Belajar Membuat Rencana Diri

Ilustrasi Karya Zahra Salima

“Gambaran untuk 5 sampai dengan 10 tahun mendatang saya adalah seorang ilustrator, animator, dan 3D artist. Saya memang tertarik pada semua hal yang terkait dengan seni. Maka dari itu, saya mulai melatih dan mengasah kemampuan saya mulai dari sekarang. Saya ingin menjadi seseorang yang kreatif dalam dunia ilustrasi ini. Sehingga saya bermimpi besar untuk bisa menjadi salah satu bagian dari tim produksi film animasi ternama, salah satunya Pixar ini. Kantor pixar sendiri berada di California. Ya, memang sangat jauh dari sini. Tapi itu memang sudah menjadi impian saya untuk bekerja di luar negeri. Merasakan lingkungan baru, bertemu teman baru dari lingkungan baru, hal-hal itu terlihat sangat menyenangkan bagi saya. Dengan menjadi bagian dari tim Pixar ini, saya harap agar saya dapat menuangkan ide-ide saya untuk membuat produksi film animasi yang dapat menggugah hati para penonton dari seluruh penjuru dunia dan ingin membuat mereka merasa terhibur. Tentu saja hal tersebut juga dapat membuat orang tua saya bangga akan pencapaian saya, dan saya pun juga akan lebih bangga pada diri saya yang telah berhasil meraih pencapaian saya”, ungkap Zahra Salima di akun Instagramnya ketika bercerita tentang impian atau visi selama 5 tahun sampai dengan 10 tahun mendatang.

Ini adalah sekilas cerita Zahra Salima ketika mendapatkan tantangan untuk menuliskan seperti apa visinya untuk 5 sampai dengan 10 tahun mendatang. Menulis visi merupakan bagian penting untuk mengenali dirinya sendiri. Siswa dalam kegiatan ini akan melakukan sebuah dialog terhadap dirinya sendiri. Siswa akan memusatkan pemikirannya, bertanya lebih mendalam pada dirinya, mengembara di alam pikirnya, mencari literatur sebagai tambahan referensi untuk memperkuat visinya atau memperjelas impian atau harapannya. Imajinasi dalam alam pikirnya berkecamuk sehingga mendorong siswa untuk menemukan visinya yang tentu saja mereka akan menyesuaikan dengan potensi, bakat dan passion yang dimiliki.

Menuliskan visi saja tidak cukup, sehingga perlu adanya pantikan bagi siswa untuk menemukan pada dirinya bagaimana membuat sebuah rencana untuk merealiasikannya. Sengaja untuk memantik hal ini, saya melakuka proses dialog secara pribadi dengan pertanyaan yang power full. Kali ini saya melakukan pertanyaan kepada Zahra Salima yang memiliki mimpi besar untuk menjadi animator di pixar studio (https://www.pixar.com/).

“Visi kamu luar biasa yang sudah membayangkan bahwa 5 tahun sampai 10 tahun mendatang sudah menjadi ilustrator, animator, dan 3D artist di Pixar studio yang berkantor di California. Apa yang akan dilakukan untuk mencapai visi tersebut. Coba kamu gambarkan dalam 1 tahun ke depan seperti apa, 2 tahun ke depan seperti apa dan 3 tahun ke depan seperti apa? Target-target seperti apa yang harus dicapai? Hambatan apa kira-kira yang perlu diatasi?”, tanya saya lebih lanjut untuk menggali lebih mendalam tentang Zahra Salima.

“Untuk 1 dan 2 tahun kedepan saya benar benar ingin mengambil banyak pengalaman di pembelajaran dengan mengasah kreativitas saya, seperti cara membuat animasi, dan saya juga ingin mempelajari 3D modeling. Saya juga ingin memulai membuat projek animasi, sehingga bisa menjadi portofolio untuk melamar pekerjaan di sana. Untuk 3 tahun kedepan saya saya benar-benar ingin sudah ahli dalam bidang animasi, baik 2D maupun 3D. Saya juga akan mempelajari lebih dalam untuk ketentuan dan syarat bergabung dengan tim pixar”, penjelasan Zahra setelah mendapatkan pertanyaan dari saya. Nampak dari uraian yang disampaikan, Zahra memiliki perencanaan yang lebih detail dan realistis.

Dalam proses dialog secara tertulis tersebut, Zahra memberikan penjelasan tentang hambatan yang dialami. “Menurut saya hambatan yang perlu saya atasi adalah berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Berkomunikasi dengan klien dan rekan kerja tentu saja harus menggunakan tutur kata yang baik dan benar. Maka dari itu saat ini saya sedang berusaha memperdalam ilmu komunikasi saya dalam berbicara bahasa Inggris”, ungkap Zahra.

“Untuk proses ini, apa yang akan kamu lakukan per minggunya atau per harinya?”, tanya saya lebih mendalam. “Saya akan semakin giat mempelajari banyak fundamental dalam membuat animasi, dibantu dengan video-video tips dan tutorial dari media sosial”, ungkap Zahra.

Dari perbincangan yang hangat, akhirnya dengan kesadaran diri, Zahra justru ingin bergabung dalam satu project pembuatan komik dan film animasi dari relief Candi Mendut. Sebuah tantangan untuk mendekatkan diri pada visi yang telah ia bangun. Untuk selanjutnya Zahra mendapatkan kesempatan untuk membuat komik dan film animasi mengambil cerita dari relief yang mengisahkan buaya dan kera.

Kisah Buaya dan Kera pada Relief Candi Mendut

Pada suatu saat, Bodhisattva menjelma menjadi seekor kera dan tinggal di kaki gunung himalaya di tepi sungai gangga. Di aliran sungai gangga ini, hidup sepasang buaya. Buaya betina ingin sekali memakan hati sang kera, karena itu si buaya betina memohon kepada buaya jantan untuk membunuh sang kera dan mengambil hatinya. Buaya jantan pun mengabulkan permintaan dari buaya betina. Buaya jantan mengajak sang kera menyeberangi sungai gangga di tepian seberang, katanya di seberang sungai terdapat pohon lengkap dengan buah buahan yang lezat dan segar. Sang kera naik ke punggung buaya dan mengikuti ke mana arah perginya buaya jantan tersebut, hingga sampai berenang di tengah tengah sungai. Akan tetapi di tengah-tengah sungai, buaya sengaja menjatuhkan kera ke dalam air sungai, lalu berkata, “Kera sahabatku, aku sengaja membunuh engkau, karena aku menginginkan hatimu, untuk aku berikan kepada istriku sebagai obat”. Sang kera yang cerdik dengan cepat menjawab, bahwa hatinya tertinggal di atas pohon di tepi sungai. Dan buaya jantan percaya saja dengan perkataan sang kera, bahkan sang buaya mengatakan janji tidak akan membunuh kera jika sang kera menunjukan di mana hatinya di tinggalkan. Sang kera pun diantar kembali menuju ke tepian sungai di mana banyak sekali pepohonan pepohonan di sana. Sesampainya di tepi sungai kera segera melompat dari punggung buaya jantan, lari ke atas pohon dan menyelamatkan diri.

Inilah tantangan, bukan tuntutan seorang guru kepada murid. Tantangan ini benar-benar bertujuan untuk memenuhi kebutuhan murid yakni meningkatkan kompetensinya. Ada sebuah kontrak belajar antara murid dan guru yang disepakati bersama. Semoga hal kecil yang dilakukan ini menginspirasi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *