“Perjalanan Tanpa Titik”, Surat Pak Di untuk Siswa

Nak, sebentar lagi kalian akan menerima rapport. Ketika engkau membuka lembaran kertas rapport tersebut, kalian akan melihat bederet nilai-nilai dalam bentuk angka. Mungkin dari kalian akan sedikit tercengang karena di dalamnya sudah ada nilai-nilai di luar ekspectasi kalian. Mungkin dari kalian ada yang tersenyum puas, karena nilai tersebut sesuai harapan kalian. Mungkin dari kalian ada yang sedikit cemberut, karena nilainya tidak sesuai harapan kalian. Mungkin ada yang sedikit kecewa, karena nilainya tidak menggambarkan realita yang ada. “Mosok saya mendapatkan nilai segini, padahal saya…..”. Mungkin pula ada yang tersenyum-senyum keheranan. “Ha, saya mendapatkan nilai segini, nilai dari mana ya, padahal saya….”.

Bermacam-macam sudut pandang dari kalian dalam memberikan penilaian terhadap angka-angka yang tertulis di rapport yang kalian terima. Sekali lagi, rapport itu hanyalah sebuah angka. Angka-angka tersebut mungkin mendekati gambaran tentang dirimu, namun tidak dapat dipungkiri bahwa angka-angka itu ada yang bias dan tidak sesuai dengan gambaran dirimu. Tapi saya yakin, kalian sebenarnya tidak ingin dinilai dalam angka-angka, karena kalian bukanlah benda pajangan. Siapa saja yang melihat benda tersebut bebas memberikan penilaian tentang baik buruknya benda tersebut.

Kalian adalah manusia yang terus bertumbuh. Kalianlah yang seharusnya mampu melakukan penilaian terhadap diri kalian. Seberapa effort usaha yang sudah kalian lakukan dalam kehidupan ini. Seberapa kebaikan yang sudah kalian lakukan? Seberapa banyak hal-hal yang kurang bermanfaat yang selami ini kalian lakukan yang justru menghambat kehidupanmu.

Nak, kalian saat ini berada pada permainan yang tidak ada akhirnya. Nilai-nilai rapport yang kalian terima itu hanyalah angka, bukan tanda bahwa perjuanganmu berakhir di tahun ini. Permainanmu belum usai, kalianlah yang sebenarnya sebagai pemain kehidupan ini. Nak, Kalian itu pemain yang merdeka. Merdeka bukan berarti kebebasan. Merdeka itu berasal dari kata mahardika yang artinya nomor satu. Kalian itu adalah nomor satu semua. Sekali lagi saya tidak membandingkan hidupmu dengan kehidupan orang lain, apalagi membandingkan kehidupanmu dengan standar-standar tertentu. Sekali lagi, kalian adalah nomor satu sesuai dengan versi kalian. Maka kembangkan potensi yang ada pada kalian untuk menjadi versi terbaikmu. Perjalanan kalian belum usai. Perjalanan kalian sebenarnya tanpa titik, karena hidup itu adalah proses belajar. Ketika kita sudah merasa bisa, sebenarnya kita sedang berada pada fase kebodohan.

Tutuplah rapport kalian, bukalah lembaran baru kehidupanmu. Tulislah apa yang menjadi impianmu. Sedikit-demi sedikit fokuslah pada apa yang menjadi impianmu. Lakukan dan bertindaklah untuk meraih mimpimu. Namun ingatlah anak-anakku. Hidup bukan sekedar meraih mimpi-mimpimu. Lihatlah tanganmu, lalu bukalah tanganmu. Di situlah ladang-ladang untuk menanam benih-benih kebaikan. Maka gunakan tanganmu untuk melakukan hal-hal baik dan memberikan kebermanfaatan untuk orang-orang yang paling dekat dengan kalian yakni orang tuamu, sanak saudaramu, teman-temanmu, lingkungan tetanggamu dan akhirnya masyarakat secara umum bahkan kepada semua makhluk di alam ini.  Nak, hidup bukan sekedar berkembang biak, hidup semestinya berkembang baik. Hidup hendaknya menghidupkan kehidupan.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *