Olah Pikir dengan Landasan Empat Kesunyataan Mulia

“Dalam dunia kerja banyak sekali permasalahan yang akan kalian hadapi, sebagai siswa di SMK yang siap kerja tentu memahami hal tersebut sebagai hal yang pasti dialami setiap orang. Masalah apa yang kalian temukan di dalam praktek kerja lapangan atau magang yang kalian sedang kalian laksanakan? Menurut kalian, apa saja faktor penyebab permasalahan yang terjadi di dalam praktek kerja lapangan yang kalian laksanakan sekarang? Apa saja solusi atau cara mengatasi masalah tersebut? Bagaimana alur pola pemikiran yang bisa kalian temukan sebagai solusi pemecahan masalah di dalam praktek kerja lapangan yang kalian laksanakan sekarang?”, ini adalah pertanyaan pemantik yang saya tulis dan dicantumkan di dalam padlet untuk saya sampaikan kepada murid-murid saya yang sedang mengikuti kegiatan magang. Ini bukan sekedar pertanyaan, karena pertanyaan ini saya sampaikan kepada murid agar memiliki kesadaran diri tentang pentingnya dunia kerja dan usaha. Sengaja pertanyaan reflektif ini saya sampaikan kepada murid-murid yang sedang menjalankan kegiatan PKL atau magang. Saya mendapatkan pantikan dari salah satu guru yang bernama Pak Darsono tentang pentingnya mengajak murid untuk berpikir kearah formula empat  kesunyataan mulia yang dikemas dalam bahasa dunia kerja.

Jika dicermati tentang empat kesunyataan mulia, ajaran Buddha ini membahas tentang kebenaran tentang adanya Dukkha (Dukkha), kebenaran tentang sebab Dukkha (Dukkha Samudaya), kebenaran tentang lenyapnya Dukkha (Dukkha Niroda) dan kebenaran tentang jalan berunsur delapan menuju akhir Dukkha (Dukkha Nirodha Gamini Patipada Magga). Di Candi Mendut empat kesunyataan mulia ini digambarkan dalam bentuk roda beruji empat. 

Roda Beruji Empat di Candi Mendut Lambang Empat Kesunyataan Mulia

Ajaran tersebut jika diselami dalam konteks bahasa ilmiah, bahwa sebuah realita yang ada itu ada sebuah masalah, masalah itu ada faktor penyebabnya, masalah itu dapat diselesaikan dan masalah itu ada cara untuk menyelesaikan. Pola berpikir ini perlu dilatihkan kepada murid agar menjadi problem solver yang handal. Sayangnya kebiasaan memberikan pantikan olah pikir ini jarang dilakukan di dunia pendidikan yang lebih cenderung pada orientasi materi dengan penuh hafalan, bukan lagi memantik murid untuk berpikir. 

Masalah yang ditemui oleh murid yang mengikuti magang di Pickolab Kota Semarang, Keitoto di Kota Semarang dan Animars di Yogyakarta bervariasi, antara lain  berkaitan dengan peralatan, relasi, profesionalisme dalam bekerja dan inisiatif murid. “Laptop saya mungkin bisa dibilang dibawah rata rata untuk pekerjaan ilustrator karena hanya memiliki 4 ram dan terkadang juga lemot saat pengerjaan ilustrasi”, ungkap Yosepta Widiyaka yang mengikuti kegiatan magang di Pickolab. “Beberapa teman saya kurang profesional dalam bekerja, karena itu sangat mengganggu konsentrasi saya ketika sedang bekerja, seharusnya mereka mengerti mana waktu yang harus digunakan untuk bekerja dan waktu untuk bermain”, ungkap Nesya yang mengikuti kegiatan magang di Keitoto. “Didapati kurangnya inisiatif pada salah satu anak di tempat magang. Dia mendahulukan bertanya dari pada mencari tahu sendiri, yang mengakibatkan beberapa temannya yang sedang mengerjakan tugas lain jadi terganggu, akibat terlalu sering”, ungkap Yasin yang mengikuti kegiatan magang di Keitoto. “Saya mendapati beberapa anggota kelompok saya yang bermasalah dan tidak melakukan komunikasi yang jelas dengan beberapa pihak hingga masalah menjadi makin runyam, dan pihak lain yang di rugikan”, ungkap Khanza yang mengikuti kegiatan magang di Animars Yogyakarta. Mengungkapkan masalah yang terjadi ini penting dilakukan sehingga pihak sekolah yang diwakili oleh pembimbing PKL dapat mengetahui karakteristik permasalahan yang muncul dari beberapa industri.

Murid juga saya pantik untuk menganalisis penyebab timbulnya masalah yang terjadi di tempat magang atau PKL. Seperti halnya pada empat kesunyataan mulia yang kedua yang mengupas tentang sumbernya dukkha. Sebuah masalah pasti ada sebab musababnya yang perlu diketahui oleh murid.  Dengan mengetahui apa yang menjadi penyebabknya maka diharapkan akan dapat mencari tahu bagaimana cara mengatasi masalah tersebut.

Permasalahan yang terjadi di Animars menurut Khanza berkaitan dengan komunikasi anak magang yang kurang lancar. Khanza mendapati beberapa anggota kelompoknya yang bermasalah dan tidak melakukan komunikasi dengan jelas dengan beberapa pihak hingga masalah menjadi makin runyam, dan pihak lain yang dirugikan. Menurut Khanza, permasalahan tersebut muncul karena ketidaksiapan dengan peraturan perusahaan, kurangnya komunikasi yang jelas, egois atas keinginan mereka sendiri, dan pola pikir yang kurang terbuka. Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi tersebut menurut Khanza adalah mengembangkan komunikasi sebaik mungkin, belajar mengerti dan paham pada aturan lingkungan baru dan tidak kekeh dengan aturan lama yang kuno, berani bicara dan berkembang, berpikir lebih terbuka dan tidak egois. Dari permasalahan tersebut Khanza mampu menjelaskan alur berpikir bahwa dengan memahami situasi dan keadaan teman magang yang bermasalah, sebagai orang yang masih sadar bahwa hal itu merugikan. “Saya hanya menjadi penengah dan tidak mengikuti mereka. Tetap berpikir terbuka, tenang, dan menyelesaikan magang sebaik mungkin. Membuat kesan yang baik sebelum selesai walau ada masalah tersebut”, ungkap Khanza yang menunjukkan adanya kedewasaan dalam berpikir.

Nesya mengungkapkan permasalahan yang muncul di tempat magang yaitu beberapa temannya kurang profesional dalam bekerja, sehingga mengganggu konsentrasinya ketika sedang bekerja. Ketika ditanya apa yang menjadi faktor penyebabnya Nesya berpendapat bahwa kemungkinan teman-temannya kurang mengerti apa yang harus dilakukan ketika jam kerja dan apa yang tidak boleh dilakukan ketika jam kerja.  Ketika dipantik dengan pertanyaan tentang apa solusi yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut, Nesya berpendapat bahwa “Memberikan pemahaman kepada mereka tentang aturan ketika bekerja akan menjadi solusi, dengan memberi pemahaman mereka akan lebih mengerti dan menerapkan aturan dalam bekerja”, ungkap Nesya. Alur pemikiran terkait dengan permasalahan dan solusinya, menurut Nesya, mereka harus sadar jika mereka sedang bekerja maka harus mengikuti aturan dalam bekerja. Lalu melakukan pekerjaan secara profesional. mengerti mana waktu yang tepat untuk digunakan dalam bekerja dan mana waktu yang tepat untuk digunakan dalam bermain. Dari pendapat Nesya ini memperlihatkan bahwa dari olah pikir ini, sudah terlihat alur pemikiran yang jelas tentang masalah yang dihadapi, faktor penyebabnya dan bagaimana mengatasinya. Melalui olah pikir ini sudah memantik Nesya menjadi problem solver yang baik.

Probem berikutnya yang terjadi di tempat magang berkaitan dengan alat. Seperti yang diungkapkan oleh Benedictus, “Karena tidak di sediakan alat di tempat magang, jadi saya harus memakai laptop saya sendiri, sedangkan laptop saya tidak memiliki performa yang bagus. Dan akhirnya saya terpaksa merepotkan teman saya untuk mengerjakan task yang diberikan”, ungkap Benedictus. Faktor penyebabnya menurut Benedictus adalah berkaitan dengan device. “Device menjadi sumber masalah utama dalam melaksanakan kegiatan magang, spek yang rendah membuat kinerja kita menjadi kurang optimal’, ungkap Bendictus.  Solusi yang diberikan Benedictus adalah membeli alat yang memiliki spek yang mumpuni. Jika tidak ada dana, maka bisa meminta bantuan kepada kenalan kita, atau berdoa kepada Tuhan.

Olah pikir menjadi kunci penting bagi seorang pendidik untuk menghidupkan pemikiran murid. Yang membedakan dengan mahkluk lain adalah manusia mampu berpikir dengan baik, karena memiliki neo cortex sebagai pusat berpikir logika dan pengambila keputusan. Bahkan pikiran dalam syair kuno dijelaskan sebagai pelopor segalanya.

Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu,
pikiran adalah pemimpin,
pikiran adalah pembentuk.
Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran jahat,
maka penderitaan akan mengikutinya,
bagaikan roda pedati mengikuti langkah kaki lembu yang menariknya

Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu,
pikiran adalah pemimpin,
pikiran adalah pembentuk.
Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran murni,
maka kebahagiaan akan mengikutinya,
bagaikan bayang-bayang yang tak pernah meninggalkan bendanya.

Itulah syair kuno yang diambil dari Yamaka Vagga (syair kembar) dari Dammapada. Begitu dahysatnya peran pikiran, sehingga dalam dunia pendidikan olah pikir menjadi hal yang penting untuk dilatih.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *