Naik Level vs Naik Kelas

Modeling 3D..Karya Nesya

Karya modeling 3D berupa gambar interior tersebut buatan Nesya siswa kelas X Animasi SMK Negeri 11 Semarang. Siswa ini mampu membuat modeling 3D menggunakan software blender berkat mengikuti kegiatan mentoring yang dilakukan oleh temannya yang juga kelas X Animasi. Meskipun beda kelas, tidak ada sekat di antara mereka. Delvito yang memiliki kemampuan modeling 3D dengan proses belajar secara mandiri merasa bahwa ilmunya akan bermanfaat ketika dibagikan kepada teman-temannya. Awalnya memang saya pantik dengan pertanyaan yang tergolong powerfull. “Ketika kamu sudah memiliki kemampuan membuat modeling 3D, sedangkan teman-temannya belum mampu membuat seperti kamu, apa yang kamu rasakan, apa yang akan kamu lakukan?”, tanya saya ke Delvito beberapa bulan yang lalu. Meskipun awalnya belum langsung menjawab, namun hari berikutnya saya kaget ternyata Delvito menjawab pantikan saya dengan sebuah tindakan yaitu mengajak teman-temannya untuk mengikuti kegiatan mentoring dan Nesya salah satu pesertanya. “Berempati tanpa diminta”, salah satu indikator bahwa sekolah tersebut menyenangkan. Segera saya beri respon positif berupa catatan kebaikan di buku sakunya, “Delvito memberikan mentor modeling 3D dengan penuh keikhlasan”.

Kegiatan mentoring yang dilakukan ini ternyata membawa dampak kepada Nesya yakni memiliki semangat untuk terus berkarya membuat modeling 3D. Bahkan keduanya saat ini mendapat kepercayaan menjadi tim metavers SMK N 11 Semarang. Sebuah pencapaian luar biasa dari seorang Nesya dan Delvito yang masih duduk di kelas X menjadi tim intinya.

Dalam kesibukannya mengikuti kegiatan pembuatan metavers, mereka berdua masih sempat membuat karya bebas berupa modeling 3D. Karyanya semakin hari semakin bagus.

Modeling 3D. Karya Delvito
Modeling hutan. Karya Nesya

 

Modeling Hutan. Karya Delvito

Kedua anak tersebut sudah naik level, meskipun mereka belum naik kelas. Ia naik level atas kesadaran diri, meskipun secara capaian kompetensinya seharusnya akan ia peroleh ketika kelas XI. “Kalau bisa cepat mengapa harus berjalan lambat. Inilah salah satu penerapan pembelajaran diferensiasi, dimana passion anak didiknya dapat dikembangkan dengan cara-cara yang tidak seragam dan sesuai kebutuhan anak didiknya. Pelayanan secara individu menjadi kunci penting dalam pembelajaran ini. Kesadaran diri untuk naik level ini merupakan bukti bahwa mereka haus terhadap pengetahuan dan keterampilan, sehingga tanpa diminta pun mereka tetap belajar secara mandiri. Bukan masalah naik kelas ke kelas XI yang dikejar, namun justru ada kebanggan pada diri mereka meskipun masih di kelas X, sudah bisa naik level pada materi di kelas XI. Paradigma baru ini harus selalu dibangun kepada pendidik, bahwa mendidik itu sesuai kebutuhan anak didiknya.

2 thoughts on “Naik Level vs Naik Kelas”

  1. Luar biasa karya anak SMK ini, tidak kalah desainnya dengan lulusan Sarjana teknik. Semoga anak2 bangsa ini kedepannya semakin keren karyanya dan siap kerja. Tetap sehat dan Semangat

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *