Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) merupakan sebuah kegiatan yang sering dilakukan dalam sebuah organisasi untuk membekali dasar-dasar kepemimpinan. Pada umumnya LDK dilakukan di suatu tempat dan dibekali oleh narasumber tentang materi kepemimpinan. Intinya dari LDK ini, peserta mendapatkan teori tentang kepemimpinan dan diharapkan menjadi bekal bagi peserta untuk menerapkan pada organisasi yang diikuti. Pola-pola seperti ini kurang efektif dan cenderung menghabiskan waktu karena usai LDK, materi tersebut akan menguap begitu saja. Di tahun 2023 ini, pengurus OSIS SMK Negeri 11 Semarang yang terpilih tidak dilakukan LDK dengan cara-cara yang seperti biasanya. LDK bukan lagi mengundang narasumber untuk mengisi materi tentang kepemimpinan, namun justru para pengurus OSIS mendapatkan tantangan untuk melakukan project-project yang melatih komunikasi, kepekaan sosial, berwirausaha dan pelayanan prima. Salah satu tantangan untuk melatih pelayanan prima, pengurus OSIS mendapatkan tantangan untuk kerja part time di luar pembelajaran di sekolah. Pola ini memang 180 derajat berbeda dengan pola LDK sebelumnya yaitu dari teori yang didapat selanjutnya diterapkan di organisasi. Namun pola LDK yang kami terapkan saat ini adalah dari praktik langsung dalam kurun waktu yang sudah ditentukan diharapkan pengurus OSIS akan mendapatkan pengalaman yang berharga dan akhirnya ditemukan teori. Nanti pada saat mereka berkumpul bersama tinggal dilakukan sharing pengalaman dan adanya penambahan teori-teori pendukung untuk memperkuat apa yang sudah dilakukan sebelumnya. Learning by doing menjadi point penting dari Latihan Dasar Kepemimpinan.
Malam ini salah satu pengurus OSIS memberikan laporan tentang pengalamannya bekerja secara part time sebagai bentuk tantangan dalam kegiatan LDK. “Hari ini, saya baru saja menyelesaikan challenge yang diberikan oleh Pak Diyarko bagi para anggota pengurus OSIS angkatan 33 sebagai LDK yaitu bekerja part time menjadi karyawan. Saat saya mengetahui ada challenge ini, saya senang karena sebelum saya mendapatkan challenge ini, saya sudah berkerja part time setiap hari Sabtu dan Minggu, di salah satu restoran bernama “Gubug Makan Mang Engking” di Ungaran sebagai waiters. Saya sudah part time di sini dari bulan Oktober 2022. Saya ingin bercerita sedikit tentang pekerjaan part time saya. Sebagai waiters di tempat ini, saya ditugaskan untuk mengantar makanan dan melayani pesanan para pembeli. Awal berkerja pastinya saya merasa takut, karena ini adalah pengalaman pertama saya bekerja. Saya takut bila saya dimarahin pembeli karena saya tidak becus dalam mengantarkan makanan dan menulis pesanan, karena kepribadian saya yang cenderung pendiam dan pemalu. Tapi, lama kelamaan saya berusaha untuk mengubah kepribadian saya berbalik dari kepribadian saya yang sebelumnya. Hari ini, saya bekerja dari jam 11 pagi – 7 malam (8 jam bekerja). Karena bulan puasa, ditempat ini pada siang sampai jam 3 sangat sepi. Tapi, saat sudah menjelang buka puasa, tempat kerja saya menjadi sangat ramai, bahkan sudah ada yang reservasi dari pagi untuk buka puasa di tempat ini. Rame sekali, sampai mau copot rasanya kaki saya. Di foto yang saya post ini, saya sedang mengelap piring yang akan diberikan kepada pembeli. Tugas waiters di sini tidak hanya mengantar dan menulis pesanan pembeli. Kami juga harus mengelap piring, sendok, garpu dan lain lain. Di samping itu saya membersihkan piring dan gelas kotor yang sudah selesai dipakai pembeli, hanya membersihkan saja tidak mencucinya. Dan kami juga harus mengelap meja, menyapu, serta menata kembali bantal duduk ke tempat semula juga. Hari ini sangat melelahkan. Puji Tuhan saya bersyukur karena Tuhan mampukan saya”, ungkap Kagumi.
“Ini Pak Di tempat saya kerja part time”, ungkap Kagumi sambil mengirim foto. Menurut Kagumi, melalui kerja parth time ini, ia mengalami peningkatan kompetensi sosial terutama dalam hal komunikasi. “Saya mengalami peningkatan dalam bersosialisasi pak, di tempat kerja ini kebanyakan karyawannya sudah dewasa dan rata rata sudah kuliah, walaupun sama-sama waiters part time bukan karyawan tetap, saya masih saja canggung bila ingin berinteraksi. Disini juga diajarkan selalu menggunakan kata maaf, tolong, dan terimakasih. Saya kadang lupa menggunakan tiga kata kata ini, tetapi setelah bekerja disini, saya mulai terbiasa menggunakan tiga kata ini. Dan juga dalam attitude saya yang masih kurang baik, disini saya dilatih lebih lagi untuk berattitude baik”, ungkap Kagumi. Inilah yang dibutuhkan oleh siswa yakni kemampuan komunikasi, punya karakter yang baik, menunjukkan attitude yang patut dibanggakan. The gold word yakni “maaf”,”tolong”,”terima kasih” masih jarang dilakukan oleh siswa. Melalui kerja parth time ini ternyata bagi Kagumi menjadi terlatih dan terbiasa di tempat ia bekerja. Sebagai effect positifnya melalui kerja parth time ini Kagumi mendapatkan tambahan finansial. Ia mendapatkan Rp 135.000 dalam dua hari. Hari sabtu Rp 60.000 sedangkan hari Minggu sebasar Rp 75.000.
Awal mulanya Kagumi melakukan kerja parth time ini bukan sekedar mendapatkan tantangan sebagai pengurus OSIS ini, karena sebelumnya ia sudah melakukan sejak Oktober 2022 hingga sekarang. Ia mengungkapkan, “Saat itu hp saya rusak pak, jatuh dan lcdnya kena. Saya takut dimarahin oleh orang tua saya, karena hp yang rusak ini baru di beli. Jadi saya berinisiatif untuk mencari part time, dan menemukan lowongan di Gubug Makan Mang Engking ini pak. Kebetulan juga tempatnya hanya nyebrang jalan raya dari rumah saya. Dan juga saya sering malas malasan setiap Sabtu – Minggu. Dari pada malas malasan saya memilih untuk part time saja pak, sekalian mencari uang untuk jajan tambahan”, ungkap Kagumi.
Hikmah yang dapat diperoleh dari kegiatan ini menurut Kagumi selain mendapatkan tambahan finansial, ia dapat mengasah kemampuannya memanajemen waktu, mempelajari hal baru, tanggung jawab serta meningkatkan attitude. “Saya bisa mendapatkan pendapatan tambahan dan mengasah kemampuan saya untuk me manajemen waktu, kapan waktu sekolah, bekerja, dan beribadah. Mempelajari hal hal baru, dan menambah relasi baru. Dan juga menambah pengalaman bekerja untuk bertanggung jawab atas apa yang sudah ditugaskan kepada saya pak”, ungkap Kagumi.
Sederhana apa yang kami lakukan dari tim kesiswaan ketika melaksanakan LDK, tidak butuh waktu khusus seperti LDK sebelumnya dengan mengundang narasumber, karena sejatinya kurikulumnya adalah kita sendiri. Pengurus OSIS seharusnya belajar berorganisasi dari belajar tentang kehidupan, bukan belajar teoretis. Pelibatan mereka dalam project-project sosial, kebekerjaan, kolaborasi, kewirausahaan akan melatih mereka bertanggungjawab dan tentu saja pembentukan karakter akan langsung terbentuk. “Learning by doing” menjadi kunci dari Latihan Dasar Kepemimpinan. Sederhana, bukan?
Betul naik bus atau naik sepeda mempunyai keunggulan masing, semua bisa dilakukan tergantung situasi dan kondisi yang sedang berlangsung , guru tetap sebagai pengontrol, fasilitator , pendamping, yang mengarahkan mau di bawa kemana pembelajaran ini