Tri Nga adalah salah satu ajaran Ki Hadjar Dewantara. Ki Hadjar Dewantara memberikan ajaran “Konsep Tri Nga” antara lain adalah ngerti (Memahami), ngrasa (Merasakan) dan nglakoni (Melakukan). Jika diterapkan ajaran konsep Tri Nga dalam pembelajaran maka akan dapat mengintegrasikan antara aspek pengetahuan, aspek sikap dan aspek psikomotor. Ki Hadjar mengartikan pendidikan sebagai daya upaya memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya. Salah satu nilai luhur bangsa Indonesia yang merupakan falsafah peninggalan Ki Hadjar Dewantara yang dapat diterapkan yakni tringa yang meliputi ngerti, ngrasa, dan nglakoni. Ki Hadjar mengingatkan, bahwa terhadap segala ajaran hidup, cita-cita hidup yang kita anut diperlukan pengertian, kesadaran dan kesungguhan pelaksanaannya. Tahu dan mengerti saja tidak cukup, kalau tidak merasakan menyadari, dan tidak ada artinya kalau tidak melaksanakan dan tidak memperjuangkannya. Konsep Tri Nga ini hanya akan menjadi slogan-slogan saja manakala kita sebagai pelaku pendidikan tidak mau menerapkan. Meskipun sederhana, ketika kita mampu menerapkan konsep tersebut akan membawa dampak yang bermakna bagi sang murid.
Hari ini, saya mencoba menerapkan konsep “Tri Nga” dalam pembelajaran pada mata pelajaran dasar-dasar animasi di kelas X Animasi 1. Usai kegiatan pendahuluan, saya justru menyampaikan video animasi. Video ini menceritakan tentang domba hitam yang selalu dikucilkan oleh domba-domba putih lainnya. Mengapa dikucilkan karena dianggap memiliki warna yang berbeda. Hal ini sering kali terjadi pada murid-murid kita. Di antara satu kelas itu pasti ada yang merasa dikucilkan, bahkan mendapatkan bulying. Sesuai dengan konsep Tri Nga, justru saya memberikan pantikan pertanyaan setelah murid melihat video yang saya berikan di group whatsapp.
Ada beberapa pertanyaan yang saya berikan terkait dengan video tersebut. 1) Dari ceritanya, apa yang menarik dari film animasi tersebut. 2) Hal baik apa yang dapat diambil dari film animasi tersebut? 3) Perbuatan baik apa yang akan kalian lakukan setelah melihat film animasi tersebut? 4) Secara teknis animasinya, apa yang membuat animasi tersebut menarik?
Kalau dicermati dari pertanyaan-pertanyaan tersebut saya mencoba memberikan pemantik dengaan menerapkan konsep “Tri Nga”. Pertanyaan pertama dan keempat, saya menanyakan tentang apa yang menarik dari cerita animasi tersebut dan secara teknik apa yang menarik dari film animasi tersebut, merupakan pertanyaan pemantik agar murid “ngerti” atau mengetahui hal-hal apa saja yang membuat film animasi menarik, baik dari aspek cerita maupun dari aspek teknik membuat gerakan.
Berikut beberapa jawaban murid ketika menjawab pertanyaan pertama. “Animasi yang menarik dan mudah untuk dipahami. banyak pesan moral untuk saling menolong dan menghargai satu sama lain tanpa harus membedakan antar sesama (Aremania). Seekor domba yang berbeda dari yang lain selalu dikucilkan dan dibully, bahkan domba hitam itu tetap membantu kawannya saat kesusahan. Yang pada akhirnya semua kawanan domba mulai menerima domba hitam itu (Keyza). Tentang domba hitam yang dikucilkan oleh sekawanan domba putih karena berbeda, meskipun berbeda harusnya perbedaan itu menjadi alasan untuk tetap saling toleransi, menghormati serta menghargai (Nadia)”. Masih banyak jawaban murid terkait dengan pertanyaan tersebut. Dari film animasi tersebut, murid sudah mengetahui dari aspek isinya menjadi menarik karena mengandung nilai-nilai moral yang menginspirasi. Berikut beberapa jawaban murid ketika menjawab pertanyaan keempat. “Stop motionnya menarik, penggunaan warna untuk membedakan karakter classic dan sederhana (Andrea), Gerakan animasinya yang menarik dan transisinya yang bagus dan mulus, membuat enak dilihat (Anggun). Film animasi tersebut memiliki karakter yang menarik dan gerakan animasi yang unik dapat menarik perhatian orang yang sedang menonton (Elisabeth)”. Masih banyak jawaban yang mengarah pada teknik animasi yang membuat animasi tersebut menarik. Secara garis besar, daya tarik gerakan animasi tersebut karena menganut prinsip-prinsip animasi sehingga menampakkan kelenturan, adanya anticipation, folowtrough dan sebagainya. Kedua pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan pemantik agar murid mengerti dan termasuk dalam aspek pengetahuan atau dalam konsep “Tri Nga”, masuk pada aspek “Ngerti”. Proses memberikan pertanyaan pemantik ini disebut olah pikir yang menghasilkan pengetahuan.
Masuk pada pertanyaan pemantik kedua. “Hal baik apa yang dapat diambil dari film animasi tersebut?”. Pertanyaan ini mengarah pada olah rasa. Dalam konsep “Tri Nga”, pertanyaan ini mengarah pada “Ngrasa” atau merasa. Dari pertanyaan tersebut, murid akan menjawab bukan karena pengetahuannya, namun ikut merasakan terlebih dahulu sehingga mampu mengungkapkan hal baik yang bisa diambil dari cerita tersebut. “Meski pernah diperlakukan buruk oleh orang lain, harus tetap bersabar dan jika mereka butuh bantuan sebisa mungkin menolong dengan ikhlas (Nadia). Kita harus saling tolong menolong walaupun berbeda beda, dan tidak boleh saling mengucilkan juga jika berbeda (Zahra). Tidak mengenal perbedaan dalam bergaul, tetap saling menghargai dalam perbedaan, dan tidak memandang apapun dalam menolong sesama (Vebi)”. Masih banyak jawaban-jawaban lainnya, yang memiliki inti yang sama, yaitu tidak perlu memandang sebuah perbedaan, yang terpenting hidup bisa bermanfaat untuk orang lain. Proses ini merupakan olah rasa yang menghasilkan pendapat tentang apa yang dirasakan atau nilai-nilai apa yang dapat dipetik.
Masuk pada pertanyaan ketiga, “Perbuatan baik apa yang akan kalian lakukan setelah melihat film animasi tersebut?”. Pertanyaan ini dalam konsep “Tri Nga”, masuk dalam aspek Nglakoni atau melakukan. Pertanyaan pemantik tersebut memberikan dorongan untuk melakukan perbuatan baik apa yang sekiranya dapat dilakukan oleh murid setelah mereka mengerti dan merasakan. Seperti yang diungkap oleh beberapa murid berikut ini. “Akan berbuat baik dan berteman dengan siapapun tanpa membeda-bedakan (Nadia). Saling menghargai dan menghormati kepada semua orang, saling tolong menolong walaupun berbeda-beda ras, suku, budaya, dan agama. Serta berteman tanpa memilih milih (Keyza). Membantu orang yang kesusahan, selalu berbuat baik dengan semua orang, saling tolong menolong walau berbeda beda, tidak membeda-bedakan (Andrea). Selalu berbuat baik kepada sesama, saling tolong menolong kepada sesama yang membutuhkan pertolongan, bermain dengan siapapun tanpa membeda-bedakan sesama, tidak menyimpan dendam kepada orang yang jahat kepada kita (Gloria)”. Masih banyak jawaban murid-murid lainnya, yang memberikan gambaran bahwa mereka memiliki kesadaran diri untuk berbuat baik yaitu menolong orang lain tanpa membeda-bedakan suku, agama dan lain-lainnya.
Saya tidak berhenti sampai pertanyaan-pertanyaan tersebut. Karena dalam pembelajaran dasar-dasar animasi ini murid harus berkarya membuat gerakan animasi, maka usai menjawab pertanyaan pemantik di atas, mereka juga belajar tentang prinsip-prinsip animasi dan mendapatkan tantangan untuk membuat animasi dari salah satu karakter domba dengan memasukkan minimal 2 prinsip animasi yang sudah dipelajari usai menonton sumber belajar dari Youtube. Saya lebih menekankan pada “Nglakoni atau melakukan praktik. Dalam praktik inilah, saya juga menerapkan ajaran Ki Hadjar Dewantara berikutnya yaitu “Tri No”, yakni Niteni, Nirokake dan Nambahi dengan hasil sebagai berikut.