Belajar Berkolaborasi untuk Harmonisasi

Setahun yang lalu, sebenarnya sedang kau ajari untuk belajar mengalah. Kallita anak pertamaku yang setahun lalu duduk di bangku kelas 3 SD, harus belajar untuk mengalahkan dirinya sendiri. Saat itu ia terpilih untuk mengikuti lomba pesta siaga, namun dalam perjalanannya ia harus berpisah dengan impiannya karena tiba-tiba dikeluarkan dari group. Untuk mengalihkan kekecewaannya, anakku saya coaching dengan power question dan akhirnya ia bisa menerimanya. Ia akhirnya memilih untuk menekuni di bidang musik. Setiap hari berlatih mandiri dan seminggu sekali dilatih oleh Mas Dimas sebagai pelatih musik yang profesional.

Awalnya berlatih musik ini sebagai pengganti kegagalan dalam berkompetisi, namun beriringnya waktu konsep kompetisi itu semakin memudar. Bermain musik ini justru berubah orientasi yakni sebagai ajang melatih kepercayaan diri. Masih ingat ketika anakku tampil pertama kali di Transmart Semarang, ia mampu memainkan alat musik organ dengan membawakan lagu cinta terbaik dan cinta luar biasa. Pengalaman pertama inilah yang membawa perubahan besar terhadap dirinya yaitu meningkatnya kepercayaan diri. Kemampuannya dalam memainkan musik organ semakin membaik. Hal ini berkat dari kesadaran dirinya untuk berlatih 60 menit setiap hari. 

Hari ini, 7 Agustus 2022, Kallita mendapatkan kesempatan berlatih bersama dengan group keroncong siswa SMA N 2 Mranggen Kabupaten Demak. Hari ini sebenarnya Kallita sedang belajar bagaimana berkolaborasi. Di dalam permainan tersebut tidak ada yang memiliki peran dominan atau yang tidak berperan sama sekali. Di dalam permainan musik ini sebenarnya mengajarkan kita untuk aktif mengambil perannya masing demi mencapai keharmonisan bersama. Berbeda beda itu adalah kodrat yang harus dituntun sehingga dari perbedaan itu justru memperkaya dan membangun harmonisasi kehidupan.

Hari ini saya kembali diingatkan untuk menuntun kodrat anak sebagai makhluk yang unik, yang memiliki perbedaan agar mampu menjadi makhluk sosial. Betapa indahnya ketika perbedaan tersebut menyatu dan menghasilkan karya indah. Keindahan itu terbentuk bukan karena persaingan, justru terbentuk karena kolaborasi yang harmonis.

Hari ini saya diingatkan kembali bahwa menjadi guru sudah saatnya meninggalkan cara dan metode yang seragam. Karena sejatinya anak didik kita beragam. Tugas kita hanyalah memupuk, menyirami benih talentanya sehingga mencapai versi terbaiknya masing-masing.

1 thought on “Belajar Berkolaborasi untuk Harmonisasi”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *