Berpikir Kritis tentang Pendidikan

Sudah menjadi kebiasaan untuk melakukan kegiatan olah pikir dalam rangka memantik kemampuan berpikir kritis. Tidak harus dengan soal-soal yang sulit, namun bisa secara sederhana diberikan stimulus tentang kondisi riil di masyarakat. Yang menjadi point pentingnya adalah melatih siswa berpendapat sesuai dengan versi dan sudut pandang siswa itu sendiri. Tidak ada benar dan salah dalam berpendapat, sehingga cara-cara inilah yang saya yakini akan melatih kemampuan siswa berpikir kritis. Mereka bebas mengemukakan pendapatnya, tidak ada pembatasan-pembatasan sehingga bebas berekspresi dalam menyampaikan pendapatnya. Ketika cara-cara ini dilakukan, anak akan terbiasa memiliki kemerdekaan dalam berpikir. Hari ini saya mencoba memberikan stimulus dari video yang saya ambil dari channel Guru Gembul yang membahas tentang permasalahan pendidikan di Indonesia.

“Setelah menonton video ini, apa yang dapat kalian petik, lalu apa yang akan kalian siapkan dalam waktu 1sd 2 tahun ke depan”, tanya saya di group whatsapp. Sengaja pertanyaan ini saya lontarkan untuk mengambil sebuah kesimpulan dari apa yang ia lihat dari video dan tentu saja akan dikombinasikan dengan sumber-sumber literasi lainnya. Setiap siswa memiliki latar kemampuan literasi yang berbeda, sehingga akan mempengaruhi pola pikirnya dalam berpendapat. Berikut hasil pendapat dari beberapa siswa yang menyampaikan responnya terhadap video tersebut.

“Pertama saya setuju dengan pernyataan bahwa sekolah tidak menjamin kesuksesan, dan saya setuju juga kalau semua teori dari mata pelajaran yang kita pelajari di sekolah belum tentu digunakan di masa depan. Dan ketika kita mendapatkan gelar pun juga bukan menjadi tolak ukur kesuksesan seseorang”, ungkap Tiara. Dari pendapat Tiara tersebut memberikan gambaran tentang sebenarnya siswa belum begitu merasakan mata pelajaran yang diberikan di sekolah belum tentu bermanfaat untuk masa depan. “Terus apa gunanya sekolah kalau tidak menjamin kesuksesan? Bukan berarti kita tidak perlu sekolah, tetapi menurut saya sekolah memiliki peran sebagai media dalam pembentukan jati diri seseorang. Pendidikan itu penting,  pendidikan akan membangun karakter kita. Contohnya disekolah kita belajar beretika, bertanggung jawab, berlatih berkomunikasi, berlatih kerja sama tim, berpikir kritis, dan lain sebagainya. Kedua pendidikan akan mengubah mindset kita tentang hidup. Pendidikan yang baik mengubah cara berpikir seseorang jadi lebih dewasa dan pandai menilai sesuatu. Ketiga pendidikan menyiapkan pondasi kita untuk masa depan. Maksudnya dengan mempunyai pendidikan yang baik, kita tidak mudah untuk dibodoh-bodohi. Masa depanmu bukan dari seberapa pintarnya kamu di sekolah, tetapi masa depanmu tergantung dari niat dan usahamu. Untuk apa kamu sekolah isinya main-main, males-malesan, nggak mau belajar, ngga mau mengembangkan potensi kamu, sia-sia. Jika dibandingkan dengan siswa yang dari awal suka belajar, tekun mengembangkan potensinya, mau banyak belajar hal baru, peluang sukses siswa tersebut lebih besar dibandingkan siswa yang bermalas-malasan tadi. Sukses itu juga tergantung dengan individunya sendiri. Sukses itu berawal dari kemauan kita sendiri, yang dilanjut dengan seberapa kerasnya kita berusaha untuk mencapainya”, ungkap Tiara secara panjang dan lebar. Pendapat Tiara ini sangat menohok dunia pendidikan. Ketika dunia persekolahan hanya lebih banyak membebani tugas-tugas yang belum tentu menjadi kebutuhan masa depan siswa, maka hanya menghambur-hamburkan waktu dan tenaga tanpa memberikan efek yang positif bagi siswa.

Pendapat lain dari Iqbal Ramadhan juga menyatakan hal yang serupa.  “Yang saya dapat dari video tersebut adalah kita harus meng-upgrade diri untuk merelevankan diri pada era sekarang dan menambah skill skill yang mungkin, bisa berguna untuk kedepannya. Untuk kedepannya mungkin saya akan mempersiapkan diri saya pada digital marketing. Yang saya ketahui dari digital marketing adalah skill untuk memasarkan produk/karya saya secara digital. Saya akan meningkatkan kualitas produk/karya, merencanakan strategi dan ingin memasarkan produk/karya saya. Saya harus memperbaiki cara komunikasi saya agar customer mungkin bisa berlangganan”, ungkap Iqbal. Inilah yang saya lakukan dengan terus memberikan pantikan bagi siswa untuk berpikir kritis dengan berpendapat. Ketika ada keberanian siswa untuk berpendapat, berarti kita sudah memberikan jalan bagi mereka untuk merdeka dalam berpikir.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *