Pendekatan ABCD di Sekolah dan Kelas

download-_27_

Asset-Based Community Development (ABCD) merupakan suatu pendekatan dalam pengembangan masyarakat yang berfokus pada mengidentifikasi, memperkuat, dan memanfaatkan kekayaan, potensi, serta sumber daya yang ada dalam komunitas untuk mencapai perubahan yang berkelanjutan. ABCD bertolak dari asumsi bahwa setiap komunitas memiliki kekuatan dan kemampuan untuk memecahkan masalah internal dan mencapai tujuan mereka sendiri.  Pendekatan ABCD menekankan pada pengenalan dan pemanfaatan kekayaan, potensi, dan sumber daya yang sudah ada dalam komunitas, seperti keahlian, hubungan sosial, budaya lokal, dan aset fisik.  Pendekatan ABCD mendorong partisipasi aktif dan inklusif dari seluruh anggota komunitas dalam proses pengembangan dan pengambilan keputusan. Hal ini memastikan bahwa solusi yang dihasilkan benar-benar mewakili kebutuhan dan aspirasi komunitas secara keseluruhan. Pendekatan ABCD mempromosikan kerja sama antara berbagai pihak, termasuk warga, organisasi non-pemerintah, pemerintah, bisnis, dan lembaga lainnya, untuk menciptakan sinergi dan meningkatkan efektivitas dalam mencapai tujuan bersama. Pendekatan ABCD mendukung pendekatan yang berbasis pada kebutuhan dan aspirasi komunitas, daripada pendekatan yang didorong oleh agenda luar atau kebijakan pemerintah. Pendekatan ABCD mengedepankan pendekatan dari bawah ke atas, yang memberikan kontrol dan kepemilikan kepada komunitas dalam menentukan arah dan prioritas pengembangan mereka sendiri. Pendekatan ABCD memperkuat jaringan sosial dan kapasitas dalam komunitas, sehingga memungkinkan mereka untuk saling mendukung dan berkolaborasi dalam mencapai tujuan bersama. Dengan mengadopsi pendekatan ABCD, komunitas dapat memperkuat diri mereka sendiri, memecahkan masalah internal, dan menciptakan perubahan yang berkelanjutan. Pendekatan ini telah terbukti berhasil di berbagai konteks, termasuk dalam memerangi kemiskinan, meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan, memperbaiki infrastruktur lokal, dan membangun keberlanjutan ekonomi komunitas.

Pendekatan ABCD di Sekolah

Sekolah merupakan komunitas yang terdiri dari lingkungan biotik (kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan dan murid) serta lingkungan abiotik (sarana prasarana pendukung, gedung, lokas, suhu, cuaca, persediaan air dan sebagainya). Komunitas sekolah ini apabila digerakkan dengan pendekatan yang tepat maka akan menjadi komunitas yang produktif. Berkaitan dengan pendekatan ABCD, bagaimana penerapan pendekatan tersebut di sekolah? Penerapan Asset-Based Community Development (ABCD) di sekolah dapat membantu memperkuat hubungan antara sekolah dan komunitas sekitarnya, serta memanfaatkan sumber daya yang ada untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa dan kualitas pendidikan secara keseluruhan. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk menerapkan pendekatan ABCD di sekolah. 1) Identifikasi Aset Sekolah. Mengidentifikasi berbagai aset yang dimiliki oleh sekolah, baik itu berupa sumber daya fisik seperti bangunan, peralatan, dan fasilitas, maupun aset manusia seperti keahlian dan bakat staf pengajar, dukungan orang tua, dan keterlibatan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler. 2) Kolaborasi dengan Komunitas Sekitar: Membangun kemitraan dan kerja sama dengan berbagai pihak dalam komunitas sekitar, seperti organisasi non-profit, perusahaan lokal, pusat sumber daya, dan lembaga pemerintah, untuk memanfaatkan sumber daya dan jaringan yang ada. 3) Partisipasi Orang Tua dan Wali Murid. Melibatkan orang tua dan wali murid dalam proses pembelajaran dan pengambilan keputusan di sekolah, serta mengakui kontribusi dan keahlian yang mereka miliki dalam mendukung pendidikan anak-anak mereka. 4) Membangun Keterlibatan Siswa. Mendorong keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran yang berbasis pengalaman, proyek kolaboratif, dan layanan masyarakat yang membantu mereka mengembangkan keterampilan, minat, dan kepemimpinan. 5) Pengembangan Kurikulum yang Relevan. Mengembangkan kurikulum yang menekankan pemanfaatan aset dan sumber daya lokal dalam pembelajaran, serta memungkinkan siswa untuk mengaitkan materi pelajaran dengan pengalaman dan konteks mereka sendiri. 6) Penggunaan Ruang dan Fasilitas Sekolah secara Optimal. Memanfaatkan ruang dan fasilitas sekolah untuk kegiatan non-akademis yang beragam, seperti program seni dan budaya, klub olahraga, pusat sumber daya komunitas, atau ruang pertemuan untuk pelatihan dan seminar. 7) Pengembangan Jaringan dan Kolaborasi. Membangun jaringan dan kolaborasi antara sekolah, komunitas sekitar, dan berbagai pihak terkait lainnya untuk mendukung inisiatif pendidikan yang berkelanjutan dan bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat. 8) Evaluasi dan Penyesuaian Berkelanjutan. Melakukan evaluasi terhadap dampak dan efektivitas program ABCD, serta menggunakan umpan balik dari stakeholder untuk menyesuaikan strategi dan kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi komunitas. Dengan menerapkan ABCD di sekolah, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif, berorientasi pada kekuatan, dan terhubung erat dengan komunitas sekitar. Ini akan membantu meningkatkan kualitas pendidikan, memperkuat hubungan antara sekolah dan masyarakat, serta mempromosikan kesejahteraan dan perkembangan holistik siswa.

Pendekatan ABCD di kelas

Penerapan Asset-Based Community Development (ABCD) dalam pembelajaran di kelas mengutamakan penggunaan kekuatan, sumber daya, dan potensi yang dimiliki oleh siswa, lingkungan belajar, serta masyarakat sekitar untuk menciptakan pengalaman belajar yang bermakna dan relevan. Berikut adalah beberapa cara penerapan ABCD dalam pembelajaran di kelas: 1) Mengakui dan Memanfaatkan Kekuatan Siswa. Guru perlu mengidentifikasi kekuatan, minat, bakat, dan pengalaman unik yang dimiliki oleh setiap siswa dalam kelas, dan memanfaatkannya sebagai dasar untuk pembelajaran. Guru dapat meminta siswa untuk berbagi tentang keahlian atau hobi mereka yang dapat diterapkan dalam konteks pembelajaran. 2) Penggunaan Sumber Daya Lokal.  Guru perlu memanfaatkan sumber daya lokal, seperti museum, perpustakaan, bisnis lokal, atau tempat-tempat bersejarah di sekitar sekolah, sebagai bagian dari pembelajaran. Di tingkat SMK, maka dapat memanfatkan lingkungan masyarakat industri untuk berkolaborasi dalam project industri. Guru dapat merencanakan kunjungan lapangan atau mengundang narasumber lokal untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka dengan siswa. 3) Proyek Kolaboratif Berbasis Komunitas. Guru perlu mendorong siswa untuk berkolaborasi dalam proyek-proyek yang relevan dengan komunitas mereka. Misalnya, siswa dapat melakukan penelitian tentang masalah-masalah sosial atau lingkungan yang ada di lingkungan mereka dan merancang solusi yang berbasis komunitas. 4) Pembelajaran Berbasis Pengalaman. Guru perlu merancang pengalaman pembelajaran yang melibatkan interaksi langsung dengan lingkungan sekitar. Contohnya, guru dapat mengajak siswa untuk melakukan eksplorasi alam, meneliti tanaman dan hewan lokal, atau mengadakan proyek kebun sekolah. 5) Keterlibatan Orang Tua dan Masyarakat. Guru perlu mengundang orang tua dan anggota masyarakat lokal untuk berpartisipasi dalam pembelajaran di kelas. Mereka dapat menjadi narasumber, mentor, atau sukarelawan yang membantu dalam proyek-proyek pembelajaran. 6) Penekanan pada Pemecahan Masalah Lokal. Guru perlu merancang kegiatan pembelajaran yang menantang siswa untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang ada di lingkungan mereka dan mencari solusi yang inovatif dan berkelanjutan. 7) Refleksi dan Evaluasi Berkelanjutan. Guru perlu mendorong siswa untuk merefleksikan pengalaman pembelajaran mereka dan mengevaluasi dampak dari proyek-proyek yang mereka lakukan terhadap diri mereka sendiri dan komunitas mereka. Dengan menerapkan ABCD dalam pembelajaran di kelas, guru dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna, relevan, dan berpusat pada siswa, yang membantu mereka mengembangkan keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang diperlukan untuk berhasil dalam kehidupan dan berkontribusi pada masyarakat.

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *