Sharing GSM di SD Negeri Gedawang 01

Hari ini, Rabu, 27 Juli 2022 saya merasa bahagia bisa bertemu dengan guru-guru Sekolah Dasar Negeri Gedawang 01 Kecamatan Banyumanik Kota Semarang untuk membahas perubahan menuju sekolah masa depan yang diharapkan peserta didik. Meskipun hanya 5 menit dari SMK N 11 Semarang, namun baru kali ini saya bisa berkunjung dan berdiskusi dengan penuh kekeluargaan. Sebenarnya sudah lama diagendakan oleh Kepala Sekolah namun baru kali, saya bisa bertemu dengan para pendidik yang meletakkan pendidikan yang paling mendasar. 

Dalam kegiatan diskusi ini, saya mengajak untuk kembali kepada ajaran Ki Hajar Dewantoro dengan memaparkan materi tentang Pendidikan yang Memanusiakan Manusia. Saya awali dengan menonton film karya Gusti Rahmat Hidayat berjudul Pak Di Ngorok.

Film kisah nyata ini sebagai titik balik saya, dimana saya menyadari bahwa apa yang saya lakukan selama ini dalam mengajar mengalami salah arah dan salah orientasi. Orientasi mengajar yang hanya mengisi materi, ulangan, ujian dan terus berulang sehingga terjebak oleh rutinitas mengajar seperti mengisi gelas kosong dengan air. Wajar jika borring learning terjadi, sehingga anak didik kita tidak menjadi pembelajar sejati. Siswa belajar hanya untuk memperoleh nilai yang bagus ketika ulangan dan ujian. Dari kondisi inilah saya memaparkan, bahwa kurikulum merdeka sudah harus diimplementasikan bahkan kurikulum sudah sering berganti, namun masih banyak guru yang tidak berubah cara mengajarnya. Menjadi keprihatinan bahwa administrasi yang begitu banyak, orientasi pada ketecapaian materi di kurikulum, sehingga karakter anak didik terlupakan. Saya mencontohkan paling simpel kepada para guru di SD tersebut, “Anak ketika ditanya tentang dimama membuang sampah? Anak pasti bisa menjawab di tempat sampah. Namun pengetahuan ini tidak sesuai dengan perilakunya yang tidak peka terhadap sampah”. Ada yang salah apa di dunia pendidikan kita? Dari hal-hal yang sederhana ini akhirnya didiskusikan tentang empat area yang perlu dilakukan perubahan untuk membentuk sekolah masa depan, yakni perlunya penciptaan ekosistem positif dan etis, keterhubungan sekolah, pembelajaran penalaran dan kesadaran diri serta pengembangan kemampuan interpersonal dan personal.

Pukul 15.30 WIB tidak terasa sudah terlewati, akhirnya diskusi diakhiri dengan adanya refleksi oleh salah satu guru. Dari diskusi ini bukan hanya mengajak perubahan mindset para guru, namun justru adanya kesepakatan bersama untuk bisa melaksanakan kegiatan cross teaching.

 

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *