Pengalaman Masa Lalu yang Berdampak Positif

Ketika saya ditanya apa pengalaman yang paling berkesan saat terlibat dalam berbagai program/kegiatan sekolah semasa menjadi murid?  Pertanyaan ini membawa ke masa lalu saya di masa-masa sekolah. Cukup lama saya  harus mengingat-ingat kegiatan berkesan apa yang pernah saya ikuti selama di sekolah dari SD, SMP sampai SMA.  Ketika di Sekolah Dasar Negeri Jlegong 01, Kecamatan Bejen, Kabupaten Temanggung. Sekolah dasar yang berada di sebuah desa yang terpencil dan jauh dari hiruk pikuknya suara mobil atau motor yang lewat. Ketika ada mobil truk yang datang ke desa tersebut, saya masih ingat sekali, betapa senangnya anak-anak desa tersebut mengejar truk bahkan begitu bahagianya ketika bisa naik truk tersebut. Namun di balik terpencilnya desa tersebut dari pusat perkotaan, masih tetanam nilai-nilai kebajikan yang sangat dijunjung tinggi. Gotong royong, bukan semata-mata  sebuah materi yang tertulis di atas kertas, namun gotong royong sudah menjadi budaya dan terus diterapkan di sekolah. Masih ingat sekali ketika sekolah akan membangun kolam ikan sebagai laboratorium alami untuk belajar bagaimana memelihara ikan, kami saat itu dari murid kelas 3 sampai dengan kelas 6, bergotong royong mencari batu di sungai Teguru yang jauhnya sekitar 1 km dari sekolah. Progam ini diprakarsai oleh kepala sekolah waktu itu yaitu Pak Sukardi yang didukung oleh seluruh guru. Gotong royong inilah yang sampai sekarang masih saya ingat, karena saya merasakan bahwa belajar bukan hanya di ruang kelas, namun langsung praktik di luar kelas. Ada kebahagiaan ketika saya mengikuti kegiatan tersebut, karena bukan sekedar mencari dan membawa batu dari sungai ke sekolah, namun di sungai tersebut akhirnya kami bisa berenang (jeguran).  Kegiatan ini menjadi pengalaman yang berharga karena kami benar-benar diajarkan bagaimana membangun sebuah kolam ikan, yang diawali dengan mengambil batu-batu, dilanjutkan dengan bekerjasama membuat kolam tersebut. Meskipun ada tukang batu yang mengerjakan pembuatan kolam tersebut, namun kami mendapatkan kesempatan untuk melihat secara langsung membuat kolam tersebut. Setelah jadi dan diisi oleh ikan-ikan, secara bergantian kami harus ikut memeliharanya. Secara bergantian dari kelas harus membawa bekatul untuk tambahan pakan ikan-ikan tersebut.  Masih di sekolah tersebut, kami benar-benar diajarkan bagaimana melestarikan budaya leluhur nusantara. Kami dibentuk tim untuk belajar karawitan. Masih diprakarsai oleh kepala sekolah, Pak Sukardi yang didukung penuh oleh seluruh guru, serta menggandeng tokoh masyarakat yang memiliki kemampuan memainkan gamelan. Masih ingat di kepala, saat itu pihak sekolah meminta bantuan Pak Suroto dan Pak Dalang Misno untuk melatih memainkan gamelan.  Manyar Sewu, Ricik Kumricik dan beberapa gendhing yang bisa kami pelajari dan betapa senangnya ketika kami akhirnya dapat tampil di acara peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia. Kami dari SD Negeri Jlegong 01 menampilkan karawitan sebelum penampilan karawitan dari ibu-ibu PKK dan para niyogo yang ada di desa tersebut. Kegiatan ini merupakan pengalaman yang menarik karena, kami benar-benar diajarkan bagaimana agar tidak ego, bermain harus selaras dengan lainnya dan tentu saja hafal not yang dimainkan.

Ketika masuk di SMP Negeri 02 Candiroto yang saat ini berubah nama menjadi SMP Negeri 01 Bejen, ada pengalaman yang menarik saya ikuti. Saya mengikuti kegiatan drum band. Drum band merupakan bagian dari ekstrakurikuler yang tergolong favorite di SMP tersebut, bahkan ketika saya masuk, kegiatan tersebut baru dirintis sambil menunggu biaya untuk pembelian alat. Akhirnya ketika saya masuk kelas 2 SMP, ekstra kurikuler drum band dibuka dan mulai latihan. Peran saya dalam kegiatan ekstrakurikuler tersebut adalah sebagai peserta dan saya mendapat jatah untuk memainkan pianika. Sebenarnya saya ingin memainkan tenor, namun karena tubuh saya yang kecil sehingga tidak memungkinkan saya memainkan alat tersebut. Meskipun tidak sesuai keinginan, namun saya tetap bisa berkontribusi sehingga bisa tampil dalam kegiatan di saat peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia di tingkat kecamatan bahkan sampai di Kabupaten. Dari hal ini saya mendapatkan pelajaran, bukan apa yang dimainkan, namun bagaimana peran kita terhadap keharmonisan dalam bermain drum band tersebut sehingga mampu menghasilkan penampilan yang menarik.

Ketika masuk di SMA Negeri 2 Temanggung, saya lebih banyak mengikuti kegiatan akademik. Lagi-lagi jiwa seni saya bergejolak untuk disalurkan. Meskipun di sekolah tersebut saya belum mendapatkan wadah untuk menyalurkan bakat di bidang seni tersebut, akhirnya di saat kelas 2, saya mendapatkan kesempatan untuk tampil di seni drama ketika acara pelepasan siswa kelas 3. Kelas kami, 2 A1 (kelas Fisika) mendapatkan tantangan untuk mengisi acara pelepasan siswa kelas 3 dengan menampilkan drama. Masih saya ingat, saya ikut andil sebagai pemainnya. Kegiatan ini diprakarsai oleh ketua kelas  yaitu Esti Widodo. Begitu kompaknya ketika kami memainkan drama tersebut, tentu di balik itu semua ada proses latihan yang dilakukan serius. Pemain harus  tunduk pada sutradara yang mengatur  berjalannya drama tersebut.

Dari dua program kegiatan yang dilaksanakan di SD Negeri Jlegong 01 yaitu gotong royong membuat kolam ikan dan memelihara ikan di sekolah serta karawitan, kegiatan ekstra kurikuler drum band di SMP Negeri 1 Bejen dan penampilan drama untuk acara pelepasan siswa kelas 3 SMA, saya benar-benar mendapatkan pembelajaran yang berharga. Keempat program tersebut mampu melatih diri saya untuk bekerjasama dengan orang lain. Ada value yang merasuk dalam sanubari yaitu nilai gotong royong. Nilai ini bedampak positif terhadap apa yang saya lakukan sekarang. Ketika menjadi guru dan mendapatkan tugas sebagai wakil kepala sekolah bidang kesiswaan ini, nilai gotong royong ini masih terus saya terapkan. Apa yang saya lalukan di masa lalu menjadi pengalaman yang berharga untuk saat ini. Bagaimana saya harus meminimalisasi keegoan diri, mementingkan kebersamaan menjadi value yang terus saya pertahankan.  Keikutsertaan dalam kegiatan tersebut berdampak pada kepercayaan diri saya. Aktifnya saya di Gerakan Sekolah Menyenangkan akhirnya saya masih bisa berkontribusi terhadap mengisi acara di berbagai kegiatan.

Bukti bahwa pengalaman masa lalu saya memberikan warna terhadap kondisi saat ini adalah peran saya sebagai pengisi acara yaitu sebagai tokoh gareng pada kegiatan Ngaji Pendidikan yang di selenggarakan di SMK N 8 Surakarta pada tanggal 24 Februari 2024 dengan tema mengembalikan ruang ketiga di dunia pendidikan. Coba bayangkan ketika di masa lalu saya tidak pernah diajarkan bagaimana bergotong royong, nabuh gamelan, ikut kegiatan drum band, berlatih drama, mungkin saya tidak berani tampil ketika diminta untuk tampil menjadi Gareng di depan ratusan guru dari berbagai daerah di Indonesia.

Inilah cerita singkat saya, bahwa pengalaman masa lalu memberikan dampak terhadap kondisi saat ini. Untuk itu, jangan sepelekan dengan apa yang dilakukan saat ini. Coba kita renungkan pada diri sendiri, apakah kegiatan yang dilakukan hari ini bermakna? Dampak apakah yang mungkin ditimbulkan dari kegiatan hari ini? Ketika dua pertanyaan ini sebagai bahan refleksi diri, maka kita akan selalu berhati-hati dalam berpikir, berucap dan bertindak. Apapun yang dilakukan hari ini pasti akan berdampak di masa mendatang. Ini sudah menjadi hukum alam yang berlaku untuk siapapun tanpa memandang agama, golongan, suku, ras apapun. Semua yang ada di dunia ini akan terkena hukum sebab musabab yang saling bergantungan.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *