Menunggu Rapport dengan Mencari Dolar

Apa yang dilakukan siswa di masa waktu menunggu penerimaan rapport? Berbagai macam kegiatan yang sering dilakukan siswa untuk menunggu kekosongan waktu pembelajaran di sekolah. Class meeting salah satu kegiatan yang sering dilakukan di sekolah. Namun demikian tidak semua siswa mengikuti kegiatan tersebut. Ada sebagian siswa yang memanfaatkan waktu tunggu penerimaan rapport dengan berkarya untuk menghasilkan finansial. Salah satunya adalah Cheryl, siswa kelas XI Animasi. Ia membuat gambar ilustrasi pesanan dari klien. Tadi malam, 17 Juni 2023, Cheryl melaporkan dengan mengirim sebuah karya hasil pesanan klien tersebut.

“35 dollar, 500 ribuan jika di convert menjadi rupiah pak”, ungkap Cheryl ketika saya tanya tentang finansial yang ia dapat usai mengirim karya yang diunggah di instagramnya dan di group whatsapp kelas X Animasi SMK Negeri 11 Semarang. Cherril merupakan salah satu siswa kelas XI Animasi yang selalu konsisten membuat konten-konten animasi dan ilustrasi. Sejak kelas X, ia mendapatkan beasiswa dari Mitrasdudi Kemdikbud Ristek dan mendapatkan kesemaptan untuk mengikuti kegiatan magang di industri di RUS Kudus. Berbekal dari portofolionya, ia juga diterima di Animars Yogyakarta untuk mengikuti kegiatan magang yang kedua kalinya selama 6 bulan. Usai kegiatan magang, ia kembali ke sekolah dan menekuni di bidang ilustrasi serta animasi dan membuka jasa pembuatan ilustrasi.

Karya Cheryl

Malam-malam Cheryl mengirim karya yang diunggah di IGĀ  ke group kelas X Animasi. Inilah yang sudah menjadi budaya di jurusan Animasi SMK Negeri 11 Semarang. Setiap siswa diberi kebebasan untuk mengirim karya apapun, bahkan karya-karya yang sudah laku. Whatshapp group kelas X Animasi itu bukan sekedar untuk wadah komunikasi antara guru dan siswa, namun sebagai ajang untuk memamerkan karya-karya kepada seluruh anggota group. Budaya memamerkan karya itu penting untuk membranding diri, di samping itu untuk memotivasi yang lain. Apapun karya, apapun hasilnya, tidak boleh dibuly, karena dalam kesepakatan yang sudah dibentuk, setiap karya yang dikirim berhak mendapatkan respon positif. Setiap anggota memiliki kewajiban untuk memberikan respon positif. Budaya positif saling menghargai inilah yang selalu kami gaungkan secara terus menerus. Group ini juga tidak hanya anggotanya kelas X Animasi, bahkan siswa lintas jurusan, lintas kelas dan lintas sekolah juga diperbolehkan masuk di group ini, karena sifatnya adalah saling memotivasi dan mensuport satu sama lain. “Wih mantap. Mbak Cheril. Terima kasih sudah mengirim untuk memotivasi adik-adik”, respon saya kepada karya yang baru saja dikirim. Sederhana bukan? Membangun budaya positif tidak harus ribet, dengan media sosial apapun, yang terpenting adalah mengedepankan pada dialog dan hubungan yang positif yang perlu dikembangkan secara terus menerus. Saya tidak peduli dengan materi apa yang akan saya ajarkan, tapi saya lebih peduli dengan siapa yang saya ajar. Membangun hubungan yang efektif dengan siswa memang tidak mudah, dengan banyaknya jumlah siswa yang kita ajar, tugas administrasi tanpa akhir, target pemenuhan capaian pembelajaran. Namun sejatinya tugas paling penting yang sering terlupakan adalah membangun hubungan. Membantu siswa mengidentifikasi kesulitan belajar, membantu siswa menemukan jawaban-jawaban persoalan, membantu siswa menjadi manusia yang berdaya, adalah hal-hal yang jauh lebih penting namun sering kali terlewat dengan rutinitas yang tidak begitu berdampak dalam kehidupan siswa-siswa kita. Memberikan respon positif, memberikan wadah untuk mengaktualisasi diri adalah salah satu cara bagaimana guru membangun komunikasi dengan siswa.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *