Dustin: Berkarya Melampaui Ekspektasi Kurikulum

 

 

Dustin, siswa kelas X Animasi SMK Negeri 11 Semarang yang lebih suka menekuni modeling 3D menggunakan software blender. Awalnya ia mengikuti diklat yang diadakan oleh Jurusan Animasi dengan mentor teman-temannya sendiri. Pihak Jurusan memfasilitasi alat komputer dan tempat, anak-anak sendiri yang mengatur jadwal mentoring dan siapa pesertanya.

Peserta diklat dijaring melalui pendaftaran di group siswa, para mentor menawarkan diri untuk menjadi mentornya. Pola ini sudah menjadi budaya di jurusan untuk saling berbagi pengalaman. Prinsip yang sering saya berikan ke anak-anak bahwa berbagi itu indah, berbagi itu tidak akan pernah berkurang, justru akan semakin bertambah ilmunya.

Dari proses mentoring ini membuat Dustin semakin gandrung dengan modeling 3D, bahkan ia menjadi mentor pada tahap selanjutnya. Perasaan gandrung terhadap pengetahuan dan keterampilan ini ditunjukkan dari kebiasaan mencari tutorial di youtube untuk membuat karya animasi 3D yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan tri N (Niteni, nirokake, nambahi) seperti pada ajaran Ki Hajar Dewantoro, ia terus mengembangkan potensinya.

Kalau kita melihat kurikulum yang dipakai, materi ini dipelajari di kelas XI, namun untuk kepentingan anak dan kebutuhan anak, maka mereka dibebaskan untuk berkarya melampaui sekat-sekat kelas, sekat-sekat kompetensi dasar. Justru yang saya pantik kalau bisa cepat mengapa harus lambat.

Dustin mampu melampaui sekat-sekat itu. Dalam project Penilaian Akhir Semester ia mampu menampilkan karya di luar ekspectasi saya. Ia mampu membuat modeling 3D dan menganimasikan sehingga menjadi iklan produk seperti pada tampilan video di atas. Merdeka belajar harus direalisasikan secara nyata untuk menuntun kodrat anak, menuntun potensi anak. 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *