Tantangan Wawancara dengan Pejabat Kelurahan untuk Calon Ketua dan Wakil OSIS SMK Negeri 11 Semarang

“Selamat siang Pak. Saya Siska Ayu Perdana dari X DKV 6 dan saya sebagai kandidat calon ketua dan wakil ketua  OSIS”, ungkap Siswa mengawali percakapan secara tertulis melalui whatsapp sambil mengirim sebuah foto dokumentasi dirinya ketika melakukan wawancara dengan pejabat kelurahan.  Melakukan wawancara terhadap pjabat kelurahan dengan tema kepemimpinan merupakan salah satu tantangan yang saya berikan kepada calon ketua dan wakil OSIS SMK Negeri 11 Semarang dalam proses seleksi pengurus OSIS di tahun 2023 ini. Melakukan wawancara merupakan salah satu kemampuan komunikasi yang perlu dimiliki oleh calon ketua dan wakil OSIS, sehingga menjadi alasan yang kuat mengapa mereka wajib menyelesaikan tantangan ini sebagai syarat untuk maju menjadi calon ketua dan wakil OSIS di SMK Negeri 11 Semarang. Ini merupakan uji nyali, karena mereka benar-benar dihadapkan kepada pejabat di kelurahan, sehingga banyak kompetensi yang teruji seperti kesopanan, komunikasi, kemampuan meloby dan yang terpenting adalah mencari informasi tentang nilai-nilai yang melekat pada seorang pemimpin. Dari proses wawancara ini secara langsung akan mengetahui sikap dan tindakan dari seorang pemimpin.

“Selama wawancara saya merasa gugup, karena pertama kalinya saya mewawancarai Bu Lurah. Walaupun gugup, sata tetap merasa bangga karena saya bisa bertanya langsung tentang kepemimpinan ke Bu Lurah”, ungkap Siswa ketika ditanya tentang perasaannya ketika melaksanakan tantangan ini. Siska mendapatkan pengalaman yang berharga dari proses wawancara ini. Ia memperoleh  pengetahuan dan pengalaman dari Bu Lurah bahwa  pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki sifat yang amanah, bertanggung jawab, disiplin, harus bisa mengambil keputusan yang benar dan memiliki pendirian yang kuat. Selain itu jika ada suatu masalah harus diselesaikan bersama hingga menemukan akhir dari masalah tersebut. Dalam wawancara dengan Bu Lurah ia menyimpulkan bahwa seorang pemimpin yang baik harus memiliki sifat yang amanah, bertanggung jawab, disiplin, mengetahui tugas dan fungsinya, memberikan contoh yang benar untuk anggotanya, dan bisa berpikir bijak, cerdas, dan memiliki pendirian yg kuat. Jika ada masalah sesama anggotanya, seorang pemimpin harus bisa menengahi dan membantu menyelesaikan masalah tersebut.

Savira yang juga menjadi kandidat calon ketua-wakil OSIS melakukan kegiatan wawancara dengan narasumber ketu RW terkait dengan tema kepemimpinan.  “Challenge pertama yang Pak Diyarko berikan ini sangat menantang bagi saya dan ini menjadi pengalaman tersendiri bagi saya, dikarenakan ketika saya harus menjadi seseorang yang bisa berkomunikasi dengan secara baik, dengan adanya challenge wawancarai ini saya dapat belajar berbagai banyak hal. Dari bagaimana sikap kita saat berkomunikasi, pemahaman kita saat mendengarkan ataupun kecakapan kita dalam membuat suatu keputusan. Challenge pertama ini sangat berkesan bagi saya dan menjadi salah satu yang bisa mendongkrak metal saya untuk jauh lebih kuat dan berani. Saya akan lebih baik lagi untuk challenge selanjutnya Trimakasih”, ungkap Savira dalam deskripsi tulisan pada intagramnya (https://www.instagram.com/p/Cp01CpXyXoS/?igshid=YmMyMTA2M2Y%3D)

Muhammad Nabil sebagai kandidat calon ketua dan wakil OSIS melakukan wawancara terhadap Lurah. Dari hasil wawancara, ia mendapatkan pengetahuan baru bahwa  semua gaya kepemimpinan itu benar, hanya saja harus disesuaikan dengan bawahannya dan apa yang dipimpin. Pemimpin yang baik harus terbuka kritik dan saran, berpikiran terbuka, amanah dan jujur. Pemimpin yang baik sebaiknya memiliki suatu sifat yang membuat dia eksklusif, membuat anggotanya mengikuti dia secara sukarela bukannya terpaksa. Pemimpin harus dapat mengkolaborasikan seluruh aspirasi yang diajukan.

“Tak lupa juga saya berterima kasih kepada Bapak Sofyan, SH. selaku perangkat desa dari lingkungan setempat yang telah membantu saya dalam kegiatan wawancara ini”, ungkap Chaerala mengawali laporan dalam melaksanakan challenge pertama untuk mewancarai pejabat di kelurahan setempat.

“Kegiatan yang saya lakukan antara lain mewawancarai perangkat desa setempat dengan sebanyak 3 pertanyaan seputar kepemimpinan. Challenge pertama yang Pak Diyarko berikan ini sungguh menantang dan tentunya melatih keberanian saya berinteraksi dengan orang baru juga menjadi pengalaman baru bagi saya. Saya sangat bersyukur dapat mewawancarai narasumber selaku perangkat desa setempat, dimana beliau memberikan jawaban yang sungguh memotivasi saya dan bisa dijadikan pelajaran untuk kedepannya. Dari wawancara ini tentunya saya belajar banyak dari narasumber, seperti sikap kepemimpinan merupakan suatu hal untuk mencapai sebuah target atau goal. Berdasarkan hal tersebut, seorang pemimpin tentu harus memiliki kemampuan untuk memandu dan mengayomi anggotanya. Selain itu, seorang pemimpin harus dapat mempengaruhi sekaligus meyakinkan sekelompok orang atau seseorang. Ketika pemimpin dan anggotanya sudah berada di jalur yang sama, maka apa yang ditargetkan akan lebih mudah dicapai”, ungkap Chaerala.

“Sejujurnya saya sedikit merasa gugup tetapi tentu saja rasa antusiasme saya lebih besar, Dari challenge yang lain saya pikir challenge inilah yang memiliki banyak hikmahnya. Banyak sekali hikmah yang saya peroleh seperti melatih keterampilan di bidang jurnalistik, menyusun pertanyaan, berani bertanya kepada narasumber, mendapatkan informasi dan tips tentang kepemimpinan, dan lainnya”, ungkap Marshal.

“Challenge wawancara yang diberikan oleh Pak Diyarko memberikan pengalaman sekaligus pandangan baru dalam hal kepemimpinan. Saat awal ingin mewawancarai saya merasa sangat bersemangat dan juga gugup, walaupun merasa gugup saya merasa sangat bangga dan juga senang setelah menyelesaikan challenge tersebut. Dari challenge kali ini saya belajar banyak hal, seperti bagaimana untuk berkomunikasi dengan baik, dan juga saya memperoleh pengetahuan mengenai kepemimpinan dengan lebih lagi contoh nya seperti cara seorang pemimpin menghadapi konflik. Saya harap ilmu yang saya dapat dari ketua RT kali ini bisa berguna untuk kedepannya”, ungkap Hadasa.

Sederhana tantangan ini, namun memberikan makna yang mendalam bagi siswa yang akan berkecimpung di organisasi. Di samping ia menguji nyalinya untuk berkomunikasi, ia juga mendapatkan pengalaman dari orang lain tentang seni memimpin di sebuah instansi. Ketika pembelajaran di mata pelajaran yang menyangkut kebahasaan dibiasakan dengan tantangan-tantangan seperti ini, saya yakin keluhan dari industri bahwa siswa tidak bisu tuli namun tidak bisa berbicara akan semakin berkurang.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *