Belajar Problem Solving dari Marketplace

Tadi malam, 10 Februari 2023 saya menyimak obrolan di group kelas XI Animasi yang membuat saya bahagia. Mas Taufiq yang lebih banyak mengajar pada mata pelajaran digital processing berkolaborasi dengan saya pada mata pelajaran animasi 2D cenderung menggunakan cara-cara yang out of the box. Mas Taufiq lebih banyak mengajak anak didiknya kelas XI Animasi SMK Negeri 11 Semarang untuk terus membuat project rill secara berdiferensiasi. Setiap anak didik diberikan kebebasan untuk mengembangkan bakat, potensi dan passionnya masing-masing.

Tidak hanya berhenti di situ, setiap karya anak didiknya diposting di market place adobe stock, sutterstock, fiver maupun creative fabrica sesuai dengan kecocokan dan karakteristik karya. Ada pula yang karya-karya video yang diposting di youtube.

Dalam obrolan di group whatsapp tersebut mas Taufiq memberikan informasi bahwa ada 6 karya lagi yang diapprove oleh pihak sutterstock, dan mayoritas karya fotografi yang diterima cenderung foto close up. Dari pengalaman ini menjadi bahan diskusi yang asyik. Peserta didik dapat menganalisis jenis karya seperti apa yang bisa diapprove. Jika itu berupa karya fotografi, foto-foto seperti apa yang memiliki peluang besar diapprove. Diskusi ini memerlukan problem solving, siswa perlu menganalisis karya yang sudah diapprove. Peserta didik justru belajar konsep matematika kehidupan yakni peluang dan statistika. Mereka bukan lagi hanya sebatas belajar matematika hitung, namun belajar matematika kehidupan.

Ketika siswa mampu menganalisis karya-karya seperti apa yang ditolak dan mampu membedakan karya yang diterima, sehingga akhirnya mampu membuat keputusan untuk menghasilkan karya yang berpeluang bisa diapprove, sebenarnya mereka sedang mengalami lompatan berpikir. Mereka akan menjadi problem solver yang handal, bukan sekedar memecahkan soal-soal matematika di atas kertas. Mereka tidak lagi memecahkan soal-soal yang diberikan guru hanya sebatas soal tugas dan soal ulangan. Mereka dihadapkan pada persoalan riil sehingga mampu beradaptasi dengan jaman dan akhirnya masuk di dunia market yang sedang berkembang saat ini.

Pak Taufiq, mampu membawa anak didiknya untuk saling berkolaborasi. Dari siswa kelas XI Animasi, ada yang mendapat tantangan untuk mengelola adobe stock, sutterstock, creative fabrica dan youtube. Mereka saling berkolaborasi mengembangkan animax store sebagai cikal bakal teaching factory animasi SMK N 11 Semarang.

Dari 122 karya yang diposting di sutterstock, sampai saat ini sudah ada 25 karya yang diapprove. Tidak menjadi patah arang, justru sebagai penyemangat bagi anak didik dalam berkarya agar karyanya bisa diapprove di marketplace. Bukan lagi nilai angka yang dicari anak-anak, bisa diapprove saja bahagianya melebihi nilai 100, apalagi karyanya sampai menghasilkan royalty. Setidaknya dengan diapprove di marketplace, mereka sudah masuk circle yang berpeluang mendapatkan royalty. Semoga muncul-muncul Mas Taufiq lainnya, sehingga menjadi virus-virus kebaikan bagi anak didiknya. Terima kasih mas Taufiq, sudah berjalan bersama untuk menerapkan merdeka mengajar dan merdeka belajar.

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *