Refleksi Diri tentang Nilai-nilai Guru

Waktu begitu cepat ketika mengikuti kegiatan pendidikan guru penggerak, hingga saat ini sudah sampai pada modul 1.2 yang mengupas tuntas tentang nilai-nilai dan peran guru penggerak. Saya sebenarnya agak merasa kurang enak, ketika harus menyebut sebagai guru penggerak, karena sejatinya nilai-nilai yang harus dimiliki oleh seorang guru (tanpa embel-embel apapun) yaitu berpihak pada murid, reflektif, mandiri, kolaboratif dan inovatif. Tidak pandang itu adalah guru penggerak atau bukan guru penggerak. Ketika seseorang disebut sebagai guru maka itulah yang sebenarnya nilai-nilai yang hendaknya mengalir dalam darahnya. Guru dalam bahasa sanskerta berasal dari kata gu (gelap) dan ru (terang). Guru memiliki makna dari gelap menuju terang. Guru merupakan suluh atau penerang bagi orang lain yang sedang berada dalam kegelapan. Ketika guru itu sendirian maka suluh tersebut lama kelamaan akan habis nyala apinya, oleh karena itu tugas mulia ini harus bersama-sama dengan suluh-suluh yang lain. Ibarat arang yang menyimpan bara api, maka arang tersebut akan terus menyalakan apinya manakala bersama-sama dengan arang-arang lain. Inilah perlunya membentuk komunitas yang satu frekuensi, yang memiliki vibrasi positif untuk terus membangun narasi yang sama menuju pada proses pendidikan yang memanusiakan murid-muridnya. Ki Hajar Dewantara menyebut pendidikan sebagai proses menuntun kodrat yang dimiliki murid-murid (kodrat alam dan kodrat jaman) agar mencapai kebahagiaan setinggi-tingginya. Bahagia lahirnya, bahagia batinnya, yang mampu memberikan kebermanfaatan untuk dirinya maupun lingkungan sekitarnya. Komunitas menjadi kendaraan yang paling efektif untuk menggerakkan narasi ini yang akan terus menggulung bagaikan gulungan salju. Hanya para guru yang tergerak hatinya dan menjadikan guru sebagai panggilan jiwa untuk menapaki jalannya sebagai perjalanan spiritual, sehingga menjadi guru bukan sekedar mengajar secara tektual yang dipenuhi adminstrasi dan ujian-ujian penuh angka, namun lebih dari itu memiliki tanggungjawab moral untuk menuntun muridnya memiliki budi pekerti yang luhur.

Guru yang mampu menurunkan egonya, dialah yang akan mampu berkolaborasi dengan yang lain. Orang lain yang memiliki vibrasi yang sama dan positif menjadi partner yang bisa saling asah, asih dan asuh, sehingga dari proses berkomunitas dan berkolaborasi itulah akan memunculkan inovasi-inovasi. Praktik-praktik baik yang dilakukan meskipun kecil, akan menjadi inspirasi bagi yang lainnya. Tidak harus menunggu lama program-program dari pemerintah, tidak menunggu adanya perintah, bahkan dengan ketulusan jiwanya, maka guru yang demikian akan terus berbagi di komunitas. Mungkin hal-hal kecil atau menurut kita dianggap remeh temeh, namun ketika dibagikan mungkin sangat berarti bagi guru lain. Berkolaborasi dalam bingkai komunitas inilah yang akan menjadi arang-arang yang menyimpan api energi yang dapat memberikan semangat bagi yang lainnya. Dari proses kolaborasi yang saling berbagi pengalaman inilah yang akan efektif meningkatkan inovasi dalam mendidik maupun mengajar.

Guru yang merdeka adalah guru yang telah mampu memberikan kemerdekaan pada dirinya sebelum memberikan kemerdekaan kepada muridnya. Merdeka berarti bebas secara lahirnya, dan mandiri secara batinnya. Bebas secara lahir, mereka tidak takut melakukan keleluasaan untuk melakukan perubahan-perubahan pada dirinya yang bermanfaat. Mereka tidak takut berinovasi karena dirinya sudah bebas dari belenggu-belenggu feodalisme, sehingga apa yang dilakukan semata-mata untuk kepentingan peningkatan kualitas murid-muridnya. Secara batin, guru yang merdeka adalah guru yang memiliki kemandirian dalam berpikir, tidak tergantung pada orang lain. Dari kemandirian inilah akan lahir pemikiran-pemikiran yang kreatif dan inovatif untuk kepentingan murid.

Guru adalah panggilan hati dan jiwa, sehingga apa yang dilakukan akan berhamba pada murid. Hadirnya seorang guru semata-mata berpihak pada murid, untuk kepentingan murid.  Ibarat seorang petani yang berada di desa yang subur yang masih menjunjung nilai-nilai budaya luhur, maka guru akan memberikan media yang subur agar benih-benih talenta, passion dan bakat murid dapat muncul. Ketika benih-benih tersebut muncul, maka ia akan merawatnya, memberikan air secukupnya, memberi pupuk, memberantas gulma-gulma pengganggu, sehingga benih akan terus tumbuh, memiliki akar yang kuat untuk bisa mencari unsur-unsur hara sehingga akhirnya berbuah dengan kualitas yang lebih baik.

Guru adalah pembelajar sejati, ia akan terus belajar bersama murid. Segala tindakan membersamai murid akan terus dievaluasi oleh dirinya. Tentu hal ini dibutuhkan refleksi dari murid. Refleksi berarti bercermin. Tindakan murid itu sebenarnya juga salah satu bayangan dari seorang guru. Ketika guru gagal merencanakan, melaksanakan pendidikan maka bayangan yang terlihat adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap dari sang murid. Oleh karena itu budaya refleksi harus terus dilakukan oleh guru. Meminta tanggapan dari murid, meminta masukan dan respon dari murid merupakan salah satu indikator nilai reflektif yang hendaknya dimiliki oleh guru. Olah pikir, olah rasa dan olah laku juga menjadi bagian yang terpenting bagi guru agar sang muridpun memiliki budaya reflektif, sehingga segala tindakannya berakar dari kesadarannya. Inilah yang saya pelajari dalam modul 1.2 pada pendidikan guru penggerak yang diselenggarakan oleh Kemendikbud dan Ristek Republik Indonesia. Ada peristiwa yang membekas dari kegiatan belajar ini, dimana saya mendapatkan suguhan tentang sistem kerja otak secara cepat yang dilakukan oleh otak reptil dan limbik sistem dan sistem kerja lambat yang dilakukan oleh neocortek. Ada hal yang menarik dari materi ini, dimana kerja otak reptil dan limbik sistem lebih banyak bekerja secara otonom, akibatnya ketika kita tidak mampu mengontrolnya maka dampaknya akan merugikan kita. Misalnya ketika ada ancaman dan kita tidak mampu mengontrolnya maka kita cenderung melawan, demikian juga limbik sistem akan merespon sehingga munculah kemarahan, kejengkelan, sedih dan sebagainya yang justru akan menurunkan kualitas hidup kita. Kontrol diri inilah yang dapat kita lakukan. Ini materi yang benar-benar membekas sehingga membawa pada kesadaran diri dalam mendidik untuk memberikan respon positif ketika melakukan pembelajaran. Respon positif merupakan bentuk penghargaan kepada murid yang dapat kita lakukan sebagai guru. Ada kegiatan yang benar-benar membekas yang dilakukan dalam pelatihan ini adalah bagaimana menerapkan praktik menghargai. Hal sederhana yang dilakukan pada sesion ini, dimana setiap peserta diminta untuk menuliskan nilai-nilai sebagai guru yang sudah muncul pada peserta lain yang menginspirasi serta menuliskan sebuah surat kepada peserta lain. Kegiatan sederhana ini justru sangat bermakna dan tentu menjadi inspirasi selanjutnya dalam proses mendidik di sekolah maupun di keluarga. Proses ini memang jauh sebelum saya mengikuti pendidikan ini sering saya lakukan sebagai pantikan kepada murid untuk memiliki kepekaan empati, rasa terima kasih dan hormat serta menghargai orang lain. Salah satu dari banyak kegiatan yang sudah saya lakukan adalah memberikan tantangan dengan judul orang tuaku pahlawanku. Sebuah tantangan yang saya berikan kepada murid di jurusan animasi untuk membuat gambar ilustrasi tentang siapakah orang tuanya, dan mendeskripsikan mengapa orang tuanya menginspirasinya.  

Berikut hasil karya beberapa siswa kelas sepuluh animasi dalam menyelesaikan tantangan tersebut

Karya Yosepta

Ayahku bernama Narko, beliau bekerja sebagai ojek. Bukan masalah status pekerjaannya, namun beliau menjalankan pekerjaan tersebut dengan baik. Beliau adalah ayah yang baik, membanting tulang bekerja pagi dan malam, pernah mengantar orang jam 11 malam dan juga mengantar jam 5 pagi, hampir setiap hari. Ayahku itu orangnya tegas dan disiplin.

Saya masih ingat waktu SD, saat  pulang atau berangkat sekolah saya selalu diantar dan dijemputnya, meskipun waktu hujan ayahku tetap mengantar/menjemputku. “Pak sudah sampai sekolah belum? “, tanya saya pada ayah, karena memang saya tidak melihat sekeliling yang dilewati. Yang saya lihat hanya punggung ayah, karena saya berada di bawah mantel jas hujan ketika  air hujan terus mengguyur laju motor ayah yang beliau kendarai.” Sedikit lagi”, jawab ayah. Kalau diingat ingat lucu juga karena waktu itu penglihatan ku tertutup oleh jas hujan. Beliau tetap saja menerjang derasnya hujan, meski beliau basah yang penting saya tidak basah.

Ayahku adalah sosok pahlawan yang tidak kenal lelah, badai, hujan, panas ia terjang untuk mencari nafkah demi menghidupi keluarga. Beliau juga memberikan rasa aman dan perlindungan untuk keluarga. Terimakasih ayah untuk semua keringat yang kau teteskan untukku, aku akan membalasnya dengan kesuksesan yang membuat mu bangga (Cerita Yosepta, siswa kelas X Animasi SMK N 11 Semarang).

Karya Kilau

Apa itu pahlawan? Apakah seperti yang ada di film superhero? Tentu bukan, bagi saya pahlawan yang nyata adalah orang tua saya sendiri. Karena orang tua saya lah yang membuat saya menjadi diri saya yang sekarang ini, dan diri saya dimasa depan. Ah, akan saya sebutkan satu hal yang sangat bermakna dari superhero saya ini. Sebenarnya ada begitu banyak hal yang bermakna dari orangtua saya, namun yang akan saya ambil untuk challenge kali ini adalah hal yang biasa saya lakukan dengan mama saya. Yaitu pelukan. Setiap hari, sebelum saya berangkat sekolah mama saya akan selalu memeluk saya dan mendoakan saya. Itu adalah hal yang sangat berkesan dan berarti untuk saya, memang biasa tetapi sangat terasa rasa sayang darinya untuk saya. Biasanya, saya juga selalu memeluk mama saya jika hati saya sedang resah atau sedih. Karena pelukan dari mama saya dapat membuat saya merasa lebih baik.

Karena saya sudah terbiasa dengan pelukan, saya sekarang menganggap bahwa berpelukan itu adalah salah satu cara mengungkapkan kasih sayang, karena itulah saya biasanya memeluk teman-teman perempuan saya. Untuk mengungkapkan rasa sayang dan memberikan kenyamanan kepada teman-teman saya.
Contohnya, ketika teman saya sedang terlihat sedih saya akan otomatis memeluknya. Tidak harus mengucapkan dengan kata-kata, namun hal sekecil pelukan dapat memberitahu oranglain bahwa kita mengasihi orang tersebut. Pelukan dari mama saya sangat berkesan bagi saya, karena bisa mengajarkan saya tentang kasih sayang (cerita Kilau, siswa kelas X Animasi SMK N 11 Semarang).

Itu adalah ungkapan dari Yosepta dan Kilau siswa kelas X animasi SMK N 11 Semarang yang diunggah di instagram dan disertai gambar ilustrasi yang menarik. Tulisan tersebut merupakan sebuah tantangan wajib yang ke 7 di semester ganjil tahun ajaran 2022/2023. Tantangannya berjudul Orangtuaku Pahlawanku.

Bentuk penerapan yang sederhana yang saya lakukan untuk memantik murid agar memiliki kepekaan empati, menghargai orang yang patut dihargai yaitu orang tuanya sebagai pahlawan keluarga.

Ketika mempelajari materi tentang nilai-nilai yang seharusnya dimiliki oleh seorang guru semakin memperkuat kesadaran saya untuk terus menebalkan nilai-nilai tersebut dalam bentuk realisasi yang lebih nyata dan kontinyu. Ada sebuah kebahagiaan yang saya rasakan. Ada rasa syukur bisa bertemu dengan arang-arang pendidikan yang menginspirasi. Tidak hanya bertemu dengan arang-arang pendidikan di komunitas GSM saja, saya dapat bertemu dengan arang-arang pendidikan yang berada di komunitas guru penggerak. Vibrasi positif inilah yang semakin memperkokoh kesadaran diri saya untuk melakukan proses pendidikan yang memanusiakan murid yang berpihak pada murid.

Dari pelajaran yang berharga ini, maka sebagai upaya tindak lanjutnya adalah terus melakukan perubahan-perubahan kecil yang secara kontinyu mengembangkan nilai-nilai keperpihakan kepada murid, reflektif, mandiri, kolaboratif dan inovasi dalam keseharian. Hal konkrit yang akan saya lakukan adalah akan terus memberikan penguatan-penguatan penghargaan kepada murid melalui bintang kebaikan, menuliskan hal-hal positif pada buku saku murid ketika menemukan murid tersebut berbuat baik, mengganti point-point pelanggaran dalam tata tertib menjadi point penghargaan dan mengajak siswa di ekstra jurnalistik untuk menuliskan peristiwa siswa-siswa dan guru-guru yang menginspirasi. Akan saya sebarkan virus-virus kebaikan ini di lingkungan sekolah dalam skala kecil, kepada komunitas yang saya ikuti dalam komunitas yang lebih besar, melalui tulisan-tulisan saya di http://diyarko.com.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *