Mengatasi Perilaku Semu Di Kelas

Jangan harap kita akan mendapatkan informasi perilaku yang alami dari peserta didik jika pembelajarannya hanya berkutat di ruang yang dibatasi oleh empat dinding kelas. Bagaimana komunikasi akan terjalin akrab, keterbukaan antara guru dan siswa terbentuk ketika setiap hari guru dikejar untuk menuntaskan materi. Kita hanya akan terjebak pada pendidikan transaksional ketika cara-cara itu masih melekat dan menjadi rutinitas yang dilakukan setiap hari.

Banyak guru yang merasa sudah senang ketika suasana kelas yang tenang, kelihatan tertib, apalagi peserta didik tepat waktu dalam mengumpulkan tugas. Namun perlu menjadi bahan introspeksi, apakah perilaku peserta didik tersebut sudah mencerminkan perilaku alami mereka?

Ketika ingin tahu perilaku alamiah mereka maka ajaklah peserta didik mengikuti project riil. Seperti yang dilakukan dalam kegiatan project riil melukis dinding kelas di TK daerah Mrican dan di SD Negeri Karangroto 04 Semarang. Mereka melakukan secara bersama-sama dalam waktu 10 hari di bawah asuhan Pak Sindu dan Pak Daud. Perilaku alami peserta didik yang terlibat sedikit-demi sedikit terlihat. “Ada yang masih individual, kurang peka terhadap temannya. Ada juga yang “tersenyum” sebagai kelebihan dan kekurangannya”, ungkap Pak Sindu ketika bercerita santai sambil menuju SD Negeri Tri Mulyo 02 Semarang untuk survei lokasi painting berikutnya. Saya kejar, maksud dari cerita tersebut. Ternyata dari kegiatan tersebut ditemukan siswa yang selalu tersenyum di saat bahagia maupun sedang sedih. Dari kegiatan tersebut, kekurangan dari masing-masing peserta didik terlihat dan karena adanya keterbukaan, kegiatan tersebut dijadikan untuk sharing untuk meningkatkan perilaku positifnya. Keterbukaan akan muncul dalam suasana santai sambil mengerjakan project. Senda gurau namun serius dalam mengerjakan project menambah keakraban di antara mereka. Pada saat itulah nilai-nilai karakter positif dapat disisipkan untuk mereka sehingga mudah diterima.  

“Secara skill saya masih dibilang paling rendah tetapi saya memperoleh ilmu tahan mental karena didikan dari Pak Sindu dan itu yang menurut saya paling dasar, perubahan yang saya dapatkan yaitu mental dan juga ketahanan tubuh saya perlahan meningkat”, ungkap Yosepta.

“Kalau komunikasi dengan kakak kelas saya lancar dan aman karena saya juga harus berlatih sosial dan begitu kita bisa saling mengerti.  Sebelumnya saya khawatir dengan komunikasi ke kakak-kakak dan guru pembimbing tetapi saya beranikan di sekarang saya sudah terbiasa dengan hal itu karena dulu dan sebelum mulai painting saya selalu takut untuk berbicara”, ungkap Yosepta lebih lanjut.

Bahtera salah satu anggota kelompok painting juga merasakan hal yang sama bahwa yang awalnya individual akhirnya bisa mengerti tentang kolaborasi. “Setelah mengikuti kegiatan painting, yang saya peroleh adalah  bisa mempelajari dan juga mempraktikkan cara menggoreskan kuas dengan benar , dan saya juga mempelajari cara melukis di tembok yang benar. Perubahan yang paling menonjol adalah saya bisa menggoreskan kuas ke tembok dengan percaya diri,karena saat pertama kali kegiatan saya masih belum percaya diri dan saya bisa meningkatan skill melukis saya dengan adanya kegiatan painting ini.  Saya jadi bisa memanajemen waktu dengan baik, saya juga bisa berkerja sama dalam tim dengan baik. Awalnya saya tidak pernah berkerja dengan tim pak untuk painting, setelah saya mengikuti kegiatan painting ini saya jadi bisa bekerja dengan tim”, ungkap Bahtera.

Project riil yang dilakukan di luar maupun di dalam kelas dapat digunakan sebagai tempat melatih segala kompetensi dari a hard skill maupun soft skill. Tentu kegiatan ini dibutuhkan kejelian, kedekatan guru dengan peserta didik. Segala bentuk perilaku alami peserta didik yang dianggap menyimpang segera diluruskan dengan pendekatan yang terbuka.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *