Belajar Kesabaran dari Kisah Burung dan Ular pada Relief Candi Mendut

Relief Candi Mendut

Gambar di atas memperlihatkan relief yang ada di Candi Mendut. Ada gambar ular, burung dan musang. Relief tersebut menceritakan sepasang burung, yang anak anaknya selalu di mangsa oleh ular, akan tetapi sepasang burung tersebut tidak mampu melawan si ular, untuk membalas kematian anak anak mereka, Kedua burung itu sengaja memasang ikan di depan sarang ular sebagai umpan datangnya musang. Mereka tahu, bahwa musang adalah musuh berbahaya bagi si ular. Akhirnya musang berhasil membunuh si ular, dan sepasang burung dapat hidup tentram si pohon tempat tinggal mereka.

Cerita tersebut menggambarkan bahwa tentang berlakunya hukum karma. Dari cerita  relief ini, saya berinisiatif untuk menjadikan tantangan untuk murid-murid kelas X Animasi. Tantangan yang diberikan kepada Hanna Awalnya berupa pembuatan komik dan dilanjutkan dengan animasi. Selama 2 bulan, Hanna mampu menyelesaikan tantangan tersebut dan sebagai bentuk apresiasinya, karya animasinya diposting di youtube animax.

Kisah ini memberikan sebuah pesan moral agar memiliki kesabaran ketika menghadapi masalah. Seperti halnya burung yang kehilangan anak-anaknya karena dimangsa oleh ikan. Dari kesabaran inilah akan menjadikan dirinya bangkit dari keterpurukan dan mencari solusi dengan baik.

Saya mengampresasi apa yang telah dikerjakan Hanna. “Mbak. Setelah 2 bulan akhirnya animasinya selesai. Dan sudah saya posting di YouTube animax. Hal baik apa yang kamu peroleh dari project ini?”, tanya saya sekaligus memberikan apresiasi untuk mengawali percakapan melalui whatsapp.

“Terima kasih, Pak Diyarko. Selama project ini, saya mendapatkan banyak sekali kendala dan cobaan, Pak. Dimulai dari hp saya yang terkena virus sehingga project animasi saya selama kurang lebih 1 menit terhapus. Lalu HP saya yang rusak 2 kali sehingga terkendala dalam pembuatan. Saya juga dihadapkan dengan banyak kesibukan sehingga cara saya mengerjakan animasi adalah dengan curi-curi waktu. Apalagi setelah HP saya yang barusan rusak, saya terpaksa menggunakan HP lama saya yang tidak memadai. Bahkan untuk membuat animasi 20 detik saja HP saya sudah ngehang. Akhirnya saya meminta tolong teman saya, yaitu Louis Salvado untuk membantu membuat animasi menggunakan HP nya, dan dibimbing oleh Louis. Atas semua hal ini, hal baik yang dapat saya ambil adalah, saya menjadi pribadi yang lebih sabar dan waspada, Pak. Saya juga bisa lebih tenang dalam menghadapi masalah. Saya juga belajar untuk selalu menyiapkan cadangan serta fokus di satu hal terlebih dahulu. Terima kasih saya sudah diberikan project ini, Pak”, ungkap Hanna secara panjang lebar.

Hikmah yang diperoleh Hanna dalam melaksanakan project ini ternyata sesuai dengan kejadian yang ada pada cerita di atas. Hanna seperti halnya burung yang selalu mendapatkan musibah yaitu anak-anaknya yang dimakan oleh ular. Masalah yang muncul seperti HP terkenba vitus, HP yang rusak sampai dua kali, adalah kejadian yang menimpanya. Kondisi yang tidak sesuai harapan merupakan masalah yang datangnya dari luar. Seperti halnya anak-anak burung yang dimangsa oleh ular, itu adalah di luar kendali si burung. Namun dengan kesabaran, Hanna mampu berpikir secara tenang, dan akhirnya memanfaatkan sumber daya yang ada, meskipun dengan HP yang sudah kurang memadai, akhirnya bisa diselesaikan. Seperti halnya burung yang mencari akan dengan menaruh ikan sebagai mangsa. Ikan menjadi makanan yang paling lezat untuk musang. Ketika ular akan memangsa si burung, akhirnya diterkam oleh musang. Matilah si ular.

“Hal-hal apa yang masih kurang untuk diperbaiki nok?”, tanya saya untuk mengidentifikasi masalah. Pertanyaan ini penting karena ketika Hanna tidak mendapatkan kesadaran tentang hal-hal yang masih diperbaiki, maka karyanya akan berhenti di situ. Karya tersebut sebenarnya baru permulaan, karena setiap murid sebenarnya memiliki potensi yang bisa dikembangkan sampai mencapai versi terbaiknya. “Saya masih harus banyak berlatih menggambar animasi perframe, meningkatkan skill menggambar saya, saya masih harus berlatih untuk dubbing yang lebih menarik, saya juga harus lebih on time dalam mengerjakan sesuatu”, ungkap Hanna. “Oke. Kesadaran diri yang mantap. Apa yang akan kamu lakukan dalam waktu dekat terkait peningkatan skill animasi ini?”, tanya saya lebih lanjut untuk mengetahui rencana yang akan dilakukan oleh Hanna untuk meningkatkan kemampuan di bidang animasi. “Saya akan berlatih membuat animasi-animasi simple selama beberapa detik, Pak. Mulai dari yang berwarna, berwarna, hingga sound effect Pak”, jawab Hanna.

Untuk memastikan karya-karya apa saja yang akan dibuat oleh Hanna, akhirnya saya meminta untuk membuat list gerakan yang akan dibuat. “Coba buat list gerakan apa saja. Biar pak Di tahu”, saran saya. “List gerakan latihan animasi:
– berjalan
– melambaikan tangan
– sedih
– marah
– terkejut
– kucing lari
Sementara baru ini to do list animasi saya, Pak”, ungkap Hanna secara jelas.

Melihat kondisi peralatan yang dimiliki Hanna saat ini, maka saya memberikan saran untuk membuat gerakan yang paling sederhana dulu.

1. Bola besi jatuh dari atas
2. Bola sepak jatuh dari atas
3. Balon tiup yang jatuh
4. Pendulum yang menggelinding
5. Bola ditendang terus mantul baru lanjut ke benda hidup yang gerak
“Bagaimana? Setuju 5 tantangan itu dulu?”, saran saya kepada Hanna. Sesuai dengan paradigma coaching, ketika seorang coach memberikan saran, harus dikonfirmasi apakah setuju dengan saran yang diberikan atau tidak. Karena sejatinya yang akan melaksanakan adalah coachy, dalam hal ini adalah Hanna yang akan melaksanakan tantangan-tantangan selanjutnya.
“Setuju, Pak”, jawab Hanna. Akhirnya saya memastikan kapan tantangan itu akan dilakukan. “Kapan pak Di bisa melihat hasil tantangan 1?. Jika sudah oke baru bisa lanjut ke tantangan berikutnya”, tanya saya ke Hanna. “Sepertinya saat tahun baru, Pak. Karena untuk saat ini hp saya tidak memadai untuk menggambar dan membuat animasi. Menunggu hp saya di servis dulu, Pak”, jawab Hanna dengan memberikan penjelasan alasannya. “Bisa secara manual nok pakai flipbook”, ungkap saya. “Berarti tidak harus digital ya, Pak”, kata Hanna. “Tidak harus, Kita coba diferensiasi produk”, ungkap saya untuk menekankan tentang diferensiasi produk. “Baik, Pak. Senin nanti akan saya coba, Pak”, jawab Hanna. “Terima kasih nok. Semangat”, kata saya menutup dialog. “Terima kasih kembali, Pak Diyarko”, jawab Hanna.

Berdasarkan relief  candi Mendut yang dibuat film animasinya yang dibuat Hanna dan dialog yang saya lakukan dapat diambil kesimpulan bahwa masalah yang datang perlu dihadapi dengan kesabaran sehingga akan secara jernih mencari solusi untuk menyelesaikan masalah yang datang.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *