Melatih Berkomunikasi di Kelas

Senin, 4 Maret 2024 saya masuk di kelas X Animasi 1 pada pelajaran dasar-dasar animasi. Sesuai skenario yang sudah dirancang, pembelajaran di pertemuan ini adalah membuat gerakan animasi karakter berjalan dengan ekspresi sedih. Tantangan itu tetap dilaksanakan, namun ada satu jam pelajaran saya ambil khusus untuk melatih komunikasi. Komunikasi merupakan kompetensi pertama yang dibutuhkan di masyarakat maupun di dunia usaha dan industri. Buktinya setiap ada seleksi masuk menjadi pegawai di suatu perusahaan, maka wawancara menjadi tahapan terakhir sebagai penentu diterima atau tidaknya di perusahaan tersebut. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kemampuan berkomunikasi. Apalagi murid SMK yang endingnya akan berkecimpung di dunia usaha dan industri, maka kemampuan komunikasi harus dimiliki sejak dini. Namun kenyataan yang terjadi, mayoritas murid belum memiliki keberanian ketika berkomunikasi dengan orang lain, terbukti ketika diberikan pertanyaan jarang sekali yang berani menanggapi. Ketika di tanya, mereka sebenarnya bisa menjawab, namun tidak berani menyampaikannya. Ketika diberikan kesempatan untuk presentasi, kemampuan berbicara di depan teman-temannya ternyata menjadi kendala. Terlihat dari bicaranya kurang lancar, masih sering mengeluarkan kata “eeee” bahkan sampai tangannya secara otomatis garuk-garuk kepala yang sebenarnya tidak gatal di tambah keluarnya butiran-butiran keringat yang menunjukkan bahwa mereka tidak percaya diri ketika harus berdiri dan berbicara di depan umum. Di satu sisi, ketika bebicara biasa dengan teman-temannya, mereka mampu berjam-jam berbicara bahkan seringkali sulit untuk dihentikan sambil bercanda gurau. Lalu mengapa ketika mereka diminta untuk berbicara secara di depan umum mengalami kendala? Sebenarnya hanya ada satu jawaban karena belum terbiasa saja. Inilah peran setiap guru untuk memberikan kesempatan murid berbicara dan yang lainnya belajar mendengarkan. Kedua kemampuan ini memang paling sulit, namun bukan berarti tidak bisa dilakukan. Setahap demi setahap ketika mereka dilatih pasti akan terbiasa dan saya yakin mampu berbicara dengan lancar.

Untuk masuk pada tahap berbicara di depan umum. diperlukan tahapan sebelumnya yaitu belajar bercerita melalui tulisan terlebih dahulu. Pagi ini mereka saya minta menuliskan pengalaman yang berkesan selama di SD atau SMP yang berdampak terhadap kondisi saat ini.  Usai menuliskan cerita tersebut dan dikirim ke group whatsapp, secara acak menggunakan aplikasi pengacak nama, maka pada hari ini hanya dua murid yang mendapatkan kesempatan bercerita di depan teman-temannya. Dari hasil pengacakan ternyata yang mendapatkan kesempatan bercerita adalah Regina dan Keyzza.

Ketika hasil pengacakan nama muncul nama Regina, ia sempat kaget karena belum selesai menuliskan ceritanya. Namun yang saya apresiasi, ia tetap memberanikan diri untuk bercerita tanpa harus membaca. Awalnya nampak kurang percaya diri dengan suara terbata-bata. Seiring berjalannya waktu, ia bercerita semakin lancar dan mengalir. Pengacakan selanjutnya jatuh pada Keyzza. Sama seperti Regina, Keyzza juga menampakkan rasa kurang percaya diri dan terlihat tegang. Dengan beiringnya waktu, akhirnya ia mampu menuntaskan ceritanya dengan lancar.

Yang tidak mendapatkan kesempatan bercerita di depan kelas, maka hari ini diberi kesempatan untuk menuliskan ceritanya di group whatsaap dan minggu depan mendapatkan peluang yang sama untuk bercerita di depan teman-temannya setelah melalui proses pengacakan nama menggunakan aplikasi wheelofnames.com.  Berikut beberapa cerita yang disampaikan secara tertulis oleh Donatus Nuga dan Fajar Toni.

Cerita Donatus

Dulu saat saya masih SD, adalah orang yang ceria, pintar dalam akademis, aktif, mudah bergaul, punya banyak teman. Saya dulu selalu masuk 3 besar juara kelas. Teman-teman sampai memanggilku kutu buku. Semua berjalan baik-baik saja sampai-sampai saya mulai memasuki kelas 4 yang dikategorikan sebagai kelas besar yang mana di kelas besar aku harus bisa berpikir kritis tidak hanya hafalan tentang semua mata pelajaran. Nah karena saya dari dulu terbiasa dengan metode hafalan nilai-nilainya mulai menurun, nilai saya mulai melenceng, kalah dengan teman yang lain. Saya merasa kecewa. Waktu demi waktu berlalu, lalu waktu kelulusan pun tiba, yang kebetulan saat itu kita semua sedang dilanda covid-19. Saat itu saya terpaksa ikut pembelajaran di rumah, belajar di rumah. Satu tahun tanpa bimbingan guru itu sulit. Saat itu pikiran saya masih terjebak di masa-masa SD, kekanak-kanakan. Kehidupan SMP pun dimulai, tahun pertama semua terlihat baik-baik saja. Hari-hari sekolah terus berlanjut, kelas 1 berjalan lancar saja, lalu saat kelas 2 akhirnya dimulai pembelajaran tatap muka, akhirnya saya bisa berkenalan dan mendapat beberapa teman. Tidak se ceria dulu, karena 1 tahun di rumah saja, membuat saya kehilangan kemampuan saya untuk bersosialisasi. Saat itu saya orangnya hanya pendiam, jarang begaul. yaa kelas dua mulai lancar, walaupun tetap suram. Lalu saat kelas 2 smt 2, saya bertemu seorang teman baru, dia aneh, gak seperti teman-taman yang biasa saya temui. Sebut saja Yusuf (ya emang namanya Yusuf) orangnya awalnya pendiam, lalu mulai kuajak bicara, ternyata orangnya asik. Kami mulai akrab, hari-hari bersama dia. benar-benar teman yang paling paham tentang saya. Orangnya pendengar yang baik, dan cerita-cerita masa lalu benar-benar hebat, tidak biasa. dia mulai tahu kalau saya orang yang pendiam ini dulunya ceria. Dia terus mendukung saya, memaksa saya untuk bisa kembali seperti diri saya yang dulu. Saat di sekolah ada suatu kegiatan, awalnya aku ragu saat diminta guru untuk maju ikut, tapi dia tetap meyakinkan saya untuk berani hadapi. Hidup saya mulai berubah saat mengenal dia. Dia satu-satunya teman yang bisa paham dan serius dengan saya, yang sementara kebanyakan teman saya hanyalah teman yang menemani saja. Teman yang hebat. hari-hari terus berlalu, waktu kelulusan SMP pun tiba, kami berpisah, saya sudah tidak bisa lagi bersamanya, meminta bantuan dia, dia tidak bisa lagi membantu saya secara langsung. Saat ini saya harus bisa berjuang sendiri, bertemu teman-teman baru, beradaptasi dengan lingkungan baru. Saat di SMK ini, akhirnya saya mulai bisa kembali ceria lagi, sudah mulai cerewet seperti dulu. Dia mengajarkan saya  untuk jangan takut mencoba, Lakukan saja. nikmati tiap proses, perlahan tapi pasti, nikmati masa muda tapi jangan juga menyepelekannya. Masih akan ada cerita baru yang menanti, atau mungkin saya yang membuat cerita sendiri. bagaimanapun, tetaplah maju, jangan takut.

Cerita Fajar Toni

Saya sewaktu SD sudah suka dengan ekstra paskib, awalnya saya meremehkan jika ekstra tersebut kurang asik dan kurang menarik, tapi ibu saya membujuk untuk mengikuti ekstra tersebut, ibu saya bilang kalau bisa mengikuti ekstra paskib sampai bisa kepilih jadi anggota paskibraka Nasional, maka cita² ingin menjadi abdi negara bisa di ikuti dengan mudah, dari situlah saya tertarik mengikuti ekstra paskib sampai SMP saya pun juga melanjutkan ekstra tersebut, waktu itu ada lomba, tetapi sayangnya saya dan tim SMP yang mengikuti lomba tersebut harus kalah dengan sekolah-sekolah yang lainnya, saya waktu itu sempat mau keluar dan stop untuk mengikuti paskib lalu saya di pilih pelatih saya untuk mengikuti latihan fisik di TLJ agar saat SMK nanti saya punya fisik yang siap untuk mengikuti kegiatan lainnya, saat ingin masuk ke SMK saya di bujuk pelatih saya untuk memilih sekolah SMK 11 Semarang disitu beliau bercerita kalau paskib disana cukup baik dan cukup dikenal di SMK maupun SMA, sewaktu di SMK saya melanjutkan ekstra paskib tersebut dan Alhamdulillahnya saya bisa mengikuti nya dengan baik dan terpilih tim lomba, itu sangat melelahkan proses yang di butuhkan sangat lama, tetapi proses tidak mengkhianati hasil saya bersama tim membawa hadiah 3 piala, saya berfikir jika ada keinginan berusaha pasti ada hasil, yang awalnya ingin putus asa tetapi dengan mendapatkan dukungan dari pelatih dan orang tua saya, saya yakin jika ada peluang untuk menjadi seorang anggota paskibraka, jika ada niat insyaallah akan ada hasil yang memuaskan.

Masih banyak cerita-cerita dari murid-murid lainnya, yang tidak saya masukkan di tulisan ini. Yang pasti mereka sudah berani bercerita melalui tulisan, hanya bercerita secara lisan di depan teman-temannya yang masih terus dilatih. Direncanakan setiap pertemuan, akan saya sisihkan waktu di awal agar murid bercerita melalui tulisan dan secara acak hanya 2-3 murid yang bercerita secara lisan. Langkah kecil yang sederhana ini semoga menjadi cara yang dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi.

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *