Pagi ini, 2 Juni 2023 saya bersama Pak Antonius sengaja berkunjung ke petilasan wihara kecil di tengah hutan yang memiliki sejarah yang berarti bagi perkembangan agama Buddha di Indonesia. Vihara kecil tersebut beberapa hari yang lalu disinggahi oleh 32 Bhikkhu yang menjalani ritual thudong. Ritual perjalanan dengan menempuh jalur yang sangat panjang dan di tahun 2023 ini, sebanyak 32 bhikkhu tersebut berjalan kaki dari Thailand menuju Candi Borobudur. Tepatnya 29 Mei 2023, para bhikkhu tersebut singgah di vihara kecil tersebut yang bernama Shima 2500 Buddha Jayanti.
Untuk menuju lokasi tersebut saya sengaja melalui jalur yang berlawanan ketika para bhikkhu tersebut singgah, yakni saya bersama Pak Antonius melalui jalur Pudakpayung menelusuri perkampungan Kalipepe dan sampailah ke jalan menuju hutan bukit Kassapa. Kami menelusuri jalan setapak dengan jalan yang curam. Untungnya ada sebagian yang sudah dipaving oleh komunitas Buddhis di Kota Semarang dan sekitarnya untuk persiapan persinggahan perjalanan Bhikkhu Thudong. Sudah mendekati vihara kecil tersebut, jalan setapak tersebut sudah tidak diberi paving lagi, untungnya pagi ini dalam cuaca cerah. Coba bayangkan ketika di musim hujan, untuk menuju vihara tersebut pastilah sulit karena terlalu licin untuk dilewati.
Sampailah di sana, saya terkagum-kagum dengan vihara kecil tersebut, karena di sampingnya berdiri pohon Bodhi, yang bibitnya diambil dari India dan ditanam di hutan tersebut. Pohon Bodhi oleh umat Buddha sebagai pohon suci, karena di Buddha Gaya, Pangeran Sidharta mencapai penerangan sempurna, dan besok tanggal 4 Juni 2023 diperingati sebagai hari Waisak. Meskipun hanya berupa peninggalan berupa altar yang berisi Buddha rupang (patung buddha), namun ketika memasuki lokasi tersebut yang muncul adalah aura kesejukan dan kedamaian. Kami langsung ambil posisi duduk bersila dan melakukan proses penenangan batin. Oleh umat Buddha disebut dengan meditasi. Saya mencoba berlatih untuk menenangkan batin yang selalu berkeliaran dengan cara memperhatikan keluar masuknya nafas di hidung, berkali-kali saya coba, namun batin ini selalu berkeliaran. Saya tarik lagi, untuk mencoba tenang. Beberapa saat bisa tenang, namun lagi-lagi berkeliaran lagi. Saya tarik lagi dan terus berulang-ulang sambil berucap dalam hati, semoga semua makhluk hidup berbahagia terus menerus saya lakukan. Bau wangi seperti bau dupa mulai tercium, meskipun dupa tersebut belum dinyalakan, membuat suasana hati semakin tenang. Terbayar sudah perjalanan yang lumayan jauh tersebut dengan sebuah meditasi yang membuat hati dan pikiran ini semakin tenang. Tidak harus jauh-jauh hiling-hiling ke tempat wisata, ternyata berkunjung ke vihara hutan pun bisa membuat suasana menjadi tenang.
Wisata religi sekaligus wisata sejarah untuk melihat kembali cikal bakal perkembangan agama Buddha di kota Semarang. Ada yang unik dari wihara kecil ini, ternyata tempat ini sebagai tempat pentabisan (upasampada) bhikkhu pertama di Indonesia. Pada tanggal 22 Mei 1959, pukul 06.30 WIB, Samanera Ong Tiang Biauw diumpasampada menjadi Bhikkhu Jinaputta di vihara kecil ini oleh Upajawa Somdach Chound Nath Mahathera dari Kamboja. Satu hari sebelumnya, yaitu tanggal 21 Mei 1959 pada pukul 13.00 WIB, wihara ini diresmikan dan dihadiri oleh tokoh-tokoh Buddhis terkenal di kancah internasional dan nasional. Yang hadir dalam peresmian tersebut adalah Mahasi Sayadaw Mahathera dari Myanmar, Somdach Chound Nath Mahathera dan Ung Mean Chanavanno Mahathera dari Kamboja, Narada Mahathera, Piyadasi Mahathera Walane Sattisara Mahathera, Kamburugamuwe Mahanama Mahathera, Tudawe Ariwangsa Nayaka Thera dan Rasegoda Sarapala Thera dari Srilanka. Hadir pula Phra Visal Samanagun, Phra Sumreng Arnuntho Thera, Phra Kru Champirat Thera dan Phra Kaveevorayan dari Thailand, serta Ashin Jinarakhitta dari Indonesia dan Bhiksu Kimura dari Jepang. Tokoh-tokoh bhikkhu tersebut merupakan ahli di bidang meditasi vipasana dan salah satu tokoh terkenal adalah Mahasi Sayadaw Mahathera sebagai guru vipasana terkenal di barat dan Asia.
Begitu banyak peristiwa penting yang terjadi di vihara kecil ini. Beberapa tahun kemudian Samanera Ida Bagus Giri Jinagiri, tepatnya tanggal 12 Januari 1962 ditahbis oleh Bhante Ashin Jinarakhitta di vihara ini dan empat tahun kemudian diumpasampada menjadi Bhikkhu bernama Girirakkhitho di Bangkok Thailand. Bhante yang terkenal dengan penciptaan terhadap lagu-lagu Budhis sehingga umat Buddha semakin memahami ajaran buddha karena gabungan antara seni dan ilmu keagamaannya.
Berdirinya vihara kecil 2500 Buddha Jayanti ini juga mendapat dukungan dari tokoh-tokoh terkenal. Salah satunya adalah Pahlawan Nasional yaitu Jenderal TNI Gatot Subroto. Seorang Jendral pemeluk Buddha sekaligus sahabat Bhante Ashin Jinarakitta. Ketika berkunjung ke wihara kecil ini, dalam batin seakan-akan hanyut di masa lalu seperti apa peristiwa yang terjadi saat berdirinya vihara ini. Di samping tokoh-tokoh budhis dari berbagai negara datang ke hutan ini dan dilakukan pentahbisan para samanera dan bhikkhu, sehingga aura ketenangannya masih terasa hingga sekarang.
Tak terasa sudah lama berada di vihara kecil ini. Rasanya masih pengin berlama-lama di hutan yang menyejukkan jiwa ini. Rasanya pengin berlama-lama untuk menenangkan diri dari bertumpuknya pekerjaan yang harus diselesaikan. Karena waktu sudah mendekati pukul 10.00 pagi akhirnya perjalanan dilanjutkan ke tempat lainnya.
Hi there, just became aware of your blog through Google,
and found that it is really informative. I’m going to
watch out for brussels. I’ll appreciate if you continue this in future.
Many people will be benefited from your writing. Cheers!
tankyou