Bangun Kecerdasan Emosional di Kelas Industri Grafika

Kamis, 19 Oktober 2022 saya merasa bahagia melihat anak-anak kelas Industri Desain Grafika antusias belajar tentang membangun kecerdasan emotional diri. Saya awali dengan pertanyaan kompetensi apa yang paling dibutuhkan sebagai seorang entrepreneur atau menjadi karyawan yang baik. Satu demi satu siswa mengungkapkan berbagai kompetensi dan ada salah satu siswa menyampaikan tentang komunikasi.

Saya mengapresiasi siswa, dan memberikan pantikan lagi. Dari komponen komunikasi, antara berbicara dan mendengar, mana yang lebih penting? Banyak yang masih ragu dalam menjawab. Tidak apa-apa, justru mereka berpikir. Selanjutnya saya meminta salah satu siswa menyebutkan sahabat karibnya. Saya pantik dengan pertanyaan, mengapa menjadi sahabat karib. Banyak jawaban yang mengungkapkan kebaikan-kebaikan yang dimiliki sahabat karibnya, dan salah satunya tentang kemampuan mendengarkan. “Seperti apa, ketika kamu bercerita dengan sahabat karibmu”, tanya saya lebih lanjut ke salah satu siswa tersebut. Ia menyampaikan bahwa sahabat karibnya mau mendengarkan dengan baik. Ketika saya tanya sorot matanya, ia menyampaikan bahwa sorot matanya fokus tertuju pada dirinya. Dari gambaran kecil tersebut kami sedang mendiskusikan bahwa kemampuan mendengarkan itu penting bagi seorang yang bekerja di bidang industri kreatif seperti anak-anak di desain grafika ini. “Apa yang terjadi ketika klien sedang memberikan penjelasan tentang produk desain yang diinginkan, sedangkan kalian tidak fokus mendengarkan dengan baik?”, tanya saya selanjutnya. Banyak siswa yang menyampaikan, mungkin klien akan marah, kecewa, bahkan bisa juga tidak jadi memesan. Proses diskusi seperti ini membawa pada kesadaran diri tentang menjadi pendengar yang baik sebagai salah satu komponen komunikasi yang penting dimiliki oleh seorang karyawan maupun wirausahawan karena pasti berhubungan dengan pihak luar yang ingin memfaatkan jasanya.

Untuk membangun kecerdasan emosional anak selanjutnya saya pantik dengan menayangkan sebuah video sebagai berikut.

Dari proses penayangan video ini sudah terlihat siswa antusias menperhatikannya. Terlihat adanya perubahan yang signifikan kemampuan siswa menjadi pendengar yang baik. Meskpun masih ada satu siswa yang terlihat kurang fokus.

Usai penayangan video ini, saya tayangkan slide tentang teori otak dari otak reptil, limbik sistem sampai neocortex. Ketika terjadi tekanan dan ancaman terhadap seseorang justru yang bekerja adalah otak reptil, sehingga gerak refleks yang bekerja tanpa berpikir.  Peran penting limbik sistem adalah sebagai pusat pengelola emosi. Ketika limbik sistem bekerja dengan baik, maka hormon kebahagiaan akan muncul. Di sinilah peran penting penciptaan ekosistem yang membahagian, salimg support, memiliki empati teehadap sesama, memberikan penguatan positif melalui penghargaan yang akan memunculkan hormon kebahagian sehingga seseorang akan terpicu untuk meraih mimpi-mimpinya, bermakna hidupnya dan tidak muncul kecemasan.

Di akhir kegiatan ini saya beri kesempatan kepada 3 siswa untuk menyampaikan apa yang diperoleh dari diskusi ini, apa yang dirasakan dan yang akan dilakukan selanjutnya. Seluruh siswa diberi kesempatan untuk menuliskan refleksinya melalui whatsapp.

“Assalamualaikum wr wb. Saya Putri claudia m.s dari kelas XI DG 3 kelas industri pada sore hari ini. Pada diskusi sore hari ini Saya berpikir tentang materi yang pak diyarko sampaikan materi yang kemampuan mendengar. Dengan berdiskusi seperti ini yang saya rasakan tentang materi kemampuan mendengar yaitu saya senang karena bisa lebih mengetahui tentang level kemampuan mendengar saya. Yang saya lakukan yaitu menghargai orang lain yang sedang berbicara dan bisa menjadi pendengar lebih baik lagi. Terimakasih pak”, ungkap Putri Claudia.

“Assalamualaikum wr wb.  Saya Nasywa Agma P dari kelas XI DG 3 kelas industri pada sore hari ini.
Pada diskusi sore hari ini Saya berpikir untuk materi yang pak diyarko sampaikan sangat nyata dan di perlukan di dunia kerja. Serta bagaimana kita untuk menghargai orang lain agar kita pun di hargai juga. Dengan berdiskusi seperti ini yang saya rasakan tentang kesadaran diri yaitu untuk berinteraksi membangun komunikasi kepada lingkungan sekitar dan tetap dengan menghargai pendengar dan pembicara. Yang saya lakukan yaitu lebih mengasah tentang kesadaran diri untuk kebaikan bersama dan bagaimana beretika dan menghargai orang lain. Terimakasih pak”, ungkap Nasywa.

“Permisi pak saya Ghania Disyacitta kelas XI DG 2 dari kelas industri. Yang saya pikirkan adalah tentang 1 triliun sel otak kita yang mati jika dibentak dicaci dan lain lain. Saya ingin bertanya pak, Jika saya menjadi owner di suatu perusahaan dan saya marah kepada bawahan saya secara tidak terkendali maka apa yang harus saya lakukan? Yang saya ingin lakukan, pertama berusaha berubah supaya tidak bertindak seperti itu dan bisa mengendalikan diri saya dengan baik”, ungkap Ghania. Dari pertanyaan Ghania ini, saya beri penguatan positif dan kembali saya bertanya, “Ketika sudah terlanjur marah kepada bawahan, apa yang akan kamu lakukan?”.

“Menurut saya apa yang akan dilakukan, mungkin pak saya akan minta maaf kepada para bawahan yang saya marahi, dan berusaha supaya bisa menahan emosi lebih baik lagi walaupun cukup susah untuk saya”, ungkap Ghania.

“Assalamualaikum wr wb. Saya Diah Ayu Pinasti dari kelas XII DG IV kelas industri pada sore hari ini. Pada diskusi sore hari ini Saya berpikir dari materi yang bapak sampaikan tadi tentang kemampuan dalam mendengarkan dan fungsi dari bagian otak , dan efek jika melakukan tindakan membentak / menghina dapat membunuh 1 miliar sel sel otak dan jika memukul akan membunuh 10 miliar sel otak, sebaliknya jika memuji / memeluk akan membangun 1 triliun kecerdasaan sel otak. Yang saya rasakan adalah senang mengetahui ilmu dari yang bapak sampaikan selama berdiskusi, senang karena dapat memahami kemampuan saya dalam mendengarkan. Yang akan saya lakukan adalah menghindari memukul atau mengeluarkan kata-kata kasar yang dapat menyakiti orang lain, saya juga akan berusaha menghargai pendapat dari orang lain mungkin cukup sekian yang dapat saya sampaikan, terimakasih pak”.

Bahagia saya melihat ungkapan-ungkapan siswa yang mencerminkan adanya kesadaran diri perlunya mengelola emosi sebagai kompetensi penting selain hardskill yang terus untuk diasah agar menjadi profesional di bidang industri kreatif.

 

 

 

 

 

1 thought on “Bangun Kecerdasan Emosional di Kelas Industri Grafika”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *