Menarasikan GSM melalui Shot Movie

Lama sudah pemikiran untuk membuat konten film pendek untuk menarasikan Gerakan Sekolah Menyenangkan. Ide ini sudah lama muncul ketika saya sudah masuk di komunitas Gerakan Sekolah Menyenangkan dan melihat cara-cara yang dilakukan untuk menarasikannya melalui webinar dan workshop. Memang diakui bahwa cara-cara tersebut efektif dan sampai saat ini, GSM lebih sering dinarasikan melalui kegiatan-kegiatan yang serupa. Terbesit saat itu sekitar satu tahun yang lalu bersama Pak Iwan ingin membuat konten-konten yang menarik, yang lucu, konyol namun tetap memberikan edukasi dan menarasikan value-value yang ada pada GSM. Saat ini muncul gagasan guyon maton dengan tokoh utama punokawan. Sudah sempat terlaksana ketika Dies Natalis SMK Negeri 11 Semarang Tahun 2022 dan kegiatan hari Pendidikan Nasional di tahun yang sama, tokoh punokawan hadir untuk menarasikan GSM.  Ternyata untuk membuat konten tersebut memerlukan persiapan dan waktu yang relatif lama sehingga dipandang kurang efektif, terbukti hadir pada saat event-event penting saja.

Mengenalkan value-value GSM dibutuhkan konsistensi yang tinggi. Seperti halnya dengan menulis di website yang berisi praktik baik maupun gagasan yeng menarasikan value-value GSM, diperlukan waktu, tenaga dan pikiran yang cepat, apalagi dilakukan setiap harinya. One day one article yang dipublish di http://diyarko.com ini sebagai bukti nyata bahwa konsistensi itu penting. Melalui film pendek yang bisa diposting di instagram dapat menjadi bagian dari merasikan GSM. Awalnya Pak Hamrowi menawarkan sebuah program untuk mengenalkan value GSM melalui konten yang menarik. Tim Pak Hamrowi yang sebagian besar berasal dari siswa PPLG yang membantu proses pengambilan video sampai dengan editing.Sebuah kolaborasi yang mantap dan harus tetap dipertahankan untuk membuat konten-konten berikutnya.

Kali ini ide konten dari saya dan dikembangkan oleh Pak Hamrowi yang memang spesialis di bidang pembuatan short movie seperti pada link berikut.

https://www.instagram.com/reel/CtQkkL6N5zh/?igshid=MTc4MmM1YmI2Ng==

Ide ini sengaja untuk memberikan pembelajaran bagi siswa taat pada tata tertib dengan cara-cara yang humanis. Ketika melihat siswa yang tidak rapi dalam berpakaian, kita sebagai guru hendaknya tidak serta merta marah kepada siswa, namun justru kita dekati dan dipantik dengan pertanyaan-pertanyaan untuk olah pikir dan olah rasa. Seperti yang tertuang pada short movie, saya sengaja mengajarkan kepada anak-anak bahwa untuk melakukan hal paling besar harus diawali dari hal yang paling kecil, seperti hanya menaati aturan secara tertib. Sengaja dalam adegan itu, di akhirnya ada salah satu siswa yang memiliki pemahaman yang berbeda ketika semua siswa menjawab “baju dimasukkan di celana”, ketika saya bertanya apa yang harus dilakukan ketika melihat mereka tidak rapi. Ending ini untuk mencairkan suasana supaya mudah diingat oleh siswa karena “lucu”. Sederhana yang kami lakukan untuk mengkampanyekan nilai-nilai pendidikan yang memanusiakan anak didik. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *