Tantangan Kepemimpinan pada Pengurus OSIS Prayatna Maitri

Foster Student Agency through QUEST Framework - alisonyang.com
https://alisonyang.com/foster-student-agency-through-quest-framework/

Setiap manusia adalah pemimpin. Sebelum memimpin orang lain, maka kemampuan yang harus dimiliki adalah memimpin dirinya sendiri. Orang yang belum mampu menyelesaikan urusannya sendiri jangan berharap mampu memimpin orang lain. Tugas kita sebagai guru adalah menjadikan murid sebagai pemimpin bagi proses pembelajarannya sendiri. Lalu bagaimana caranya? Paradigma kita hendaknya mulai bergeser yang tadinya memerintah dan melarang menjadi bertanya dan mengedepankan budaya dialektika. Dalam dialog tersebut, kita perlu memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan kapasitasnya dalam mengelola pembelajaran mereka sendiri, sehingga  potensi kepemimpinannya dapat berkembang dengan baik. Apa peran kita sebagai guru. Tentu saja kita memiliki peran untuk mendampingi murid agar pengembangan potensi kepemimpinan mereka tetap sesuai dengan kodrat, konteks dan kebutuhannya serta  mengurangi kontrol kita terhadap mereka.  Ada point penting yang kadangkala sulit kita hindari yaitu mengurangi kontrol kita terhadap murid. Ketika ada suatu masalah yang terjadi pada murid, terasa belum lega ketika kita belum memberikan arahan, nasehat dan segala bentuk kontrol yang sejatinya justru tidak mendewasakan murid untuk berpikir dan mandiri. 

Di saat murid memiliki kontrol atas apa yang terjadi, atau merasa bahwa mereka dapat mempengaruhi sebuah situasi. maka murid memiliki apa yang disebut dengan “agency”.  Agency merupakan kapasitas seseorang untuk mempengaruhi fungsi dirinya dan arah jalannya peristiwa melalui  tindakan-tindakan yang dibuatnya.  Hal inilah yang saya sebut murid sudah mampu memimpin dirinya sendiri. Kontrol terhadap diri merupakan kompetensi yang penting untuk dimiliki. Menurut Albert Bandura seseorang yang disebut agent ketika orang tersebut secara sengaja mempengaruhi fungsi dan keadaan hidup dirinya. Orang-orang sebenarnya dapat mengatur diri sendiri, bersikap proaktif, meregulasi diri sendiri, dan merefleksikan diri. Mereka bukan hanya dapat menjadi penonton dari perilaku mereka sendiri, tetapi adalah kontributor untuk keadaan hidup mereka sendiri. Ada empat sifat yang hendaknya dimiliki oleh murid yang disebut sebagai agency yakni intensi, visi, aksi dan refleksi.

Kesengajaan (intentionality). Seseorang yang memiliki agency bukan hanya memiliki sekedar niat, tetapi di dalam niat mereka sudah termasuk rencana tindakan dan strategi untuk mewujudkannya. Orang yang memiliki agency akan memahami bahwa dalam mewujudkan niatnya, ia juga harus mempertimbangkan keinginan pihak lain, sehingga berupaya untuk menemukan niatan bersama dan mengelola kesaling-tergantungan rencana.

Visi atau memiliki pemikiran ke depan (forethought). Pemikiran ke depan di sini bukan hanya sekedar rencana yang mengarahkan masa depan. Mereka yang berpikiran ke depan menjadikan visi (representasi kognitif dari visualisasi masa depan) sebagai pemandu dan memotivasi tindakan-tindakan mereka saat ini. Hal ini membuat mereka menjadi individu yang bersemangat dan bertujuan.

Aksi  atau kereaktifan diri (self-reactiveness). Seseorang yang memiliki agency, bukan hanya seorang perencana dan pemikir ke depan. Mereka juga seorang pengendali diri (self-regulator). Setelah memiliki niat dan rencana, ia tidak akan duduk diam dan menunggu. Mereka memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi aksi atau tindakan yang tepat dan untuk memotivasi serta mengatur eksekusinya.

Refleksi atau kereflektifan-diri (self-reflectiveness). Seseorang yang memiliki agency akan memiliki kesadaran yang baik akan fungsi dirinya. Mereka akan melakukan refleksi terhadap efikasi dirinya, kecemerlangan dan ketepatan pikiran dan tindakannya, dan kebermaknaan dari upaya yang mereka lakukan dalam pencapaian tujuan, serta akan melakukan perbaikan jika diperlukan. Kemampuan metakognitif untuk melakukan refleksi diri sendiri dan kecukupan pemikiran dan tindakan seseorang adalah sifat yang paling jelas dari orang yang memiliki agency.

Untuk menuju pada kemampuan intensi, visi, aksi dan refleksi dari murid dibutuhkan tantangan-tantangan yang secara kontinyu namun tetap memperhatikan budaya dialektika di ruang ketiga. Inilah tanggungjawab kita sebagai guru untuk menumbuhkembangkan keempat kemampuan sebagai agency. Proses ini sudah dimulai dari pemberian tantangan kepada pengurus OSIS Prayatna Maitri SMK Negeri 11 Semarang. Dimulai sejak penyaringan calon pengurus OSIS, mereka harus mengikuti seleksi agar menuntaskan semua tantangan yang diberikan.

Ketika seleksi kepengurusan OSIS Prayatna Maitri angkatan 33 dan 34, terdapat salah satu tantangan yaitu project sosial secara kelompok. Calon pengurus diperbolehkan untuk melakukan project sosial seperti membersihkan tempat ibadah, berkunjung ke Panti Asuhan dan sebagainya.  Berikut tanggapan salah satu kelompok yang melakukan kegiatan project sosial ketika mengikuti seleksi menjadi pengurus OSIS.

“Saya Louis Salvado  dan teman-teman melaksanakan Poject Social di  sore tanggal 7 September 2023. Kelompok saya bersama sama menuju masjid Al-Munir yang berada di Jl. Meranti Tim. Dlm IV, Padangsari, Kec. Banyumanik, Kota Semarang. Kami menuju masjid Al-Munir dengan berjalan bersama-sama menuju ke sana, hawa sore itu yang cerah membuat saya dan teman teman kelompok saya semakin bersemangat untuk menuju ke masjid Al-Munir. Setelah kami datang kesana, saya merasakan adanya ketenangan di masjid Al-Munir. Kami di sambut oleh penjaga dari masjid Al-Munir atau yang di sebut marbot. Jujur saya masih merasa bingung karena saya adalah seorang Kristiani. Saya kira saat saya di sana saya berpikir akan hanya diam karena saya bukan bagian dari agama muslim, namun orang-orang di sana sangat menerima saya. Hati saya tersentuh pada sore hari itu, perasaan senang, bahagia bercampur aduk pada sore itu. Pada sore itu dengan atmosfer yang cerah dan hangat, kami mulai membersihkan masjid Al-Munir. Dimulai dari membersihkan tempat wudhu di mana saya dan teman laki-laki saya Yoga, menyikat dan menyiram daerah tempat wudhu agar tidak berlumut dan licin. Dilanjut dengan membersihkan kaca dan menyapu pojok-pojok masjid agar tetap bersih, kami membersihkan masjid bersama sama dibantu oleh bapak marbot disana yang membantu kami. Tak terasa beberapa saat itu kami sudah selesai menjalankan tugas kami di masjid Al-Munir, saat kami beristirahat kami berbincang-bincang dan merefleksikan apa yang sudah kita perbuat tadi. Rasanya mungkin capek, tapi dengan bersama sama pasti tidak capek lagipula kami mengerjakan dengan tulus ikhlas jadi rasa penat, capek tidak ada rasanya di kami. Ternyata ini lho rasanya, selain bisa berbuat kebaikan rasanya juga sangat bisa membantu menjadikan kami lebih baik. Nantinya semogga kami bisa selalu membuat kebaikan kepada orang lain, tidak hanya kepada satu golongan saja namun pada orang lain, suku lain, agama lain dan masih banyak perbedaan. Dari project sosial ini membuat saya lebih dapat memperdalam dan bagaimana merasakan bahagia nya jika bisa membantu kepada siapapun”, ungkap Louis Salvado usai melaksanakan kegiatan project sosial. 

Jika dikaitkan dengan kepemimpinan murid, terlihat bahwa mereka sedang belajar menjadi pemimpin. Dari project sosial tersebut mereka sedang belajar bahwa mereka bertindak untuk melakukan project sosial bukan sekedar niat, namun dilakukan perencanaan secara berkelompok. Mereka juga memiliki visi ke depan. Mereka sedang belajar bagaimana hidup itu bermakna untuk dirinya dan orang lain. Untuk merealisasikan niatnya dibutuhkan aksi nyata dan mereka mampu mengendalikan dirinya. Ketika yang lainnya sedang enak-enaknya bermain mereka melakukan project sosial  berupa membersihkan tempat ibadah dan mereka merasakan senang ketika melakukannya. Apa yang dilakukan mereka dilandasi oleh kesadaran dirinya. Hal ini tidak lepas dari pemberian tantangan kepada mereka untuk melakukan refleksi dari apa yang sudah dilakukan. Sederhana apa yang mereka lakukan, namun bermakna bagi mereka karena mereka berlatih agar dirinya memberikan kebermanfaatan untuk lingkungan dan orang lain.

 

 

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *