Dahsyatnya Apresiasi

Jangan sepelekan sebuah apresiasi. Apresiasi itu tidak harus berupa barang. Apresiasi dapat berupa kata-kata baik secara lisan maupun tertulis. Bahkan sebuah reaksi jempol ataupun tanda love itupun juga sebuah apresiasi. Meskipun sederhana, namun dampaknya dahsyat. Kemarin, 26 Januari 2024,  pukul 16.41 WIB saya mendapatkan sebuah kiriman karya animasi dari seorang murid yang bernama Ghusan Naufal Adhim kelas X Animasi 2. Awalnya saya merasa asing dengan murid ini, karena jarang sekali karyanya muncul di group whatsapp yang saya bangun untuk media mengirim karya dan saling mengapresiasi. Saya buka di daftar presensi karya, memang murid ini belum mengirim karya animasi tantangan 1,2 dan 3. Namun saya ingat waktu itu, ketika murid-murid yang belum mengirim karya saya minta untuk berada di lapangan Wirya Khsetra. Saya sama sekali tidak menggunakan nada oktaf, bahkan saya tidak menasehati sama sekali. Saya mencoba dengan nada biasa saja ketika bertemu dengan mereka. Saya hanya memberikan kesempatan untuk mengerjakan karya terlebih dahulu, sebelum masuk ke ruangan. Saya hanya mengajarkan tentang arti penting sebuah tanggungjawab.

Pada saat itu, saya hanya berharap pada mereka untuk melakukan tanggungjawab secara pribadi. “Dari hal yang paling kecil, ketika sudah diselesaikan dengan baik, maka niscaya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dan kompleks akan mudah diselesaikan. Menunda-nunda pekerjaan bukanlah cara yang tepat”, ungkap saya pada mereka. Saat itu saya bertemu dengan Ghusan dan memberikan motivasi bahwa dirinya pasti bisa menyelesaikan tantangan ini. Ketika saya ajak dialog, ternyata Ghusan memiliki kesenangan untuk membuat stikman. Dari hal itulah saya justru memberi apresiasi dan saya menunggu karyanya.

Tak disangka, ketika ia belum mampu mengerjakan tantangan 1,2 dan 3, ternyata ia sedang menyimpan sebuah energi untuk mengerjakan tantangan yang saya berikan. Selama 3 hari berturut-turut ia mencoba mengerjakan animasi stikman dengan hasil yang luar biasa.

Ghusan ini menampilkan karya berupa animasi karakter manusia yang lari yang dilanjutkan dengan melompat dan diakhir dengan lari kembali. Sebuah adegan yang membutuhkan gambar yang banyak. Ia mampu membuat gerakan animasi dengan durasi 4 detik.  Jika dalam satu detiknya terdapat 24 gambar, maka ia harus membuat gambar adegan-adegan tersebut sebanyak 96 gambar. Sebuah proses membuat karya yang memerlukan kesabaran. Ia juga harus teliti dalam membuat gambar dengan mempertimbangkan proporsional, pose yang tepat sehingga menjadi gerakan yang runtut dan enak untuk dilihat.

Segera saya memberi apresiasi terhadap karya Ghusan tersebut. “Mantap mas. sudah bisa untuk presensi sampai tantangan 5,6 dan 7”, pesan saya kepada Ghusan sebagai bentuk apresiasi. Mengapa satu karya sudah bisa untuk menggantikan tiga tantangan, karena Ghusan mampu menyajikan karya animasi ini memenuhi tiga tantangan yaitu karakter berjalan, berlari dan melompat yang masuk pada tantangan 5,6 dan 7. “Baik Pak, matursuwun”, jawab Ghusan dengan sopan melalui kiriman di whatsapp. “Karena tipe animasi yang kamu ke arah stikman. Silahkan dilanjut membuat gerakan lanjutan seperti memanah, mengangkat barang, perang pedang, tombak dan sebagainya dengan lawannya. Jika sudah bagus menjadi sebuah cerita maka secara valid kamu sudah masuk ke project ke-15”, ungkap saya memberikan penjelasan lebih lanjut terhadap tantangan terhadap Ghusan agar lebih tertata. “Kedepannya saya ingin menghilangkan sikap bermalas-malasan dan lebih giat belajar serta mencari ilmu sebanyak-banyaknya , terutama di bidang animasi dan pada bidang/pelajaran lainnya juga”, ungkap Ghusan ketika memberikan jawaban atas pertanyaan rencana berikutnya setelah mengirim karya ini.

Sederhana apa yang saya lakukan. Saran saya, perbanyak apresiasi terhadap murid-muirid kita. Melalui apresiasi akan memberikan dampak yang positif, karena akan menjadi energi yang melejitkan murid dalam menggapai apa yang menjadi tujuannya.  Memberi apresiasi kepada orang lain, juga bisa membantu meningkatkan, mengembangkan, dan memberikan tingkat kepercayaan diri, untuk memotivasi orang lain, terhadap suatu karya seni, karya sastra, dan usaha orang lain, untuk menjadi lebih baik di masa mendatang.  Semoga hal kecil ini memberikan dampak yang luar biasa untuk Ghusan dan murid-murid lainnya. Salam GSM, berubah, berbagi, berkolaborasi.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *