Hari ini, 17 Februari 2023 di SMK Negeri 11 Semarang diselenggarakan upacara bendera. Ada hal yang unik dari kegiatan upacara bendera dibandingkan sebelumnya yaitu menghadirkan petugas upacara yang melibatkan kolaborasi dari semua organisasi yang ada di sekolah. Mengapa hal ini dilakukan? Saya merasa prihatin terhadap sifat dari masing-masing organisasi yang cenderung individual. Antar organisasi seakan-akan berlomba-lomba menjadi yang terbaik. Tidak masalah, pemikiran itu terjadi, namun jika ujung-ujungnya terjadi kerenggangan antara organisasi, menjadi keprihatinan bagi guru. Budaya inilah yang harus segera diubah. Dari bidang kesiswaan SMK N 11 Semarang, maka saya bersama teman-teman berinisiatif untuk membangun kolaborasi menjadi point penting di kesiswaan. Sebagai awalan, pengurus OSIS saya minta membuat group yang berisi perwakilan dari masing-masing organisasi, seperti Pasus, Paskibra, PMR, Bantara dan Paduan Suara.
Di saat menjelang upacara yang dilaksanakan tanggal 17 setiap bulannya, di group saya minta membuat list para petugas dari masing-masing organisasi. Tidak ada penunjukan, namun masing-masing organisasi menuliskan list kontribusi apa yang akan diberikan dalam susunan petugas upacara tersebut. Tidak dalam waktu yang lama, daftar list petugas sudah tertulis dengan lengkap. Dengan penuh kesadaran, masing-masing organisasi memberikan daftar nama-nama yang akan terlibat dalam upacara tersebut. Hal sederhana yang kami lakukan, namun mampu menggugah kesadaran diri tentang pentingnya berkolaborasi. Satu hari sebelum kegiatan upacara, mereka mengikuti latihan bersama. Meskipun di awal, mereka belum begitu akrab, namun beriringnya waktu kegiatan latihan, keakraban sudah mulai terasa. Mereka merasa bahwa kolaborasi itu ternyata indah. Di bawah asuhan Pembina OSIS, Pak Ranto Teguh Widodo, latihan upacara dapat berlangsung dengan baik.
Saat upacara berlangsung, bersyukur saya bisa menyampaikan pentingnya kolaborasi ini di hadapan peserta upacara. Pertama kali selama saya menjadi guru di SMK Negeri 11 Semarang menjadi pembina upacara. “Anak-anakku, ada yang berbeda dari upacara ini. Para petugas upacara merupakan kolaborasi dari semua unsur, OSIS, Pasus, Paskibra, PMR, Bantara, Paduan Suara. Ini adalah bentuk kecil dari kolaborasi. Karakter kolaborasi ini yang harus terus ditingkatkan”, salah satu apa yang saya sampaikan saatu upacara berlansung. Di samping itu, membacakan siapa saja nama-nama yang bertugas sebelum upacara dimulai, sebagai bentuk penghargaan terhadap para petugas upacara. Hal kecil, namun sering terlupakan. Memberi penghargaan sekecil apapun, menjadi roh bagimana mendidik yang memanusiakan anak didiknya. Dalam amanat upacara, saya juga menyampaikan betapa pentingnya komunikasi. Salah satu unsur komunikasi yang paling penting adalah kemampuan mendengarkan. Sehingga ketika peserta upacara mampu menahan diri untuk tidak berbicara, itulah cara paling sederhana meningkatkan kemampuan berkomunikasi. Sepintar apapun, orang mampu berbicara di depan umum, mampu berorasi sehingga orang lain terpikat dengan apa yang dibicarakan, namun ketika dirinya tidak mampu menjadi pendengar yang baik, omong kosong itu namanya. Berikutnya adalah kejujuran yang harus menjadi karakter peserta didik. Tiga hal, yang menjadi tarket kami di Kesiswaan, kolaborasi, komunikasi dan kejujuran.
Usai kegiatan upacara, segera saya sampaikan ucapan terima kasih kepada petugas yang terlibat. Menghadirkan petugas upacara dengan melibatkan semua unsur organisasi kesiswaan yang ada di sekolah ini. “Saya merasa senang ketika petugas upacara ini melibatkan berbagai unsur organisasi, sehingga kami benar-benar dapat belajar berkolaborasi”, ungkap Devan anggota Paskibra yang hari ini bertugas menjadi pemimpin upacara. Efektivitas waktu dalam kegiatan upacara semakin membaik. Ada hal yang masih perlu diperbaiki yaitu kecepatan para peserta upacara untuk segera ke lapangan upacara dan menata diri di barisannya. Ini menjadi PR bersama.