Berliterasi Melalui Challenge Pointilis

Membuat karya pointilis merupakan chalenge kedua yang wajib dibuat oleh siswa kelas X Animasi SMK Negeri 11 Semarang. Pointilis merupakan sebuah karya seni rupa yang dibuat dari titik-titik yang disusun rapat dan renggang sehingga menimbulkan ilusi bagi yang melihat sehingga seakan-akan gambar tersebut memiliki volume atau terlihat seperti tiga dimensi.   Karya pointilis di atas merupakan hasil garapan Cahaya. Betapa sabarnya siswa tersebut dalam membuat karya pointilis yang tergolong apik tersebut. Namun dalam tulisan ini saya tidak menyoroti dari satu sisi saja yaitu karya pointilisnya, namun ada sebuah tulisan yang memaparkan tentang mengapa karya tersebut dibuat. Ada apa dengan karya tersebut sehingga bagi Cahaya merupakan objek yang menarik untuk dibuat. Kita bisa tengok di instagram Cahaya melalui link berikut: IG Cahaya.

“Alasan kenapa saya memilih kupu kupu. Jujur, saat saya membuka challenge 2, dan melihat untuk memberikan filosofi/makna pada gambar. Yang terlintas dipikiran saya langsung ke arah kupu-kupu, karena kupu-kupu pasti memiliki banyak filosofi dan makna. Jadi saya mencari beberapa foto kupu-kupu dan saya menggambar dengan menggambungkannya menjadi satu seperti pada gambar saya. Saya melihat ke sekitar dan menemukan botol, kemudian saya menggambarnya dan memberikan gambar duri yang melilit. Tema gambar saya adalah “Zona Nyaman”. Dimana di luar botol tersebut terdapat duri yang melambangkan bahaya di dunia luar, dan di dalam botol merupakan zona yang aman. Filosofi kupu-kupu yang saya baca adalah “Perjuangan hingga menjadi kupu-kupu tidaklah mudah” seperti perjuangan kita untuk menjadi versi terbaik dalam hidup kita, itu tidaklah mudah. Jadi setelah kita mengasahnya dan berusaha untuk menjadi versi terbaik, tentu. Kita harus berani keluar dari zona nyaman seperti kupu kupu yang lainnya. Tentu saja dengan keluar dari zona nyaman, seperti kupu-kupu tersebut mereka akan mendapatkan sari bunga, sedangkan yang didalam botol tidak mendapatkan apa pun. Sebaik apa pun kempuannya dalam terbang”.

Rani Cahaya, membuat gambar pointilis dari tanaman  Forget me not. “Alasan saya memilih bunga forget me not, karena bunga tersebut sangat indah dan lucu. Berwarna biru dan tersebar kecil-kecil diatas rerumputan hijau. Bunga forget me not memiliki makna sebagai bunga simbol kasih sayang dan cinta. Seperti namanya “forget me not” memimiliki arti mengenai sebuah kecintaan dan juga perasaan untuk tidak akan pernah melupakan dan melambangkan sebuah kesetiaan. Pada abad ke-15 di Jerman, bunga Forget Me Not melambangkan sebuah kesetiaan kepada pasangan. Dimana cerita ini bermula ketika pada suatu ketika pasangan suami istri yang sedang menyusuri sungai menemui bunga kecil nan indah. Ketika hendak mengambil bunga, sang kesatria jatuh ke sungai dan melemparkan sebuah karangan bunga yang tadi di petiknya dan berteriak “Forget-Me-Not” kepada istrinya. Rani Cahaya inipun membuat deskripsinya tidak hanya dalam bentuk tulisan berbahasa Indonesia, namun dilengkapi dengan tulisan bahasa Inggris. “The reason I chose forget-me-not flowers is because they are very beautiful and cute. Blue and scattered in small pieces on the green grass. Forget-me-nots symbolize true love and respect. When you give someone these tiny blooms, it represents a promise that you will always remember them and will keep them in your thoughts. They are also considered a symbol of fidelity and faithfulness. In 15th century Germany, the Forget Me Not flower symbolized loyalty to a partner. Where this story begins when one day a husband and wife who were down the river met a small and beautiful flower. When he was about to get the flowers, the knight fell into the river and threw a bouquet of flowers he had picked and shouted “Forget-Me-Not” to his wife.

Melihat dari deskripsi yang ditulis oleh Cahaya Imania dan Rani Cahaya, menggambarkan tentang siswa yang memiliki kemampuan menulis yang luar biasa di usia yang masih senja (kelas X). Di balik ini tentu ada sebuah kebiasaan yang dilakukan oleh Cahaya Imania dan Rani Cahaya yaitu gemar membaca, sehingga setiap rangkaian tulisannya memiliki makna yang mendalam. Tantangan ini merupakan sebuah media bagi siswa untuk berliterasi sehingga mampu menuliskan alasan mengapa objek yang dipilihnya menjadi objek yang menarik dan berkesan bagi siswa untuk dijadikan karya pointilis.  Ketika tantangan ini disambut oleh guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, maka challenge ini sekaligus bisa digunakan untuk penilaian di mata pelajaran tersebut. Tentu dengan berkolaborasinya mata pelajaran dengan tantangan ini akan memperingan beban tugas bagi siswa. Salam GSM, berubah, berbagi, berkolaborasi.

 

1 thought on “Berliterasi Melalui Challenge Pointilis”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *