Hangat dalam peluknya, damai disekitarnya, aman jika bersamanya. Seseorang yang rela mengorbankan segala kesenangan demi anak-anaknya, bekerja banting tulang, mendengar ribuan omelan yang menancapkan satu persatu anak panah di setiap katanya. Entah siapa lagi yang rela melakukannya terkecuali kedua orang tua.
Beribu-ribu hari dilewatinya, terombang-ambing saling membantu diantara keduanya demi seorang bayi kecil yang kelak menjadi masa depan mereka. Menuntun pelan seorang bayi menuju jalan takdirnya. Hadirnya mama di setiap sore selepas pulang dari sekolah menjadi hal yang menghilangkan suasana sepi dalam diri saya. Kami bercerita dan bercanda, membuat suasana sore semakin damai dan memeluk hangat hati saya. Mama terbuka, mama menerima segala cerita yang saya ucapkan, meskipun tidak terlepas dari sebuah omelan. Rasa sedih sering menghampiri saya di selang waktu beristirahat. Raut muka yang terlalu jelas terlihat dari wajah saya sudah menjadi kebiasaan di setiap kesedihan datang memeluk saya, cemberut, sayu, dan tidak banyak bicara. Di setiap rasa sedih itu datang, saya beruntung karena masih ada Papa di sisi saya. Kebiasaan yang sering dilakukan kami adalah berkeliling dengan sepeda motor pada malam hari. Sederhana dan menenangkan keributan yang terjadi dalam pikiran saya. Kami bercerita banyak hal dalam perjalanan, adik saya juga ikut menyahut berbincang bersama, kendaraan berjalan seperti keong ditengah gelapnya malam, mengalahkan berbagai hal mengerikan yang melambai di setiap kami berjalan. Tak jarang Papa juga melakukan kegiatan ini dihari liburnya, pernah kami berkeliling pada sore hari, duduk di pinggir tebing pembatas tol menikmati udara yang begitu kencang menerbas muka kami. Berkumpul untuk makan malam bersama juga menjadi salah satu hal yang sangat berkesan bagi saya. Berbincang-bincang, tertawa terbahak-bahak, saling membagi tugas membuat makanan yang ingin disantap. Kadang ada sedikit cekcok antara saya dan adik saya juga menjadi hal yang paling dirindukan sekarang. Sejauh apapun saya pergi rumah menjadi tujuan saya kembali pulang. Saya harap kita akan terus berbaik, dan saling melengkapi, saya akan menjadi seseorang yang luar biasa bagi diri saya sendiri, hidup mandiri dan membahagiakan mama dan papa kelak. Dengan segala hal yang ada dalam keluarga saya, saya bersyukur dan berterimakasih atas jasa yang telah mama papa berikan.
Tulisan di atas merupakan karya tulisan Giwang Dinar Rahajeng, siswa kelas X Animasi SMK N 11 Semarang ketika menyelesaikan challenge dengan judul Orang Tuaku Pahlawanku. Tantangan ini bertujuan agar siswa mampu mengungkapkan kebaikan orang tuanya, sehingga mereka memiliki kebanggaan yang tinggi terhadap orang tuanya. Olah rasa menjadi point penting sebagai penerapan social emotional learning. Karena pembelajarannya menganut prinsip diferensiasi, maka produknya bervariasi sesuai dengan passionnya masing-masing. Giwang ini cenderung menggabungkan tulisan tersebut dengan gambar ilustrasi secara digital. Ia mampu menatanya menjadi karya tulisan yang menarik dan diposting di instagram.
Ketika karya ini dikirim ke group orang tua dan digunakan untuk status di whatsapp, kira-kira apa ya respon orang tuanya. Tentu ada kebanggaan dan bercampur rasa haru. Secara tidak langsung challenge ini mendekatkan siswa dengan orang tuanya. Challenge ini juga melatih kepekaan rasa sehingga berharap muncul kehalusan rasa. Asyikkan? Sederhana namun memiliki makna.
Sebuah jarya tulis yang bagus, bisa dibuat dalam kumpulan cerita dengan teman2 lainnya. Teruslah berkarya. ( Nurul H- Smkn4 -Bpp)
I blog often and I really thank you for your information. This article has truly peaked
my interest. I will bookmark your website and keep checking for new details about once per week.
I subscribed to your Feed as well.
tankyou
Nice post. I was checking continuously this blog and I’m inspired!
Extremely helpful info specially the remaining part :
) I maintain such information a lot. I was seeking
this certain info for a long time. Thank you and good
luck.