Hari-hari Tomang dihabiskan merawat ibunya yang tergeletak lemah diatas tempat tidur mereka. Tak pernah Tomang meninggalkan Ibunya sendirian, dia selalu memegangi telapak tangan ibunya dengan mengucapkan kalimat-kalimat indah, dan tak lupa dia mengingatkan ibunya tentang kenangan baik yang pernah mereka ukir bersama. Sampai-sampai tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 5 sore, yang berarti Ayahnya akan segera pulang. Selama Ibu Tomang jatuh sakit, Ayahnya memiliki pekerjaan tetap. Tidak seperti dulu yang pekerjaanya setiap hari bebeda, sekarang Ayah Tomang memiliki banyak pekerjaan yang sekaligus dikerjakannya dalam sehari, pagi menjadi pasukan oranye, siangnya menjadi kenek bis, dan sorenya dia menjadi seorang office boy disalah satu cabang perusahaan kecil yang kebetulan terletak tak jauh dari tempat pemberhentian terakhir bisnya.
Tomang terpaksa meninggalkan Ibunya sendirian dirumah, “Tidak apa Tomang, Ibu bisa merawat diri, semangatlah jangan kalah sama semangat Ayah,” ucapan Ibunya membuat Tomang merasa lebih lega, dia hanya bisa menangis didalam pelukan ibunya dan berkata. “Maafkan Tomang, Ibu, Tomang meninggalkan waktu yang seharusnya Tomang habiskan dengan Ibu, maafkan Tomang Ibu,” malam itu adalah malam yang sangat indah bagi keluarga kecil mereka, berbagi kesedihan dan menguatkan satu sama lain. Pekerjaan Tomang dimulai pada pukul 7 pagi hingga 2 siang, dia hanya bekerja setengah dari jam kerja yang seharusnya dia lakukan, dan pak rt dengan baiknya meng iya kan hal tersebut karena mengerti kondisi keluarga mereka. Saat bekerja kebanyakan Tomang melayani pelanggan yang seumuran dengannya. Ada yang memfoto copy materi pembelajarannya, foto copy gambar-gambar dari google, dan terkadang dia melayani sekumpulan siswa yang terlihat bahagia sekali, tertawa terbahak-bahak bersama teman-temannya entah menertawakan apa, mungkin saja menertawakan dirinya.
menggunjangkan tubuh Tomang, sehingga membuatnya terkejut tidak karuan. “ASTAGFIRULLAH HAL ADZIM ALLAHU AKBARRR IKAN IKAN, eh ikan..”-Tomang“HUsss”-Ayah. “Ayah ya, ngangetin Tomang toanya keluarkan, lagian kenapa Ayah malem-malem gini belum tidur, kan tadi Ayah udah ndengkur keras banget”-Tomang. “Nak… seharusnya Ayah yang bertanya bukan kamu, ada apa? lagi mikirin apa sih, sampai berani duduk sendiri di pinggir sungai tengah malem gini”-Ayah “Banyak Ayah, banyak sekali yang Tomang pikirkan, tidak terhitung”-Tomang “Pertanyaan yang kamu buat untuk dirimu sendiri, membuat kamu tidak tenang Tomang”-Ayah. “Dari mana Ayah tau?, akhir-akhir ini Tomang sering bertemu dengan anak-anak yang seumuran dengan Tomang, mereka terlihat sangat bahagia Ayah, saling berkejaran, minum esteh didepan toko sambil menunggu foto copyan tugas mereka dengan ketawa ketiwi membuat orang lain menoleh, apakah suatu saat nanti Tomang dapat merasakannya juga Ayah?”-Tomang “Tomang kamu tahu, ada seorang yang beranggapan makan tempe dengan kecap manis lebih lezat dari pada makan pizza yang seharga ratusan rupiah, hal yang sangat tidak mungkin bukan?, mana mungkin juga ada yang seperti itu, jelas lebih enak pizza seribu kali lipat dari pada tempe dengan kecap”-Ayah “Memang Ayah pernah makan pizza yang harganya ratusan rupiah?”-Tomang. “Wah… kamu ini mengejek sekali, tidak”-Ayah “Hihihihhi, tuh Ayah aja belum pernah makan tap-“, belum selesai Tomang menyelesaikan kalimatnya Ayahnya sudah memotong terlebih dulu. “Ternyata alasan orang itu sangat sederhana Tomang, kamu tau dia hanya bilang karena tempe memang enak sekali, aneh bin sederhana kan?, ternyata dengan kita menikmati dan menerima apa yang sudah disediakan dan kita punya, rasanya lebih baik berkalilipat.”-Ayah “Sama yang seperti kita alami, banyak sekali orang-orang yang jauh lebih beruntung dari pada kita, ada yang keluarganya memiliki tempat tinggal yang besar dan nyaman, ada yang anaknya sekolah di fakultas ternama di Indonesia, ada yang punya seribu mobil, dan diatas itu masih ada juga yang lebih baik, kamu harus tau pasti ada yang lebih baik jika kamu ingin menjadi seperti orang lain.”-Ayah
“Bahkan ada orang yang lebih kekurangan dari pada keluarga kita, setiap orang memiliki porsi bahagia masing-masing Tomang dan semuanya itu tergantung dari cara kita menyikapinya, fikiran yang beberapa hari terakhir menghantui kamu itu adalah hal yang wajar, kamu tidak perlu menyangkal kekuranga yang kita punya Tomang, cobalah untuk menerimanya, suatu saat kamu akan mengerti perkataan Ayah.”-Ayah “Ayah minta maaf, karena belum bisa membiayai kamu bersekolah.”-Ayah “Tidak Ayah, tidak perlu minta maaf Tomang bersyukur Ayah membantu Tomang mengerti cara memandang dunia lebih baik, mungkin memang seharusnya Tomang tidak terlalu sering melihat ke atas,” ucap Tomang.
Langit mulai bercahaya, matahari sudah mengintip siap memulai hari baru, ayam-ayam mulai berkokok pertanda malam telah berakhir. Tomang dan Ayahnya beranjak pergi menuju kedalam rumah mereka dan siap memulai hari dengan harapan dan pelajaran baru. “Tomang akan belajar ikhlas dan tidak pernah lelah berusaha bekerja hingga dapat memberikan perawatan yang lebih layak untuk ibu”, Menerima keadaan kurang menguntungkan pada kehidupan yang kita jalani adalah hal yang sulit bagi beberapa orang, rasa kecewa yang berlebih, banyak sekali pertanyaan yang kita lontarkan untuk diri kita sendiri, “kenapa aku seperti ini?” “kenapa aku tidak bisa menjadi seperti dia?" “kenapa muka ku jerawatan?” dan masih banyak hal-hal sepele lainnya yang muncul akibat melihat kelebihan yang dimiliki orang lain. Banyak orang-orang diluar sana yang tidak pernah memiliki apa yang kita punya. Bersyukur dan menerima, agar semuanya berjalan dengan damai. Sudahkah kalian bersyukur hari ini?
Tankyou