Belajar Di Luar Kelas Menerapkan Perspektif Dua Titik Lenyap

Gambar Tower Penampung Air di SMK N 11 Semarang dengan teknik Perspektif Dua Titik Lenyap Mata Cacing (Karya: Septi)

Gambar tersebut dibuat oleh Septi, salah satu murid kelas X Animasi 3. Gambar sebuah pemandangan tower penampung air yang ada di SMK Negeri 11 Semarang ini dibuat dengan teknik mengamati, membuat sketsa dengan prinsip perspektif dua titik lenyap dengan sudut pandang mata cacing, dan dilanjutkan teknik arsiran menggunakan pensil 2B. Untuk menghasilkan gambar seperti ini, ada beberapa tahapan yang dilalui dalam pembelajaran yang dilakukan. Beberapa sumber belajar berupa modul tentang perspektif titik lenyap saya berikan melalui google drive yang saya share di group whatsapp, dengan tujuan agar murid membaca materi terlebih dahulu. Untuk memfasilitasi kebutuhan murid yang cenderung mudah mempelajari materi melalui pengamatan, saya berikan pula link-link video yang diambil dari youtube berupa contoh-contoh proses pembuatan gambar perspektif dua titik lenyap. Untuk memastikan bahwa murid sudah memahami materi dan video yang sudah dishare, maka saya memberikan sebuah tantangan yang sederhana yaitu membuat sebuah benda dengan teknik persepektif dua titik lenyap dengan sudut pandang mata cacing.

Secara bersama-sama murid di kelas tersebut saya minta menyiapkan sebuah kertas, membuat garis tepi dengan ukuran 1 cm dari tepi kertas. Selanjutnya saya minta membuat garis horizon berada di bagian bawah. Saya minta pula menentukan dua titik lenyap pada garis horizon tersebut, satu di sebelah kiri dan satu di sebelah kanan. Selajutnya saya minta membuat garis tinggi yang berada di bagian bawah dengan ukuran minimal 15 cm dan saya minta membuat garis yang menghubungkan titik ujung dari garis tersebut ke titik lenyap. Berikutnya saya minta membuat garis tinggi lainnya sehingga membentuk gambar tiang berbentuk balok.

Teknik Dasar Perspektif Dua Titik Lenyap Mata Cacing

Satu demi satu hasil tantangan ini saya cek kebenarannya. Ketika sudah saya pastikan bahwa semua murid sudah dapat menggambar sebuah benda dengan teknik perspektif dua titik lenyap mata cacing, maka semua murid saya ajak keluar ruangan. Mereka saya minta duduk di lapangan Wirya Khsetra dengan mengambil tempat yang nyaman untuk mengamati sebuah tower penampungan air yang ada di SMK N 11 Semarang.  Secara riil, mereka mendapatkan kesempatan mengamati dengan seksama dan menerapkan pembuatan sketsa terlebih dahulu dengan teknik perspektif dua titik lenyap mata cacing. Proses ini merupakan tahap aplikasi dari dasar-dasar pembuatan teknik perspektif dua titik lenyap mata cacing. Secara bertahap, dari hal yang paling sederhana dan dilanjutkan dengan pembuatan gambar yang lebih kompleks. Ibarat bermain game online, mereka menikmati game dari tahapan pada level paling rendah (beginer) dan setelah tercapai level beginer dilanjutkan dengan proses masuk ke level yang lebih tinggi. Hasil karyanya diberikan kesempatan untuk mengunggah di instagram dan linknya diberikan di group untuk mendapatkan respon positif.

Bagaimana menghargai karya-karya murid. Saya memberikan respon yang sangat sederhana. Saya tidak pernah memberikan respon yang kurang ataupun cukup. Hanya ada tiga tingkatan, yaitu good, very good dan very-very good. Ketiga tingkatan apresiasi tersebut disingkat gkl, vgkl dan vvgkl. Respon gkl merupakan singkatan dari good kirim link, vgkl merupakan singkatan dari very good kirim link dan vvgkl respon dari very-very good kirim link. Karya Septi ini saya beri respon vvgkl. Ada keunikan dari gambar tersebut yaitu benar secara tekniknya, jelas dalam pemberian arsiran sehingga nampak menjadi gambar yang memiliki volume. Sebagai apresiasi terhadap Septi, saya minta untuk bertemu di ruangan saya.  Saya ajak diskusi tentang gambar yang terlah dibuatnya. Dari wawancara tersebut saya peroleh gambaran bahwa untuk mencapai hasil seperti pada gambar tersebut murid, Septi bercerita bahwa dirinya rajin berlatih. Dari gambar yang paling sederhana dan terus sampai pada gambar yang lebih kompleks. “Apa yang akan dilakukan selanjutnya mbak?”, tanya saya lebih lanjut. “Saya akan membuat konten di youtube”, jawab Septi. “Konten seperti apa?”, tanya saya lebih lanjut. Septi ternyata akan membuat konten di youtube terkait dengan proses menggambar. Ia berencana akan membuat konten pembuatan gambar perspektif secara manual. “Mantap”, ungkap saya untuk mengapresiasi ide cemerlangnya. “Selain itu, apa yang akan kamu lakukan?”, tanya saya lebih lanjut. Ia masih bingung dalam menjawab. Akhirnya saya pantik dengan pertanyaan, “Bagaimana jika membuat gambar background dengan teknik pewarnaan, namun tetap menerapkan prinsip perspektif yang sudah dipelajari”, usul saya. Septi mengangguk dan menyetujui tantangan yang diberikan. Akhirnya Septi sepakat dengan tantangan yang saya berikan. Sebagai bentuk apresiasi, saya beri selembar kertas gambar dengan ukuran A3. Jika hasil gambarnya sudah jadi, akan saya pasang di upakarya Sala, sebuah ruangan pameran tempat memajang karya-karya murid.

Ada perasaan bahagia yang terpancar dari Septi ketika mendapatkan apresiasi dan tantangan ini. Sederhana bukan? Tidak harus dengan hadiah, cukup dengan apresiasi. Bentuk apresiasi dengan kekuatan kata-kata yang tulus, kata-kata sanjungan yang tulus menimbulkan keluarnya hormon kebahagiaan. Otak mamalia atau limbik sistem bekerja dan mendorong neocortex untuk muncul kreativitas dan pengambilan keputusan.

 

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *