Mempromosikan Suara Murid

5 Ways to Promote Student Agency - Cooper on Curriculum
https://spencerauthor.com/student-choice-grr/student-agency-continuum-2/

Ketika murid menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran mereka sendiri, mereka sebenarnya memiliki suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) dalam proses pembelajarannya. Lewat suara, pilihan, dan kepemilikan inilah murid kemudian mengembangkan kapasitas dirinya menjadi seorang pemilik bagi proses belajarnya sendiri. Tugas kita sebagai guru sebenarnya hanya menyediakan lingkungan yang menumbuhkan budaya di mana murid memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan dari apa yang mereka pikirkan, niat yang mereka tetapkan, bagaimana mereka melaksanakan niatnya, dan bagaimana mereka merefleksikan tindakannya.

Ketika kita berbicara tentang “suara” murid, maka kita sebenarnya bukan hanya berbicara tentang memberi murid kesempatan untuk mengkomunikasikan ide dan pendapat. Voice (suara) merupakan pandangan, perhatian, gagasan yang diekspresikan oleh murid melalui partisipasi aktif mereka di kelas, sekolah, komunitas, dan sistem pendidikan mereka, yang berkontribusi pada proses pengambilan keputusan dan secara kolektif mempengaruhi hasilnya.  Mempertimbangkan suara murid adalah tentang bagaimana kita memberdayakan murid kita agar memiliki kekuatan untuk mempengaruhi perubahan. Suara murid yang otentik memberikan kesempatan bagi murid untuk berkolaborasi dan membuat keputusan dengan orang dewasa seputar apa dan bagaimana mereka belajar dan bagaimana pembelajaran mereka dinilai. Mempromosikan suara murid dalam proses pembelajaran dapat dilakukan dalam banyak cara.  Suara murid dapat ditumbuhkan melalui diskusi, membuka ruang ekspresi kreatif, memberi pendapat, merelevansikan pembelajaran secara pribadi, dan sebagainya.

Bagaimana sekolah atau guru mempromosikan “suara murid”? Membangun budaya saling mendengarkan merupakan salah satu cara untuk mempromosikan suara murid. Ketika guru masih merasa dirinya dikejar-kejar oleh ketercapaian ketuntasan materi, akan cenderung melupakan budaya saling mendengarkan ini. Kemampuan mendengarkan memang paling sulit daripada kemampuan berbicara. Ketika orang lain berbicara, yang paling sulit adalah secara perhatian penuh mendengarkan dengan sepenuh hati. Sulit namun bukan berarti tidak bisa dilakukan. Belajar mendengarkan perlu dilatih pada murid.  Setiap kali bertemu dalam pembelajaran, dipastikan ada ruang untuk melakukan morning sharring. Tidak harus semua berbicara, namun secara bergiliran mereka mendapatkan kesempatan berbicara. Topik pembicaraannya tidak harus yang berat-berat,  cukup memberikan ruang bagi murid untuk bercerita apa saja. Ketika murid sedang berbicara inilah, murid yang lain belajar menjadi pendengar yang baik. Di awal memang sulit, namun ketika sudah menjadi pembiasaan, maka kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik.  Dalam proses morning sharring ini, peran guru tidak memberikan justifikasi terhadap apa yang dibicarakan. Tidak ada ukuran benar dan salah ketika proses morning sharring ini. Cara inilah yang sejatinya sedang membangun kepercayaan diri murid agar mereka percaya bahwa setiap suara berharga dan layak didengar.

Selain murid dilatih menjadi pendengar yang baik, hal penting yang perlu dilakukan adalah memberikan kesempatan murid untuk memberikan umpan balik dan refleksi. Sebagus apapun kegiatannya, ketika tidak dilakukan refleksi maka kesadaran diri sulit untuk muncul. Proses inilah yang disebut dengan pelibatan murid dalam memberikan umpan balik terhadap proses belajar yang telah dilakukan.  Refleksi sering saya dilakukan setelah proses pembelajaran, bahkan dalam setiap  waktu tertentu, saya berikan gambar, foto atau video yang menginspirasi dan mereka saya beri kesempatan untuk menuliskan hal baik apa yang diperoleh, apa yang dirasakan dan apa yang akan dilakukan. Hal ini bertujuan untuk menjamin bahwa murid selalu melakukan olah pikir, olah rasa dan olah laku.

Melibatkan murid dalam memberikan umpan balik terhadap berbagai program dan kebijakan-kebijakan sekolah juga sebagai langkah untuk mempromosikan suara murid. Di sekolah saya kegiatan ini belum sering dilakukan, namun setiap kegiatan apapun yang melibatkan murid, dipastikan ada refleksi dan umpan balik terhadap kegiatan yang dilakukan. Kegiatan-kegiatan yang melibatkan OSIS maupun organisasi yang ada di sekolah, usai kegiatan diberi kesempatan untuk mengungkapkan hal baik yang diperoleh dari kegiatan, apa yang dirasakan dan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Bagian ini merupakan cara kami agar murid  murid memiliki kesadaran diri. Kesadaran diri merupakan bagian dari kemampuan kepemimpinan murid.

Setiap kegiatan apapun yang ada di sekolah, saya bersama tim di kesiswaan maupun di setiap pembelajaran sudah mencoba meminimalkan perintah, namun lebih mengedepankan pada dialog. Dari dialog tersebut murid diberikan kesempatan untuk melakukan segala bentuk perencanaan, baik perencanaan dalam pembelajaran maupun perencanaan dalam setiap kegiatan yang akan dilaksanakan di bidang OSIS dan organisasi lainnya. Keterlibatan murid dalam membuat perencanaan diri, akan menjadi tantangan tersendiri bagaimana murid membuat rancangan yang datangnya bukan dari guru namun justru datangnya dari diri mereka sendiri. Di dalam perencanaan tersebut, mereka juga diberikan kesempatan untuk menyusun kriteria keberhasilannya.  Setelah proses perencanaan tersebut selanjutnya diberikan kesempatan untuk mengeksekusi kegiatan.  Budaya dialektika terus dikembangkan dengan cara memberikan kesempatan murid untuk bertanya, memberikan pendapat, berdiskusi dalam berbagai kesempatan, proses pembelajaran maupun kegiatan-kegiatan lainnya. Contoh komunikasi yang saya bangun dengan anak dapat dilihat dari salah satu tulisan saya seperti pada link:  https://diyarko.com/membangun-komunikasi-di-kelas/. Mengajak murid untuk mendiskusikan keyakinan kelas dan membuat kesepakatan kelas, merupakan cara mempromosikan suara murid. Ini dilakukan agar kelas mampu membangun value-value yang akan dijunjung dan akhirnya membuat kesepakatan kelas. Pengalaman saya membangun value kelas bersama murid-murid dapat dilihat melalui link: https://diyarko.com/membangun-value-kelas/.

Jika dikaitkan dengan standar proses, proses menumbuhkembangkan kepemimpinan murid merupakan bagian dari merealisasikan standar proses yang ditetapkan dalam Permendikbudristek No 16 Tahun 2022. Standar proses digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien untuk mengembangkan potensi, prakarsa, kemampuan, dan kemandirian Peserta Didik secara optimal. Standar proses tersebut meliputi: 1) perencanaan pembelajaran; 2) pelaksanaan pembelajaran; dan 3) penilaian proses pembelajaran.  Proses pelaksanaan pembelajaran diselenggarakan dalam suasana belajar yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi Peserta Didik untuk berpartisipasi aktif, dan memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik (Permendikbudristek, No 16 Tahun 2022).

Leave a Comment Cancel Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Exit mobile version