Apa Rencana Usai Magang?

Tanggal 22 Desember 2023, kelas XI Animasi 2 dan XI Animasi 3 SMK Negeri 11 Semarang secara resmi ditarik dari magang oleh para guru pembimbingnya. Mereka sudah melaksanakan kegiatan magang selama 6 bulan. Jika dilihat dari jadwal magang sesuai dengan kurikulum merdeka, mereka seharusnya mengikuti kegiatan ini di kelas XII. Namun melihat kebutuhan mereka agar lebih mengenal lebih dekat dengan industri sedini mungkin, akhirnya di awal semester ganjil saat kelas XI mereka diberangkatkan mengikuti kegiatan magang. 

Salah satu murid yang mengikuti magang di Animars adalah Callista, murid kelas XI Animasi 2. Dengan banyaknya pekerjaan dan disertai dengan deadline yang ketat, Callista mampu bertahan, bahkan dapat mengambil hikmahnya dari pengalaman yang ia peroleh.

 

 

Callista Sedang Magang membuat Standar Karakter

Komunikasi antara saya selaku pembimbing di sekolah dengan Callista tetap saya jaga meskipun hanya menggunakan whatsapp. “Mbak. Ceritakan hal-hal baik apa yang kalian peroleh dari kegiatan magang di animars?”, tanya saya mengawali dialog hari ini. “Saya memperoleh banyak pengalaman, menjadi lebih mandiri, dan banyak relasi, software yang saya kuasai juga menjadi lebih luas, mendapatkan ilmu dari banyak sumber, dan belajar menjadi leadership yang dapat menjadi perantara baik antara manager dan teman satu tim. Saya juga belajar bertahan dalam sebuah tekanan dan bertempur dengan deadline. Saya rasa di sini saya bisa mengukur kemampuan saya secara maksimal, entah dari segi kepemimpinan, softskill, atau pun hardskill”, ungkap Callista. Dari penjelasan Callista dapat saya peroleh informasi yang bagus, bahwa ia mampu menjadi pejuang yang tangguh, karena mampu bertahan dengan tekanan deadline. Dan kondisi ini tidak akan diperoleh di dunia persekolahan. Ketika di sekolah, deadline masih bisa ditoleransi karena masih berhubungan dengan tugas dari guru, yang endingnya guru cenderung memaklumi. Berbeda dengan dunia usaha dan industri, deadline berhubungan dengan klien. Ketika dunia usaha dan industri tidak mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai perjanjian dengan pihak klien, maka komplain akan diterima. Yang paling parah adalah dunia industri akan diblacklist, mendapatkan denda yang merugikan dunia industri.  Callista merasa bersyukur dapat bertahan mengatasi deadline pekerjaan tersebut bahkan ia dapat menyelesaikan magang selama 6 bulan. 

“Saya juga merasakan solidaritas yang sangat kuat dengan teman-teman baru di sini, mungkin karena sama-sama merantau. Saya juga belajar untuk membedakan mana masalah internal dan eksternal dalam bekerja dan belajar menjadi individu yang profesional dalam bekerja tanpa melibatkan urusan pribadi”, ungkap Callista menambahkan penjelasan dari apa yang saya tanyakan. Dari penjelasan ini menunjukkan bahwa mendapatkan teman menjadi kebutuhan yang paling berharga. Dari proses magang ini, Callista mendapatkan teman atau sahabat yang saling mendukung.

“Selain itu juga magang di luar kota sangat melatih skill beradaptasi saya dengan lingkungan baru. Skill komunikasi saya juga mningkat jauh dari sebelum saya magang di sini, karena di sini saya bukan hanya belajar tapi juga mengajari teman-teman yang usianya lebih tua dari saya, seperti mahasiswa dan kakak kelas SMK dari luar sekolah. Bertukar ilmu dengan para karyawan di sini juga sangat mudah karena karyawannya ramah-ramah”, ungkap Callista. Dari pengalaman ini saya merasa bersyukur karena Callista yang masih duduk di bangku kelas XI, di tempat magang menjadi mentor bagi teman-teman dari sekolah lain bahkan menjadi mentor untuk mahasiswa yang juga mengikuti magang di sana. Kebermanfaatan inilah yang membuat Callista lebih bermakna di tempat magang. Kebutuhan aktualisasi dirinya dapat terpenuhi. Namun demikian,  saya perlu menanyakan tentang hal-hal yang masih kurang agar dapat diperbaiki selanjutnya. 

“Hal apa yang masih dirasa kurang dan perlu diperbaiki?”, tanya saya lebih lanjut. “Jika dari diri saya, saya merasakan kurang luwes dalam berkomunikasi, walapun bisa tapi saya rasa masih kurang dan masih sedikit canggung, karena tidak terbiasa basa basi. Jika dari industri saya merasa kurang srek dengan sistem pekerjaan industri yang lebih saat produksi lebih fokus dengan kuantitas dibanding kualitas, namun di akhir baru dicek kualitasnya sehingga banyak membuang waktu ketika merevisi, bahkan sehari bisa revisi hampir seratugas tugas dengan deadline yang sangat pendek. Yang menurut saya revisi-revisian tersebut bisa dicegah sejak awal pengerjaan”, ungkap Callista. Dari gambaran ini saya masih bersyukur karena Callista tidak hanya mengeluh apa yang menjadi kelemahan kinerja di industri, namun memiliki solusinya. 

Paradigma coaching dalam dialog ini tetap saya gunakan untuk menggali rencana yang akan dilakukan usai mengikuti kegiatan magang. “Terus usai magang, mbak Callista punya rencana apa?”, tanya saya lebih lanjut. “Rencana saya akan memperluas promosi commission saya dan bergabung dengan lebih banyak komunitas menggambar, saya juga ada rencana membuat komunitas sendiri dan membuat merchandise seperti gantungan kunci, poster, polaroid, dan lain sebagainya. Saya akan mempromosikan karya saya di berbagai media. Saya juga kepikiran akan membuat channel youtube khusus animasi”, ungkap Callista.

“Rencana bagus”, respon saya memberikan penguatan dan penghargaan. “Nggih pak, ini juga tidak lepas dari didikan mental dari pak Di sejak awal sebelum magang”, ungkap Callista. “Dari dua rencana tadi. Mana yang lebih akan direalisasikan terlebih dahulu?”, tanya saya memastikan mana yang akan dipilih lebih dahulu dengan memperhatikan prioritasnya. “Saya akan mulai start bergabung banyak komunitas dan mengikuti event-event menggambar online untuk memperluas relasi saya. Karena untuk mewujudkan bisnis saya nanti, saya butuh relasi dan butuh cukup dikenal oleh banyak orang”, ungkap Callsita.

Saya masih ingin mengejar untuk memastikan bahwa rencana tersebut akan berjalan dengan lancar. Pertanyaan pantikan yang powerfull saya ajukan. “Untuk merealisasikan ini, biasanya sering muncul toxic yang menghambat. Mungkin muncul malas dan sebagainya. Bagaimana mbak Calista memastikan rencana pertama ini akan terwujud?”, tanya saya lebih lanjut. “Saya akan membuat to do list atau hal hal yang bisa membuat saya lebih termotivasi, saya akan mencoba untuk lebih konsisten dan serius dalam menjalankan projek saya kali ini. Spalagi di animars ini saya sudah belajar banyak bagaimana caranya agar tetap konsisten dalm mengerjakan tugas, seperti menentukan target perhari”, ungkap Callista. “Mantap. Rencana bagus dan ada yang bisa dipastikan terlaksananya rencana. Lalu siapa orang yang akan mbak Calista minta bantuan mengingatkan rencana tersebut?”, tanya saya untuk memastikan bahwa Callista akan bertanggungjawab terhadap keputusan yang diambil. “Teman satu projek saya tentunya, sleain itu juga saya akan mencari aplikasi reminder dengan design menarik agar lebih termotivasi”, jawab Callista. “Mantap. Kira-kira kapan akan dimulai?”, tanya saya paling akhir. “Seminggu setelah magang. Rencananya tangal 24 Desember 2023 saya ingin merancang rencana terlebih dahulu, agar matang”, jawab Callista. “Mantap. Semoga sukses dengan rencana yang dibuat. Terima kasih Mbak Callista”, respon saya.

Inilah sekilas dialog saya dengan Callista yang saat ini masih mengikuti magang. Dari penjelasan dialog tersebut menunjukkan bahwa adanya kesadaran diri untuk membuat usaha usai magang. Bekal pengalaman yang diperoleh dari industri, menjadi asset yang berharga bagi Callista. Semoga segera terwujud.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *