Olah Rasa, Olah Pikir dan Olah Laku terhadap Sampah di Sekolah

Gambar ini saya foto ketika siswa sudah pulang dari sekolah dan selanjutnya saya share ke group kelas. Saya beri pantikan dengan pertanyaan: Ini adalah kondisi di salah di depan ruang koperasi sekolah kita. Apa yang kalian lihat, apa yang kalian rasakan, apa yang kalian pikirkan dan apa yang akan kalian lakukan. Pertanyaan ini sengaja saya lontarkan di group WhatsApp kelas X Animasi SMK Negeri 11 Semarang. agar siswa mampu mengolah pikir, olah rasa dan olah laku. Seketika banyak respon yang cepat dari siswa yang intinya siswa merasa prihatin, merasa risih, nyesek, merasa tidak enak dilihat dan tinyak nyaman. Beberapa pendapat terkait dengan apa yang akan dilakukan siswa menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki kepedulian  yang bagus. Iqbal berpendapat akan mencari kantong kreses, mengambil sampah yang bercecer dan menaruhnya di sampai tempat sampah atau meletakkan di tempat sampah yang masih kosong.  Demikian juga dengan pendapat Rani yang akan memindahkan sampah ke tempat sampah lainnya. Namun keduanya sudah berada di rumah sehingga tidak bisa melakukan seketika. Dalam jangka pendek, dari sebagian besar siswa kepengin langsung membersihkan sampah-sampah tersebut, namun sayang mereka sudah sampai di rumah. Dalam tulisan di WhatsApp tersebut, sebagian besar anak meminta maaf tidak bisa membantu hari ini karena sudah berada di rumah. Ada dua orang anak yang masih di sekolah yaitu Abdulloh  Ibnu Musa dan Muhammad Ali Purwo I yang langsung bertindak membersihkan sampah-sampah tersebut.  Saya merasa bangga terhdap kedua anak tersebut yang  dengan sigap memiliki kepekaan yang tinggi terhadap lingkungan. Mereka memposting kondisi sekitar tempat sampah yang sudah bersih dan segera saya berikan respon positif. “Terima kasih Mas Abdulloh dan Mas Muhammad Ali atas kepedulian kalian terhadap kebersihan lingkungan sekolah kita. Tolong besok ketemu Pak Di dan membawa buku Saku kebaikan”, pinta saya melalui tulisan di group kelas X Animasi. Memberikan penghargaan bukanlah hal sulit, yang tersulit adalah menjaga konsisitensi atau membiasakan diri untuk terus menghargai anak-anak yang berbuat baik (positif) sekecil apapun. Menuliskan catatan-catatan di buku saku siswa saya yakini akan terus memantik siswa untuk berbuat baik.

Diskusi di group WhatsApp tidak berhenti hanya sampai di situ. Diskusi saya pantik dengan pertanyaan tentang solusi terbaik untuk memecahkan permasalahan kebersihan sekolah.  Dari berbagai pendapat yang ada di group WhatsApp tersebut dapat disimpulkan bahwa perlu adanya kerja bakti bersama, membuat psoter tentang peringatan dan ajakan tentang kepedulian terhadap lingkungan sekolah, melakukan proses pemisahan sampah organi dan non organisk yang bisa didaur ulang, menjadi bank sampah yang dapat menghasilkan uang untuk kas kelas dan membuat karya seni dari sampah. Proses diskusi inilah merupakan salah satu bagian dari olah pikir, mengajak anak didik untuk berpikir penalaran, mencari solusi terbaik yang bisa direalisasikan nantinya.  Mungkin saatnya mata pelajaran IPAS bukan sekedar teoreis, namun justru mengajak siswa untuk mengolah rasa, berpikir dan bertindak untuk peduli terhadap lingkungan.

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *