Refleksi Hasil Wawancara terhadap Kepala Sekolah

Beberapa hari ini saya bersyukur bisa belajar banyak tentang pengambilan keputusan terhadap masalah yang mengandung dilema etika terhadap tiga kepala sekolah yaitu Kepala SMK Negeri 11 Semarang, Pak Drs. Luluk Wibowo, S.ST., M.T, kepala SMA Mataram Semarang, Pak Sri Sugiyanto, dan kepala SMK Pelayaran Akpelni Semarang, Mbak Diana Bedagama.  Berikut hasil wawancara kepala ketika kepala sekolah tersebut.

  1. https://drive.google.com/file/d/1UpG8WQPEBklha9Q5QJ5pPvHbvGTbwNJR/view?usp=sharing
  2. https://www.youtube.com/watch?v=_uOtcp0L0eU&t=1s
  3. https://www.youtube.com/watch?v=8no3e4Esqo0&t=6s
Wawancara dengan Kepala SMK N 11 Semarang
Wawancara dengan Kepala SMK Pelayaran Akpelni Semarang
Wawancara dengan Kepala SMA Mataram Semarang

Wawancara terhadap kepala SMK N 11 Semarang dilaksanakan pada hari Senin, 12 Februari 2024 melalui pertemuan langsung di ruang kepala sekolah, sedangkan wawancara terhadap kepala SMA Mataram dan kepala SMK Pelayaran Akpelni Semarang dilaksanakan pada hari Minggu, 11 Februari 2024 melalui via zoom meeting secara online.  Dari hasil wawancara terhadap ketiga kepala sekolah tersebut ada beberapa kesamaan dalam sudut pandang sebagai pimpinan sekolah ketika mengambil keputusan. Pertama ketika mengambil keputusan seorang pemimpin pembelajaran tidak boleh tergesa-gesa, harus dilakukan jeda terlebih dahulu, agar keputusan tersebut tidak bersifat emosional. Kedua, kepemimpinan itu adalah seni mempengaruhi, sehingga seorang pemimpin pembelajar hendaknya mampu mempengaruhi siapa yang dipimpinnya, sehingga ketika mengambil keputusan harus mempertimbangkan nilai-nilai kebajikan. Ketika ada dua kepentingan yang sama besarnya tingkat kepentingannya, maka seorang pimpinan harus mampu menganalisisnya, sampai dapat mengambil keputusan yang benar-benar urgent, memiliki resiko yang paling kecil. Dari pengalaman dalam memimpin, terjadi benturan-benturan kepentingan, akan menjadikan pemimpin semakin kuat dan akan semakin bijak dalam mengambil keputusan.

Dari hasil wawancara terhadap ketiga pimpinan tersebut, ketika mengambil keputusan tidak ada satupun yang secara tekstual menggunakan 9 langkah prosedur dalam pengambilan keputusan. Namun jika dicermati lebih mendalam, apa yang dilakukan oleh ketiga kepala sekolah tersebut sudah mengikuti sebagian dari 9 langkah tersebut.  Ketiga kepala sekolah mengenali dilema yang terjadi melalui proses analisis terhadap masalah yang timbul terlebih dahulu. Dalam analisis tersebut ketiga kepala sekolah memperhatikan siapa yang terlibat dalam situasi atau masalah yang sedang dibahas. Kepala sekolah tidak secara gegabah langsung mengambil keputusan, namun mengumpulkan data dan fakta yang mendukungnya sehingga akan menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Dari ketiga kepala sekolah mempertimbangkan aturan atau prosedur yang berlaku ketika akan mengambil keputusan dan mengandalkan intuisi. Dari kepala SMK Akpelni dan SMK N 11 Semarang memberikan gambaran bahwa intuisi menjadi faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan. Sebelum mengambil keputusan, ketiga kepala sekolah tersebut apabila belum yakin terhadap keputusannya akan meminta orang-orang yang dianggap percaya untuk diajak sharring. Setelah dirasa ada dukungan, maka pengambilan keputusan dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mengambil keputusan dengan resiko yang paling kecil.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *