Miskomunikasi yang Membawa Berkah

Pagi, 15 Februari 2023, pukul 09.00 saya sudah sampai di Pickolab untuk mengantar siswa yang  untuk mengikuti kegiatan magang salah satu siswa kelas XI Animasi 3 yang bernama Muhammad Bintang Ramadhan. Siswa ini sehari-harinya lebih banyak berkecimpung di bidang pembuatan modeling 3D menggunakan blender. Beberapa minggu sebelumnya saya sempat mengirim portofolio ke Mas Nurfaqih, founder Pickolab. Dari portofolio

Beberapa jam kemudian portofolio tersebut mendapatkan respon positif melalui whatsapp. “Nuwun sewu Pak Di. Kalau untuk standart project industry yang dibayar belum masuk itu. Namun apabila ingin masuk magang tidak dibayar atau mengikuti project industri dengan tidak dibayar. Untuk sampai dibayar, masih perlu diasah lagi 3 bulan baru bisa masuk project menjadi tim inti”, ungkap Mas Faqih.  Dari informasi ini, yang saya pahami bahwa anak tersebut belum masuk project industri, sehingga dalam persuratannya, siswa ini saya masukkan dalam program magang, ternyata ia diterima untuk project industri dengan persyaratan khusus, selama 3 bulan ia akan dilatih secara intens, selanjutnya ketika hasil karyanya layak sesuai standar yang ditetapkan, akan dimasukkan menjadi tim inti dam dibayar.

Kebahagiaan tersendiri bagi saya, tidak apa-apa saya harus merevisi persuratan dan kembali ke tempat industri untuk menyerahkan surat hasil revisian, yang terpenting peserta didik tersebut bahagia sesuai dengan yang diharapkan. Saya masih ingat betul apa yang disampaikan Muhammad Bintang Ramadhan ini, bahwa ia akan mengikuti project industri agar dapat menperdalam keilmuannya. Tidak dibayarpun tidak masalah baginya. Setelah mendengar langsung dari Mas Faqih, ia semakin senang dan bersemangat mengikuti project industri selama 1 tahun. Inilah yang kami sebut menjalin link and match yang sesungguhnya. Inilah yang kami sebut, perkawinan antara sekolah dan industri yang sesungguhnya. Setidaknya peserta didik tersebut ketika benar-benar matang di dunia industri, ia sudah menambatkan namanya di industri tersebut, karena sebelum luluspun ia sudah bekerja. Inilah cara kami memperkecil masa tunggu kerja setelah lulus nantinya. Apakah kita akan terbelenggu dengan administrasi yang justru menghambat perkembangan anak didik kita? Hanya kitalah yang bisa mengeluarkan dari belenggu itu. Belenggu itu sebenarnya berasal dari pikiran kita yang takut untuk berubah.

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *