Bahagia yang saya rasakan. Akhirnya ada 3 murid kelas XI yang diterima di Animars studio di Yogyakarta untuk mengikuti kegiatan magang pada periode semester genap tahun 2023-2024 ini. Ketiga murid tersebut adalah Maesta Diva Angelina, Tiara Ramadhani dan Rizkyna Arba Syafitri. Meskipun secara resmi, murid-murid yang akan mengikuti magang akan secara resmi diterjunkan pada bulan Januari 2024, namun ketiga murid tersebut sudah diminta pihak Animars untuk berangkat lebih dahulu untuk mengikuti kegiatan orientasi. Pengenalan lingkungan baru, pengenalan dengan karyawan dan pengenalan dengan teman-teman yang mengikuti kegiatan magang dari sekolah-sekolah lain. Pada tanggal 18 Desember 2023, Maesta dan Tiara sudah berada di Animars, dan disusul oleh Riskyna yang datang pada tanggal 20 Desember 2023.
Untuk memastikan bahwa mereka dapat mengikuti kegiatan orientasi dengan baik. Saya berkomunikasi dengan Maesta meskipun hanya lewat whatsapp. “Selamat pagi nok. Gimana sudah ada pekerjaan yang dibuat?”, tanya saya di pagi ini, 21 Desember 2023. Ternyata Maesta memberikan respon cepat.”Selamat pagi, Pak Di, sudah ada. Saya dari hari pertama sudah mulai membantu tim projek anime yang diberikan dari pihak Animars”, jawab Maesta. “Terus bagaimana kesan dan perasaanmu?”, tanya saya lebih lanjut. “Saya merasa senang, terutama karena tim projeknya juga asik dan mudah diajak bekerjasama. Kesan yang saya dapatkan juga tak jauh dari yang saya rasakan, tim projek yang bekerjasama dengan saya itu orang-orang keren, meskipun saya termasuk orang baru, mereka tetap bersikap ramah seperti teman sendiri”, penjelasan Maesta dengan detail. Ada perasaan bahagia yang ia rasakan di hari pertama mengikuti kegiatan magang. “Wah ikut senang” respon saya untuk ikut bermudita citta. Hal sekecil apapun yang telah dicapai oleh orang lain, hal sekecil apapun kebahagiaan yang dirasakan, maka kita perlu merasakan kebahagiaan tersebut. “Dari pengalaman ini, tentang kebaikan teman-teman yang ada di animars. Nilai atau hikmah apa yang bisa mbak maesta ambil?”, sebuah pertanyaan untuk memantik kesadaran diri. Proses ini di social emotional learning disebut dengan olah rasa untuk memantik kesadaran diri. “Mungkin untuk membangun hubungan yang baik, kita perlu bersikap ramah dan adil karena jika kita menutup diri dan enggan untuk berkomunikasi, nantinya akan terjadi miskomunikasi antar satu sama lain dan merasa tidak nyaman dengan lingkungan”, penjelasan Maesta tentang nilai yang ia peroleh. “Untuk membangun hubungan yang baik dengan teman sangat diperlukan. Selain kita harus ramah terlebih dahulu. Hal apa yang paling urgent untuk membangun hubungan yang baik?”, tanya saya untuk memastikan bahwa Maesta mampu membangun hubungan secara baik. “Komunikasi, mungkin. Berbicara kepada teman secara biasa, tetapi jika sedang serius, saya mengusahakan untuk serius. Kemudian segera bertanya tentang kesulitan yang saya dapatkan kepada rekan tim lainnya. Saya juga mencoba untuk ikut menyahut atau merespon di beberapa topik pembicaraan”, sebuah penjelasan secara teknis. Saya merasa tenang ketika Maesta mampu dan memiliki kesadaran yang baik untuk bisa melaksanakan kegiatan magang di minggu-minggu pertama pada masa orientasi. “Oke..selamat bergabung dan membaur”, respon saya. “Baik Pak Di, terima kasih”, jawab Maesta mengakhiri dialog.
Malam yang lalu saya sudah berkomunikasi dengan Tiara. Tiara merasakan kegelisahan ketika melaksanakan kegiatan magang di Animars. “Bagaimana nok, kamu sudah mulai mengerjakan project?”, tanya saya ke Tiara untuk membuka dialog. “Sudah pak”, jawab Tiara. “Apa yang kamu rasakan?”, tanya saya lebih lanjut. “Selalu ada rasa deg-degan pak saat mengerjakan”, jawab Tiara yang menunjukkan ada perasaan gelisah. “Kenapa?”, tanya saya lebih mendalam. “Saya kemarin sempat revisi, rasanya makin kerasa saat itu pak”, ungkap Tiara. “Revisi itu biasa. Justru itu yang akan meningkatkan skill dan problem solver. Betul begitu?”, komentar dan sekaligus mengkonfirmasi apa yang dirasakan Tiara. “Iya pak betul sekali pak. Saya baru satu kali revisi pak, tapi kemarin banyak kesalahannya pak. Kemaren style saya suruh menyesuaikan style anime. Terus kan saya suruh buat style anime, sedangkan saya sudah lama banget nggak nggambar pakai style itu, jadi saya harus belajar lagi pak”, jawab Tiara seperti menumpahkan isi yang ada di pikiran dan perasaannya. “Tapi sudah diacc kan”, tanya saya memastikan kondisinya. “Belum pak, ini saya tadi lagi ngerjain”, ungkap Tiara.
Dari dialog dengan Maesta dan Tiara menunjukkan bahwa dalam kondisi yang sama, ternyata persepsi dari masing-masing individu berbeda. Maesta merasakan nyaman-nyaman saja dan bisa berbaur dengan teman-temannya. Maesta tidak merasakan ada masalah dengan project yang dibuat, sedangkan Tiara memiliki kekhawatiran terhadap karya yang dibuat. Persepsi sesorang terhadap realita yang ada memang dapat mempengaruhi kondisi seseorang tersebut, namun yang terpenting bagaimana persepsi tersebut akan berdampak positif terhadap tindakan berikutnya. Semoga Maesta dan Tiara dapat melaksanakan kegiatan magang dengan baik, berjalan lancar dan terus konsisten meningkatkan skillnya dan tetap menjaga attitude.