Olah Rasa Mencegah Bullying

Stop Bullying (Mechele Lovelin)

Di media masa saat ini sedang marak memberitakan tentang tindakan bullying yang dilakukan oleh siswa di sekolah. Dari kejadian bullying yang menyebabkan siswa sekolah dasar di Jakarta mengalami tindakan bunuh diri melompat dari lantai 4 dan kejadian tindak kekerasan oleh siswa SMP di Cilacap yang viral dipublish yang ditonton oleh teman-temannya. Miris hati saya sebagai guru, ketika melihat kasus bulying terjadi di lingkungan sekolah, yang seharusnya sekolah adalah taman yang menyenangkan bagi murid, yang seharusnya sekolah sebagai rumah kedua yang menyenangkan bagi mereka. Jangan-jangan sekolah ramah anak, sekolah anti bullying dan pembelajaran anti bulying hanya sebatas slogan-slogan semata.  Jika kita di posisi orang tua anak yang menjadi korban, yang sudah menitipkan anaknya ke sekolah untuk mendapatkan pendidikan yang menurut versi orang tua adalah sekolah pilihan karena dianggap sudah baik, namun di tengah perjalanannya, si anak tidak sampai lulus sudah diluluskan oleh kematian karena ulah teman-temannya yang melakukan bullying. Bagaimana perasaannya? Tentu kesedihan mendalam bercampur dengan perasaan sangat kecewa dengan sekolah yang telah dipercaya untuk dititipi anaknya untuk mendapatkan pendidikan yang layak.  Sekarang bagaimana perasaan kita sebagai guru, yang sudah mendapatkan titipan dari orang tua untuk mendidik, namun kita lebih disibukkan dengan segudang administrasi, disibukkan dengan mengisi materi, disibukkan dengan menilai, namun lupa bahwa ada murid-murid kita yang membutuhkan untuk didengar.

Dari kejadian bullying yang marak di sosial media tersebut, saya tergerak untuk melakukan olah rasa bersama murid-murid dengan harapan ikut merasakan dan mengerti apa yang akan dilakukan selanjutnya.

“Anak-anakku, video ini merupakan kejadian siswa SD yang diduga bunuh diri melompat dari lantai 4. Diduga anak tersebut tidak kuat mentalnya karena mendapat bully dari teman-temannya. Kalian yang ada di group ini wajib menjawab pertanyaan pak Di sebagai bagian dari olah rasa. 1) Apa yang kalian rasakan dari video di atas. 2) Ceritakan bullying yang pernah kalian alami. 3) Apa yang kalian rasakan dari bullying yang pernah kalian alami. 4) Apa yang akan kalian lakukan selanjutnya.

Sederhana apa yang saya lakukan untuk memantik perasaan siswa. Mungkin ini tidak masuk di ATP ataupun di modul dan bahan ajar, bahkan jauh dari rencana pembelajaran yang saya susun sebelumnya. Karena ini adalah kejadian nyata dan menurut saya adalah urgent dan harus diketahui oleh siswa,  maka proses saya utamakan terlebih dahulu.  Inilah yang saya maksud sebagai hidden curriculum.

Berbagai macam tanggapan yang diberikan oleh murid-murid setelah melihat sekilas cuplikan video, namun dapat ditarik kesimpulan bahwa mayoritas murid animasi kelas X di SMK Negeri 11 Semarang merasa merinding, sedih, perihatin dengan kejadian tersebut. “Rasanya sedih dan merinding, sedihnya karena dia masih SD dan masih memiliki masa depan yang cerah”, ungkap Fiorenza. “Saya merasa prihatin sekaligus sedih, karena anak yang masih memiliki umur dan perjalanan yang panjang harus terhenti dengan cara yang menyedihkan. Seorang anak yang seharusnya memikirkan pembelajaran dan permainan yang menyenangkan bersama teman-teman malah menjadi mimpi buruk baginya”, ungkap Fildzah. “Saya sangat sedih dan prihatin dengan masalah ini, sampai membuat si korban bunuh diri karena adanya pembullyan, bully itu sendiri adalah perilaku negatif yang menyakiti orang lain. Sampai membuat si korban menyerah dengan keadaan dan bisa melakukan seperti di vidio tersebut”, ungkap Anggun. “Sangat miris dan prihatin dengan usia yang dibilang masih muda, dengan jenjang karir yang masih panjang sekali dia nekat melakukan perbuatan tersebut dikarenakan mendapatkan perilaku yang tidak sebaiknya dilakukan oleh teman-temannya, dengan kejadian tersebut kita tahu bahwa pembulyan dapat berdampak sangat luas seperti mental psikologis dan gangguan emosional pada korban yang dibully. Maka dari itu hilangkan perbuatan bullying yang ada dan jangan pernah menjadi pelaku bullying”, ungkap Alfaro.  Masih banyak tanggapan siswa terkait dengan apa yang dirasakan oleh siswa ketika melihat video tersebut yang dapat dilihat pada link padlet di atas.

Saya tidak cukup dengan pertanyaan  apa yang dirasakan setelah melihat video tersebut. Saya justru bertanya kejadian bulying seperti apa yang pernah dirasakan oleh murid-murid saya, entah pada masa kecil di SD, SMP ataupun di SMK Negeri 11 Semarang jika mengalami. Sebagian besar murid menyampaikan pernah mengalami bulllying yang kejadiannya di SD dan SMP, sedangkan di SMK tidak terjadi. Saya paparkan beberapa cerita bullying yang dialami oleh murid.

“Jadi ceritanya waktu saya duduk di bangku SD, dimulai dari kelas 4. Ada anak sekelas laki laki mengetahui nama ayah saya dan saya tidak tahu dia dapat namanya dari mana. Sejak dia tahu, dia sering mengejek saya dengan nama ayah saya, bahkan saat di keramaian pun dia juga mengejek saya. Dan itu berlanjut sampai kelas 6”, ungkap Fiorenza.

“Sewaktu SD saya pernah mendapat perlakuan semena-mena dari sekelompok  teman dari kelas saya. Alasan perlakuan tersebut adalah karena menganggap saya sebagai “Anak Emas” dari para guru di sekolah. Saya disuruh melakukan apa pun kemauan mereka. Kalau saya tidak menaatinya saya akan dijambak dan dicaci maki. Teman sekelas saya hanya menonton saya. Entah mereka menganggap kami hanya sekadar “bermain dan bercanda” atau memang tak peduli. Saya sudah tak peduli lagi berhubung kejadiannya sudah cukup lama. Setelah beberapa minggu berlalu, saya tak tahu apa alasannya tapi mereka menghentikan perilaku mereka. Saya  sangat bersyukur setelahnya. Saat di SMP kelas 3, tepatnya tahun lalu. Saya tak tahu apakah ini dapat dianggap sebagai tindak bullying atau tidak. Intinya kehidupan saya selama SMP baik-baik saja selama 2 tahun. Namun tahun ketiga menurut saya kurang mengenakkan. Di tahun ketiga ini teman-teman saya membentuk kelompoknya sendiri-sendiri. Benar-benar berkelompok sendiri-sendiri. Mereka hanya ingin berbicara dengan teman sekelompoknya dan suka membicarakan orang lain dari kelompok lain juga. Mereka tak akan memedulikan orang yang bukan bagian dari kelompoknya. Gengsi anak-anak di SMP saya pun sangat tinggi. Saya saat itu tak masuk kelompok mana pun. Untungnya ada satu kelompok yang masih mau saya ajak mengobrol, walaupun jika saya membutuhkan bantuan mereka akan berpura-pura tak mendengarnya. Jika saya meminta bantuan hanya tatapan sinis yang saya dapatkan. Tahun ketiga ini saya sangat tak nyaman dengan kelas saya karena mereka semua mendiamkan saya dan tak menganggap adanya kehadiran saya. Hari-hari saya habiskan bersama teman saya dari kelas lain dan adik kelas yang baik pada saya. Saya bersyukur adanya orang-orang seperti mereka dalam hidup saya. Itulah kenapa di SMK N 11 Semarang saya amat bersyukur karena kelas saya tidak ada yang mendapat perlakuan seperti itu. Semuanya saling support dan membantu”, ungkap QRX, yang sengaja tidak menyebutkan namanya.

“Saya pernah dibully selama di SD karena saya bermain dengan perempuan sedangkan saya laki laki, saya di kata-katain dengan sebutan yang tidak baik, dan saya juga pernah di kucilin dan tidak punya teman hanya beberapa saja, dan saya dikatain jelek dibody shaming dan lain-lain, waktu di SMP saya dibully tapi tidak separah di SD dan hanya setahun”, ungkap R yang sengaja tidak menyebutkan namanya.

Itulah beberapa cerita bulying yang pernah dialami oleh murid-murid ketika di SD maupun di SMP. Kesedihan yang pasti mereka rasakan. Mungkin bahagia yang dirasakan oleh si pembuly, namun kebahagiaan si pembuly di atas penderitaan orang lain. Inilah karakter-karakter anak bangsa yang konon merupakan pewaris budaya nusantara yang luhur, ketika perasaan mereka tidak sering diasah untuk berempati. Kebahagiaan yang semu karena menari-menari di atas penderitaan orang lain.

“Rasanya sedih dan marah, sedih karena kenapa harus nama ayah saya yang menjadi bahan ejekan? Marah karena saya ingin membalas perbuatannya karena sudah sangat kelewatan, tapi rasanya percuma juga karena bisa jadi masalah menjadi lebih besar”, ungkap Fiorenza. “Yang saya rasakan saat saya kena bullying adalah saya merasa gelisah dan terganggu pada diriku sendiri sampai membandingkan kelayakan diri kepada orang lain”, ungkap Calista. “Kecewa dan bingung. Padahal sudah bertahun-tahun saya bersama mereka, kenapa mereka melakukan hal ini kepada saya? Sebenarnya apa salah saya kepada mereka yang melakukan hal ini pada saya?”, ungkap QRX. “Saat saya dibully saya merasa bingung sedih dan tidak tahu ingin bercerita ke siapa, dan ingin rasanya mengakhiri hidup karena merasa tertekan setiap hari dibully satu sekolah, tetapi saya tetap berusaha kuat tegar menghadapi semua dan saya yakin suatu saat nanti saya bisa lebih baik daripada mereka. Tidak harus membalas dengan apa yang mereka perbuat pada kita,tapi balaslah dengan kesuksesan”, ungkap R.

Setelah murid-murid sudah memberikan tanggapan tentang persaannya terhadap apa yang dilihat dari video nyata dampak bullying, menceritakan tentang kejadian bulying yang pernah dialami berserta perasaannya dari apa yang telah dialami, tiba saatnya mereka dipantik dengan pertanyaan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Pertanyaan ini membawa pada proses kesadaran diri siswa untuk melakukan tindakan berikutnya. Meskipun belum nampak perilakunya, ketika kesadaran ini dipantik saya berkeyakinan bahwa mereka akan bertindak sesuai dengan pemikirannya. Berikut ini beberapa respon murid-murid tentang apa yang akan dilakukan selanjutnya.

“Saya akan berbuat baik kepada semua orang, jika ada yang terbully saya akan melerainya”, ungkap Fiorenza. “Saya akan berusaha untuk berbuat baik pada siapa saja. Barangkali sang pembully bisa belajar dari kita dan berubah menjadi lebih baik dan mendekati orang yang menjadi korban bully, karena mereka tentu butuh perhatian dari kita”, ungkap Andin. “Kedepannya mungkin saya akan memperbaiki diri saya menjadi lebih baik lagi dan sebagai teman kita juga harus saling menghibur walaupun diri kita sendiri tidak terhibur”, ungkap Satriyo Wibawa. “Saya akan berusaha menjadi orang yang baik dan peka dengan keadaan sekitar, untuk mencegah terjadinya pembullyan dan melindungi si korban, apabila terjadi pembullyan saya akan melaporkan ini ke guru, karena si pembully harus tahu yang mereka lakukan bisa berdampak buruk bagi si korban”, ungkap Anggun.

Itu adalah kisah nyata tentang dampak kejadian bullying, dilanjutkan dengan olah rasa tentang perasaannya terhadap dampak yang terjadi dari kejadian bullying, cerita bullying dan perasaan yang dialami oleh murid serta apa yang akan dilakukan selanjutnya. Sederhana apa yang saya coba lakukan untuk mengolah rasa murid-murid dengan harapan perasaannya menjadi lebih halus, lebih peka dan lebih berempati.

 

 

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *