Sulit sekali mengubah paradigma lama yang terbiasa memberi nasehat, karena guru belum merasa lengkap ketika belum banyak memberi nasehat. Bahkan ketika nasehatnya dilakukan oleh muridnya, begitu bangganya. Ketika memberikan tugas kepada muridnya maka menyuruh menjadi satu-satunya cara agar tugas tersebut dikerjakan oleh murid. Ketika muridnya melakukan tindakan yang kurang sesuai dengan petunjuk dari guru, maka yang dilakukan guru adalah melarangnya. Ketika murid melanggar apa yang menjadi tuntutan guru, biasanya nada oktaf tinggi akan muncul alias memarahi.

Lalu bagaimana kita bisa menghindari 4M tersebut? Power question menjadi alatnya dengan menerapkan budaya dialektika antara guru dan murid secara personal. Seperti yang dilakukan hari ini meskipun komunikasi yang dilakukan melalui whatsapp, power question tetap digunakan untuk memantik, memberdayakan potensi yang ada pada murid. Andyanti, murid kelas X Animasi yang memiliki cita-cita menjadi freelancer dan webtoonist.

“Selamat pagi nok. Selama ini, apa yang sudah kamu lakukan untuk meraih mimpi besarmu?”, saya mengawali diskusi melalui whatsapp. “Menurut saya sendiri, belum banyak yang saya lakukan untuk meraih mimpi saya, karena mimpi saya pun baru saya ketahui belum lama ini.
Tapi saya sudah mulai untuk mencoba perlahan dari dasar terlebih dahulu, yaitu dengan berlatih menggambar lebih banyak dan membuka komisi”, jawab Andyanti. “Wow bagus”, saya segera memberi respon. “Perubahan seperti apa dalam satu tahun ini yang ingin dicapai oleh mbak Andyanti terkait dengan proses mencapai mimpi besarmu. Boleh diceritakan kepada pak Di”, saya bertanya kembali. “Mungkin perubahan yang ingin saya capai adalah perubahan dalam diri saya pak. Saya yang sekarang masih banyak kekurangan, terutama soal membagi waktu. Jadi saya ingin berubah menjadi lebih teratur dan disiplin tentang waktu”, jawab Andyanti meskipun ada jeda waktu yang relatif lama, mungkin ada proses berpikir ketika melakukan refleksi diri. “Wow, menarik.
Lalu apa yang membuat perubahan itu penting buat kehidupanmu?”, kembali saya mempertanyakan tentang pentingnya tindakan yang akan dilakukan Andyanti. “Meskipun kecil, tapi sepertinya akan berdampak besar dalam kehidupan saya. Sebagai contoh, saya biasanya molor mengerjakan tugas karena bingung harus mengerjakan yang mana terlebih dahulu, tapi jika saya bisa mengatur waktu dengan baik dan menjalaninya dengan teratur maka tidak akan ada tugas yang keteteran”, jawaban Andyanti dengan penuh keyakinan.

“Jika diskor 0 sd 10, posisi mbak Andyanti terkait dengan efektivitas waktu pada skor berapa?”, saya mencoba menanyakan posisi kemampuannya dalam mengatur waktu saat ini. “Jujur saya belum bisa mengukur skor saya mengenai efektifitas waktu Pak, karena selalu tidak menentu. Tapi mungkin ada di sekitar 4 – 7”, jawaban Andyanti yang menurutnya realistis. “Oke. Apa rencana mbak Andyanti dalam rangka meningkatkan efektivitas waktu?”, tanya saya kembali untuk memastikan tentang rencananya. “Rencana saya akan mulai dari hal kecil dulu pak, seperti mengatur jam makan dan jam tidur. Lalu membuat jadwal berisi apa yang akan saya lakukan sehari-hari, mau di hari sekolah atau hari libur”, jawab Andyanti.  “Good. Selamat merealisasikan rencana semoga sukses dalam meraih mimpi besarmu”, respon dan penguatan yang saya berikan.

Sekilas dialog tersebut menggambarkan pentingnya power question, untuk memberdayakan Andyanti tentang efisiensi waktu yang sering menjadi kendala ketika melakukan proses mendekatkan mimpi-mimpi besarnya.

Berikut rencana yang dilakukan Andyanti dengan menuliskan time schedule selama satu minggu yang dikirim ke saya.  Senin, di sekolah mulai membuat challenge 7, minimal sampai lineart. Membuat karya bebas ilustrasi digital dengan tema air. Hari Selasa, membuat karya bebas ilustrasi digital dengan tema fantasi dan menyempatkan diri untuk berlatih menggambar proporsi perempuan. Hari Rabu menyelesaikan challenge 7, berlatih menggambar flow rambut, membuat karya bebas ilustrasi digital bertema zombie apocalypse. Hari Kamis, melatih skill menggambar proporsi laki-laki dan membuat karya bebas ilustrasi digital bertema sirkus. Hari Jumat, membuat challenge 8 dan menyelesaikannya serta membuat karya bebas ilustrasi digital bertema kucing. Sebuah perencanaan yang dilakukan secara detail oleh Andyanti sebagai bentuk tanggungjawabnya mengoptimalkan efisiensi waktu.

Berikut progress yang dilakukan oleh Andyanti, meskipun tidak semua rencana dapat dilakukan secara sempurna, setidaknya rencana tersebut sebagai pengontrol diri bahwa ia harus mampu mengatur waktu untuk berkarya untuk mendekatkan ke mimpi besarnya.

Meskipun nampak masih jauh, ketika rencana yang dibuat ditaati dengan kesadaran diri, saya yakin dalam satu tahun ia akan menjadi webtoonis.  Saat ini ia saya hubungkan dengan salah satu karyawan di Hive studio Jakarta, dengan harapan akan terjalin komunikasi dan mendapat tantangan dari pelaku ekonomi kreatif tersebut. Selamat berjuang Andyanti. Kamu pasti bisa.

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *