Menarasikan GSM Lewat Wayang Beling

Bahagia bertepatan hari guru nasional, Jumat, 25 November 2022 saya bisa ikut andil menarasikan Gerakan Sekolah Menyenangkan melalui pentas wayang beling dari teater kelas SMK Negeri 11 Semarang dengan judul Kesandung Tresno. 

Biasanya narasi GSM dilakukan melalui workshop baik luring maupun daring. Namun di hari yang spesial ini, saya ikut memainkan tokoh Gareng, bersama tokoh lainnya yaitu Sujinarto, M.Pd (volunteer GSM) menjadi Petruk, Slamet, S.Pd (volunteer GSM) sebagai Bagong, Drs. Luluk Wibowo, S.T., M.T (kepala sekolah) sebagai cepot, Alfiyah, S.Pd (guru bahasa Indonesia) menjadi Cenil, Suparmi, S.Pd (guru produksi Grafika) sebagai simbok dan Antonius Bowo Wasono, S.Pd., S.IP., M.A ( ketua jurusan Desain Grafika sebagai dalang dan penulis cerita.

Media narasi Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) yang menyuguhkan punokawan  tersebut sejalan dengan prinsip GSM bahwa mendidik itu harus benar, baik dan indah. Benar saja tidaklah cukup, karena belum tentu kebenaran itu akan tersampaikan ketika tidak dilandasi dengan cara-cara yang baik dan indah. Punokawan sebagai tokoh yang selalu memihak pada kebenaran dan mereka sebagai simbol dari rakyat jelata yang selalu memegang prinsip membela yang benar.  Punokawan identik dengan kejenakaan, sebagai simbol bahwa mendidik harus dilakukan dengan menyenangkan dengan tetap pada prinsip dasar kebenaran.

Bahagia bisa ikut berperan dalam wayang mbeling sebagai wadah menarasikan GSM ini, karena dari kegiatan itu sebenarnya sedang menguji eksistensi saya apakah sudah bisa menjadi mahkluk sosial dengan kecerdasan kolektifnya. Memainkan peran punokawan ini ternyata dibutuhkan kecerdasan kolektif, kapan saya sebagai tokoh Gareng harus mampu memberikan jokes, harus mampu memberikan kesempatan yang lain untuk tampil, sehingga tidak bertabrakan.

Dalam wayang mbeling tersebut diketengahkan tema besar tentang peran gerakan sekolah menyenangkan dalam pembentukan ekosistem yang menyenangkan, dimana meletakkan peserta didik sebagai subjek dan bukan sebagai objek pembelajaran. Kehadiran guru diperlukan untuk memberikan kemerdekaan kepada anak didiknya, bukan berarti memberikan kebebasan, namun memandang bahwa setiap anak didik itu nomor satu, sehingga mereka perlu dioptimalkan segala passion, bakat dan talentanya sehingga mencapai versi terbaiknya masing-masing. Di hari guru nasional ini, kita diingatkan kembali bahwa guru berasal dari kata gu dan ru, yang berarti dari gelap menuju terang. Selamat hari Guru, semoga kita dapat menjadi guru yang bermartabat.

 

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *