Pagi ini, 9 Mei 2023, saya melaksanakan kegiatan monitoring siswa yang sedang magang di Animars, Funny motion dan Zeiomotion Yogyakarta. Saya lebih suka naik bus karena tidak harus fokus mengendarai mobil, cukup duduk manis, bisa sambil baca bahkan nulis artikel. Dari sekolah ke terminal sukun, Srondol naik ojeg online. Biasa, mulut ini gak bisa diam, akhirnya saya gunakan untuk ngobrol-ngobrol dengan pemuda yang mengantarkan saya ini. Biasa nanya-nanya tentang ojeg online yang bergambar kuning ini, nanya tentang lebih murah yang mana dengan yang berwarna hijau. Di tengah perjalanan yang singkatpun, akhirnya sampailah pada obrolan tentang dirinya.
Pemuda ini sudah berkeluarga dan bekerja di bidang permesinan, untuk ngecek barang mesin di sebuah perusahaan di Semarang. Karena kerjanya fleksibel, di sela-sela tidak melakukan tugas pengecekan mesin, pemuda yang lulusan mekatronika SMK negeri di Salatiga, nyambi ngojeg untuk tambahan finansialnya. Dalam perbincangannya, bercerita pengalaman yang tak terlupakan ketika belajar di sekolah tersebut. Dalam ceritanya, suatu saat pernah ada satu siswa yang nyletuk omongan yang gak enak dan didengar oleh guru BK dan sekaligus guru mat saat itu. Karena ketika ditanya, siapa yang berucap itu dan tidak ada satupun yang mengaku, satu kelas mendapat hukuman mengukur panjang lapangan dengan cara ngilani. Ngilani merupakan salah satu teknik mengukur panjang suatu benda dengan panjang dari ujung ibu jari sampai ujung jari kelingking. Konyolnya, dengan perintah yang otoriter, satu kelas harus mendapatkan hasil yang sama. Jika tidak sama maka diulang lagi. Panjang jari dari setiap individu jelas berbeda, tapi mengapa harus mendapatkan ukuran yang sama. Itulah kekonyolannya. Tapi bagaimanapun, siswa harus menurut perintah itu.
Mungkin tidak hanya terjadi di sekolah tersebut, banyak ratusan atau mungkin ribuan sekolah yang menerapkan pola hukuman yang serupa, mungkin lebih keras dari itu dan yang anehnya hukuman tersebut tidak relevan dengan kesalahan yang diperbuat. Coba apa hubungannya antara berkata yang kasar misalnya dengan hukuman ngilani lapangan dalam suasana yang panas. Ibarat suatu penyakit, sebut saja batuk tetapi tidak mendapatkan penanganan yang tepat dengan obat batuk. Alih-alih untuk mendapatkan vitamin D, dengan jongkok sambil ngilani lapangan, agar fisiknya kuat dan sebagainya, alasan-alasan yang dibuat oleh sang guru untuk membuat efek jera. Cara-cara ini di GSM sering disebut mal praktik, karena jauh dari cara-cara psikologis yang mengedepankan pada dialog. Mungkin hukuman ini nampak efektif dampaknya, karena setelah itu tidak ada yang berani berkata kasar. Namun ketika tidak ada hukuman itu dan jauh dari sang guru, anak akan melakukan hal serupa. Proses hukuman itu tidak memberikan proses penguatan pada kesadaran diri. Siswa tidak sadar bahwa apa yang dilakukannya itu berdampak pada orang lain. Coba andaikan saat itu dilakukan proses dialog, apa yang dirasakan ketika mendengar orang lain berkata kasar, mereka diajak bagaimana yang seharusnya dilakukan, apa perasaannya ketika mereka berkata yang halus dan sopan. Dari proses dialog itulah akhirnya mereka menyadari kesalahannya dan memiliki keinginan untuk berubah.
Karena saya kenal dengan guru yang memberi hukuman tersebut, kisah ini saya kirim melalui whatsapp. Beliau mengakui pernah melakukan hal tersebut. Saat ini, beliau termasuk volunter GSM dan menjadi mentor GSM pula. Beliau saat ini sebagai kepala sekolah yang menerapkan ekosistem yang menyenangkan di sekolahnya. Cerita-cerita yang masa lalu dan masih diingat seperti pemuda tersebut, beliau kubur dalam-dalam dan diganti dengan cerita-cerita baru di sekolah yang mengedepankan pada kesadaran diri. Tulisan ini pun juga seijin beliau, sebagai bukti perubahan yang terjadi. Pertanyaannya siapa dia guru yang menghukum tersebut? Kata pemuda ini, beliau kecil tapi mentes. “Tapi ada sisi positif yang diperoleh dari proses yang keras itu”, kata pemuda tersebut.
hi!,I really like your writing very so much! percentage we
keep in touch more about your post on AOL? I need an expert on this area to resolve my problem.
May be that is you! Having a look ahead to peer you.