Dari Iseng Jeprat-Jepret Berlanjut Ke Sutterstock

“Permisi Pak Diy. Kemarin kan kita ditarget  oleh Pak Taufiq sebanyak 15 karya bisa diapproved di sutterstock. Misalnya untuk memenuhi target tersebut pada jam produktif kita nyari foto-foto bagaimana Pak? Kemungkinan kita ke luar sekolah. Saya bersama Yusuf, karena Yusuf tidak punya motor”, tanya Nuno melalui Whatsapp.  Begitu bahagia saya mendengar ungkapan dan sekaligus pertanyaan ini. Ada indikasi bahwa siswa sudah merasakan haus akan pengetahuan dan keterampilan yang akan menghidupinya.  Seketika saya memberikan penjelasan bagaimana prosedur untuk perijinan sehingga mereka pada jam pelajaran produktif benar-benar dapat menjalankan kinerjanya dengan produktivitas tinggi. Kami dari Jurusan Animasi, memberikan cara-cara yang berbeda, memberikan kemerdekaan kepada siswanya untuk melakukan project riil yang efektif dan produktif untuk meningkatkan kompetensi sesuai passion, bakat dan talentanya masing-masing.

Muhammad Yusuf yang memiliki hoby fotografi, dari iseng-iseng jeprat-jepret sampai saat ini sudah menyumbangkan karya di sutterstock dan paling banyak diapproved dibandingkan siswa lainnya. Sampai hari ini, 7 Februari 2023 sejak Januari 2023 sebanyak 10 karya yang sudah disetujui oleh marketplace sutterstock. Marketplace ini tergolong paling rigit, dengan prosedur yang ketat agar karyanya bisa masuk.  Hari ini ada 6 karya Yusuf yang bisa diapproved oleh marketplace Sutterstock.

Fotografi M. Yusuf
Fotografi M. Yusuf
Fotografi M. Yusuf
Fotografi M. Yusuf
Fotografi M. Yusuf
Fotografi M. Yusuf

Ketika karya M. Yusuf ini sudah diapproved di sutterstock, ada peluang besar bahwa karyanya dihargai pasar dan mendapat royalty ketika gambar foto tersebut didownload oleh orang yang membutuhkan. Sederhana saja pemikiran kami, berikan kemerdekaan mereka untuk berkarya sesuai passion, bakat dan talentanya. Berikan mereka ruang untuk masuk di marketplace global, hanya waktu yang akan menjawabnya, kapan mereka akan mendapatkan penghasilan. Beriring kompetensinya yang semakin meningkat, kami punya keyakinan bahwa mereka akan segera mendapatkan royaltynya.

Untuk melaksanakan pembelajaran ini bukan perkara mudah, karena sekolah harus benar-benar menerapkan kurikulum tenda. Kurikulum yang digunakan diibaratkan sebagai tenda yang mudah dipindah-pindah. Ketika ada tsunami, maka tenda segera dicabut dan pindah ke pegunungan. Ketika ada gempa, tenda segera dibongkar dan pindah ke tempat yang lebih aman. Kurikulum tenda harus mampu mengikuti perkembangan zaman, sangat fleksibel. Siswa yang hidup di generasi Z ini, dimana pasar mereka sudah selayaknya dibawa ke marketplace global. Ketika kurikulum masih terkungkung oleh capaian kompetensi yang stagnan, maka anak-anak sudah dipastikan akan ketinggalan zaman.

2 thoughts on “Dari Iseng Jeprat-Jepret Berlanjut Ke Sutterstock”

  1. Heny Prihatiniwati

    Keren….saya sangat suka dg siswa spt Yusuf (anak saya yg pertama namanya jg Yusuf) wktu selesai S1 dia bilang ibuk aku belum puas sekolah…akhirnya dg usahanya dia sekolah lagi sambil bekerja karena adiknya jg mau masuk kuliah. Kita sbg guru harus memfasilitasi agar anak tumbuh dan berkembang maksimal. Hidup Guru….

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *